Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Mengenal Rumah Adat Khas DKI Jakarta dan Makna Filosofinya

Rumah adat khas DKI Jakarta terdiri dari 4 macam, yakni rumah panggung, joglo, gudang, dan kebaya. Berikut makna filosofinya.

27 November 2023 | 15.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dibalik kemegahan modernisasinya, DKI Jakarta ternyata menyimpan kekayaan budaya yang melimpah. Selain ondel-ondel dan pencak silat, Jakarta juga memiliki keragaman budaya suku Betawi lain yakni rumah adat DKI Jakarta. Meski tidak sepopuler rumah adat dari daerah lain, tetap rumah adat DKI Jakarta memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rumah adat DKI Jakarta atau rumah adat Betawi terkenal dengan ornamen-ornamen khasnya. Ornamen-ornamen ini memiliki makna filosofis dan bermuatan nilai-nilai kehidupan masyarakat Betawi. Melansir laman Setu Babakan Betawi, terdapat empat jenis rumah adat DKI Jakarta. Berikut adalah rumah adat DKI Jakarta dan namanya. 

Rumah Adat Khas DKI Jakarta

1. Rumah Panggung

Seperti namanya, rumah panggung Betawi memiliki struktur seperti panggung, di mana lantai tidak menyentuh langsung tanah. Rumah adat DKI Jakarta ini awalnya dibangun oleh masyarakat Betawi yang tinggal di kawasan pesisir atau agraris.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di daerah agraris, kolong rumah panggung digunakan untuk beternak dan sebagai perlindungan dari serangan hewan buas, terutama ular berbisa. Sedangkan di kawasan pesisir, rumah panggung DKI Jakarta dibangun guna menghindari genangan air laut.

Bentuk arsitektur rumah panggung Betawi, baik di pesisir maupun pedalaman bervariasi sesuai dengan kemampuan pembangunnya. Pola ruangannya dibuat sederhana dengan bentuk persegi panjang atau bentuk huruf L. 

Bahan dasar rumah adat ini adalah kayu dengan pondasi dari kayu besar yang menancap ke tanah. Anak tangga umumnya berada di bagian depan dengan orientasi menyamping. Genteng tanah liat menjadi pilihan untuk atapnya.

Meski bentuknya rumah panggung, namun rumah adat DKI Jakarta memiliki corak khas Betawi dengan ornamen ukiran dan motif geometris seperti belah ketupat, titik, setengah lingkaran, atau pola siklus (bunga matahari). Selain sebagai elemen dekoratif, motif ini juga berfungsi sebagai ventilasi rumah.

2. Rumah Gudang

Rumah gudang termasuk salah satu jenis rumah adat DKI Jakarta. Rumah gudang memiliki susunan empat persegi panjang dari depan ke belakang. Ciri khasnya rumah ini terletak pada bagian atapnya yang berbentuk pelana tanpa tambahan jure (atap ekstra di sisi kiri dan kanan). 

Rumah gudang dibangun oleh masyarakat Betawi sejak abad ke-5 Masehi, tepatnya saat kawasan Jakarta berada di bawah penguasaan Kerajaan Tarumanegara. 

Popularitas pembangunan rumah adat jenis ini meningkat saat penjajah Belanda mendirikan gudang-gudang penyimpanan rempah-rempah sebelum dikirim ke Eropa. Penamaan "Rumah Gudang" mungkin terinspirasi oleh korelasi dengan struktur gudang yang kemudian dibangun.

Berbeda dengan rumah gudang Belanda yang tidak memiliki pembagian ruang, Rumah Gudang  yang dibangun masyarakat Betawi memiliki ruang seperti ruang untuk orang tua, anak, tamu, dapur, dan ruang semi-publik di dalam bangunan.

Umumnya, di bagian depan rumah terdapat atap kecil yang melindungi serambi depan.

3. Rumah Joglo

Rumah joglo umumnya dikenal sebagai rumah adat Suku Jawa. Tapi ternyata Suku Betawi juga membangun rumah berbentuk joglo. Meski rumah joglo Betawi memiliki kemiripan bentuk dengan arsitektur rumah joglo Jawa Tengah dan Yogyakarta, tapi terdapat beberapa perbedaan yang signifikan. 

Rumah joglo yang merupakan rumah adat DKI Jakarta tidak memiliki tiang penyangga atap untuk memisahkan ruangan di dalamnya. Pembagian ruangan dalam rumah joglo Betawi juga tidak bergantung pada tiang penyangga seperti yang terdapat pada Soko Guru dalam rumah joglo Jawa Tengah.

Bahan yang digunakan untuk pembangunan rumah joglo Betawi mencakup kayu jati, serabut untuk atap, dan anyaman bambu untuk dinding dalam. Umumnya, rumah ini dibangun oleh tokoh masyarakat atau tetua kampung yang pada masa lalu dikenal sebagai bebongkot, sehingga sering kali disebut rumah bebongkot. 

Apabila rumah ini tidak mencukupi untuk menampung masyarakat pada waktu tertentu, seperti saat lebaran, mereka menambahkan bangunan segi empat tanpa dinding di depan rumah yang dikenal sebagai blandongan.

4. Rumah Kebaya atau Rumah Bapang

Rumah adat DKI Jakarta lainnya dikenal sebagai rumah kebaya atau yang sering disebut sebagai rumah bapang. Perbedaan antara rumah kebaya dan rumah gudang dapat dilihat dari desain atapnya. Meskipun keduanya memiliki atap berpola pelana, atap rumah kebaya memiliki bentuk kiri kanan, sementara atap rumah gudang memiliki bentuk depan belakang.

Berbeda dengan dimensi rumah gudang atau panggung, rumah kebaya memiliki bentuk bujur sangkar sama sisi atau persegi. Bentuk atapnya yang terdiri dari beberapa pasang atap menyerupai lipatan kebaya, menjadi karakteristik khas rumah kebaya.

Salah satu ciri khas rumah kebaya adalah serambi yang luas, berfungsi sebagai tempat menerima tamu atau teras untuk bersantai bagi seluruh anggota keluarga. 

Serambi ini juga dikelilingi oleh pagar kecil dengan motif khas. Tersedia juga tangga kecil yang terbuat dari tiga susun batu bata sebagai akses masuk ke serambi rumah.

RIZKI DEWI AYU

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus