Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

KIM Plus Goyah di Pilkada Setelah Putusan MK

Dua rival pilkada Jakarta menyiapkan strategi kemenangan. Tim Koalisi Indonesia Maju pecah.

15 September 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARU saja Prasetyo Edi Marsudi beringsut dari ranjang pada 5 September 2024 pagi, telepon selulernya berdering. Nama Pramono Anung tertera di layar. Tanpa basa-basi, calon Gubernur Jakarta dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu meminta Prasetyo masuk struktur tim pemenangannya sebagai ketua harian. Pramono bersama mantan Gubernur Banten, Rano Karno, berpasangan dalam pemilihan kepala daerah serentak tahun ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta yang sedang pulang kampung ke rumahnya di Tuban, Jawa Timur, itu menolak permintaan Pramono. Prasetyo beralasan ingin istirahat dari urusan politik. Sejak 2012, Prasetyo menjadi motor pemenangan setiap calon kepala daerah dari PDI Perjuangan, dari Joko Widodo hingga Basuki Tjahaja Purnama. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya, Prasetyo menolak ajakan Ketua PDIP Jakarta Adi Wijaya bergabung dalam tim pemenangan. Namun penolakan Prasetyo goyah ketika Pramono mengatakan ia diperintahkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk menggaetnya. “Kalau Ibu yang perintah, siap laksanakan,” kata Prasetyo mengulang percakapannya dengan Pramono kepada Tempo pada Selasa, 10 September 2024.

Prasetyo bukan orang baru di Jakarta. Laki-laki yang lahir di Kudus, Jawa Tengah, 62 tahun lalu itu Ketua DPRD Jakarta dua periode. Pada 2024, ia mencoba peruntungan menjadi anggota DPR, tapi gagal. Para elite PDIP melihat pengalaman Prasetyo di DPRD bisa membantu Pramono-Rano memetakan persoalan di Jakarta. Selain itu, Prasetyo bisa menggiring puluhan ribu pemilihnya mencoblos Pramono. Pada pemilihan legislatif 2019, Prasetyo meraih lebih dari 28 ribu suara, terbanyak di daerah pemilihannya.

Medan politik Jakarta berubah setelah putusan Mahkamah Konstitusi pada 20 Agustus 2024. Sebelum putusan MK itu, peluang PDIP mengusung calon kepala daerah tertutup karena tak punya teman koalisi. Hampir semua partai politik bergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) mengusung Ridwan Kamil-Suswono. KIM terdiri atas Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai NasDem, dan Partai Demokrat plus Partai Keadilan Sejahtera.

Putusan MK yang mengubah ambang batas suara partai bisa mengusung calon kepala daerah dari 25 menjadi 7,5 persen membuka pintu PDIP mengusung calon Gubernur Jakarta tanpa berkoalisi dengan partai lain. Perolehan suara PDIP di Jakarta sebanyak 16,7 persen.

Semula PDIP berencana mengusung Anies Baswedan lantaran elektabilitasnya di atas 30 persen, tertinggi di antara calon lain. Anies, mantan Gubernur Jakarta, akan dipasangkan dengan Rano Karno, aktor yang dianggap simbol orang Betawi. Keduanya hadir dalam acara pengumuman calon kepala daerah PDIP pada 26 Agustus 2024.

Belakangan, PDI Perjuangan memilih Pramono Anung. Pramono mengatakan alasan PDIP tak memilih Anies adalah partai itu tidak pernah mengajukan calon Gubernur Jakarta dari luar partai. Selain itu, alasan Megawati memilihnya adalah, sebagai Sekretaris Kabinet, dia bisa menjadi jembatan dengan penguasa Istana Negara. “Saya berkomunikasi baik dengan siapa saja,” ujar Pramono kepada Tempo, Ahad, 1 September 2024.

Pramono mengatakan ia dan Rano berjanji tidak menggunakan politik identitas dalam kampanye, yang membelah pemilih Jakarta pada pilkada 2019. “Kami membawa politik riang gembira, tidak mau merendahkan atau berbenturan dengan siapa pun,” kata Pramono.

Dengan slogan “politik riang gembira” itu, Pramono-Rano mendapuk pelawak Lies Hartono alias Cak Lontong sebagai ketua tim pemenangan. Pramono menilai lawakan Cak Lontong tidak merendahkan orang lain. 

Lies Hartono atau Cak Lontong. Dok. Tempo/Wisnu Agung Prasetyo

Selain Cak Lontong, nama mantan vokalis band Dewa 19, Elfonda “Once” Mekel; mantan artis cilik Agustina “Tina Toon” Hermaton; serta Maudy Koesnaedi dan Cornelia Agatha—dua pemeran sinetron populer Si Doel Anak Sekolahan yang dibuat Rano Karno—menjadi bagian tim pemenangan Pramono Anung. Belakangan, Maudy mundur. “Tapi tetap membantu tim,” tutur Wakil Sekretaris Tim Pemenangan Pramono-Rano, Beno Muhamad Ibnu, Kamis, 5 September 2024.

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, mantan Gubernur Jakarta yang keok ketika bersaing melawan Anies Baswedan, juga siap membantu memenangkan Pramono-Rano. Ia mengatakan akan membantu pemenangan meski tak masuk struktur tim. “Tidak sebagai juru kampanye,” katanya pada Jumat, 13 September 2024. “Saya berkomunikasi terus dengan Mas Pram.”

Nama Ahok sempat mencuat sebagai kandidat Gubernur Jakarta dari PDI Perjuangan. Elektabilitasnya nomor dua setelah Anies. Survei Litbang Kompas yang dirilis pada pertengahan Juli 2024 menempatkan elektabilitas Ahok sebesar 20 persen. “Begitu saya diminta maju oleh Ibu Megawati, Ahok ikut mendorong,” ucap Pramono Anung.

Di kubu pesaing Pramono-Rano, pasangan Ridwan Kamil-Suswono, tim pemenangan bergoyah. Belum genap 24 jam sejak Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengumumkannya sebagai ketua tim pemenangan pada 8 September 2024, Ahmad Sahroni menyatakan mundur. Sahroni beralasan mendapat tugas lain dari Partai NasDem. “Masih mengurus pilkada juga,” katanya, Senin, 9 September 2024. 

Dua politikus NasDem bercerita, Sahroni mundur karena mendapat teguran dari petinggi NasDem. Selain tidak ada koordinasi di antara partai koalisi mengenai penunjukannya, petinggi NasDem melarang kadernya terlibat jauh dalam tim pemenangan Ridwan-Suswono. Kabarnya para elite NasDem kecewa kepada Ridwan Kamil, kader Partai Golkar.

Petinggi NasDem merasa tak mendapat manfaat dari Ridwan Kamil dalam pemilihan legislatif 2019. Padahal, setahun sebelumnya, NasDem jorjoran menyokong Ridwan dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat.

Soal tak ada koordinasi, Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani memberi konfirmasi. Dia mengatakan tak tahu soal penunjukan Sahroni sebagai ketua tim pemenangan Ridwan-Suswono. “Kalau ia mundur, saya juga belum tahu,” ujar Muzani, Senin, 9 September 2024. 

Ahmad Riza Patria bersama Ridwan Kamil sebelum deklarasi pencalonan Cagub dan Cawagub DKI Jakarta, di Jakarta, 19 Agustus 2024. Dok. X @ArizaPatria

Muzani juga mengaku tak tahu koleganya di Gerindra, Sufmi Dasco, menunjuk Sahroni sebagai ketua tim pemenangan Ridwan-Suswono melalui sambungan telepon. Namun Dasco menyangkal alasan Sahroni mundur adalah ditegur petinggi NasDem. Menurut dia, Sahroni mendapat tugas lain dari partainya. “Segera kami cari penggantinya,” katanya pada Jumat, 13 September 2024.

Dasco mengatakan Ahmad Riza Patria, mantan Wakil Gubernur Jakarta dari Gerindra, ada kemungkinan jadi pengganti Sahroni. Menurut Dasco, nama Riza sudah disetujui partai anggota Koalisi Indonesia Maju plus. “Dia juga Ketua Gerindra Jakarta sehingga tahu masalah-masalah di sini,” tutur Dasco.

Ahmad Riza Patria sebelumnya mencalonkan diri menjadi Wali Kota Tangerang Selatan berpasangan dengan pelawak Marshel Widianto. Namun Riza mundur dengan alasan mendapat tugas lain dari Gerindra. Dukungan partai ini dalam pilkada Tangerang Selatan beralih ke pasangan Benyamin Davnie-Pilar Saga.

Prasetyo Edi Marsudi menyambut baik rencana penunjukan Riza Patria sebagai ketua tim pemenangan Ridwan-Suswono. Prasetyo dan Riza kolega selama dua tahun di pemerintahan Jakarta. Prasetyo berharap pertarungan pilkada Jakarta berlangsung fair. “Kita adu strategi,” katanya. “Riza ini teman gue.” 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Erwan Hermawan, Egi Adyatama, Eka Yudha Saputra, Haura Hamidah 
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus