Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERANG besar, sangat besar, yang akan merenggut jiwa sepertiga penghuni bumi ini akan pecah di Dabiq, kota kecil dengan hamparan tanah pertanian yang luas di utara Suriah. Dan ISIS, atau IS, merupakan aktor utama dalam pertempuran menentukan yang pada akhirnya akan berujung pada Kiamat Besar itu. Apokaliptik!
Hadis Nabi yang diriwayatkan Abu Dawud dan Turmidzi memang menyebutkan pertempuran kolosal yang merupakan prolog dari kejadian-kejadian menjelang kiamat di kota itu. Dalam riwayat yang lain disebutkan pula munculnya sebuah pasukan terpilih berbendera hitam dari daerah Khorasan (dewasa ini Afganistan, Iran, dan sebagian India); ada juga yang bilang berasal dari kota suci Madinah. Tentara berbendera hitam ini memainkan peran penting: tulang punggung kekuatan Imam Mahdi, sang pembebas, yang bakal melepaskan umat manusia dari penindasan, kesengsaraan, konflik sektarian dan konflik agama, kriminalitas, serta ketidakadilan di akhir zaman.
ISIS-kah pasukan yang dimaksud itu? Dan benarkah akhir zaman yang dinanti-nanti sudah dekat?
ISIS piawai melumerkan hati umat yang telah lelah, kecewa pada rezim otoriter atau totaliter yang bercokol di negara-negara Islam, serta sakit hati pada komunitas internasional yang cinta buta kepada Israel. Pada 2013, menggunakan kesempatan di negara yang centang-perenang diroyan perang, kelompok sempalan Al-Qaidah ini mendirikan kekhalifahan di atas tanah luas, sepanjang Sungai Tigris di utara Irak dan Suriah. Setelah pembubaran kekhalifahan Ottoman pada 1922, setidaknya di mata sebagian orang, berdirinya kekhalifahan ISIS ini seperti mimpi yang tiba-tiba menjadi kenyataan.
"Ada kerinduan terhadap kekhalifahan atau khilafah yang mampu menciptakan keadaan (negara) yang islami, mampu mempersatukan umat muslim dan mengatasi persoalan di dunia ini. Dan ISIS muncul menawarkan konsep ini," kata pengajar Fakultas Ushuluddin Universitas Negeri Syarif Hidayatullah, Dr Ahsin Sakho Muhammad. Namun, ia yakin, itu tak lepas dari motif politik dan kekuasaan.
Rupanya, skenario ini cukup ampuh. Setelah memproklamasikan kekhalifahannya, kelompok itu tidak hanya cepat menjadi "musuh bersama" bagi kalangan Islam arus utama dan sejumlah negara Islam, tapi juga menjadi solidarity maker di antara kelompok militan-garis keras dari seluruh dunia. Dan, sekarang, terang-terangan mereka menawarkan sesuatu yang lebih "gila": kemenangan gilang-gemilang yang mengantarkan kejayaan Islam, dan sekuen kejadian ini ditutup dengan Hari Kiamat. Sebuah akhir yang sempurna sekaligus-menurut pandangan sebagian orang-fatalis.
DABIQ adalah kota kecil yang senyap di utara Suriah. Sejarah memang pernah mampir di tempat ini, tapi itu terjadi jauh hari di masa lampau. Nun di abad ke-8, ketika balatentara Sulaiman bin Abdul-Malik mengalahkan orang-orang Mamluk di situ. Dan sebagai penghormatan, jenazah khalifah dari dinasti Umayah itu dimakamkan di Dabiq, yang berjarak hanya 10 kilometer dari perbatasan Suriah-Turki.
Kemudian tidak ada kejadian penting di tempat yang tak terkenal itu, sampai akhirnya pemberontakan meletus di seantero Suriah dan orang-orang asing berbendera hitam mulai mengambil alih bagian demi bagian dari kota itu pada awal 2014.
"Mereka datang bertruk-truk," ujar seorang tua setempat yang menolak disebutkan namanya kepada The Guardian. Rupanya, Dabiq yang mungil itu lebih berarti daripada kota strategis Raqqa, ibu kota kekhalifahan ISIS; atau Mosul, kota yang direbut dengan kemenangan yang gemilang. Di mata para pengikut ISIS yang fanatik, Dabiq merupakan titik awal sebuah transformasi besar yang akan merombak geopolitik dunia.
Kini, langsung atau tidak, segalanya yang berkaitan dengan Dabiq jadi penting. Faksi pemberontak Suriah, yang pada April lalu bergerak maju dengan kecepatan mencengangkan, terpaksa menghentikan lajunya 8 kilometer dari Dabiq. Belakangan ini, dengan dukungan artileri Turki, pemberontak Faylaq al-Syam dan Brigade Sultan Murad telah berhasil merebut 14 desa di sepanjang perbatasan Suriah-Turki dari tangan ISIS. Namun Dabiq tetap tak tersentuh. "Kami tahu mereka akan bertempur gila-gilaan untuk mempertahankan tempat itu, jadi tak perlu memaksa," kata pemimpin koalisi pemberontak, seperti yang dikutip surat kabar The Guardian.
Dari kejauhan 8 kilometer itu, tampaklah bendera hitam berkibar di setiap menara masjid dan gedung pertemuan di tempat tersebut. Dinding-dinding rumah yang semula putih kecokelatan sekarang diperkaya dengan ikon ISIS yang mencolok: segi empat hitam dengan lingkaran putih kecil berisi kata Allah, Rasul, dan Muhammad di tengah-tengahnya, dan kalimat syahadat di pinggir atasnya. Stempel kenabian Muhammad Rasulullah saw.
Adapun makam Sulaiman bin Abdul Malik yang megah dan bersejarah itu sudah rata dengan tanah. Sebelum menguasai tempat itu sepenuhnya pada Agustus 2014, mereka menghancurkan kompleks makam sang khalifah. Dabiq yang dulu sepi itu sekarang jadi ramai dengan kendaraan militer dan kombatan bersenjata laras panjang hilir-mudik dengan selempang pelurunya. Sedangkan persenjataan berat mutakhir, generator berbagai ukuran, dan beraneka kebutuhan publik lain tersebar di mana-mana.
Terletak di ujung utara Provinsi Aleppo, dengan 3.000-an penduduk yang menghuni hamparan tanah pertanian, Dabiq terkenal dengan hasil pertanian seperti gandum dan kacang adas. Dabiq di mata ISIS adalah "Kurusetra", arena perang kolosal yang bakal melibatkan kekuatan-kekuatan raksasa. Berkali-kali mereka memancing Amerika Serikat dan para sekutunya mengirimkan pasukan ke tempat itu dalam pertempuran darat yang telah mereka nanti-nanti.
Hadis sahih menyebutkan kekuatan raksasa, dengan 50-an panji di dalamnya, akan menyerbu ke selatan. Menurut hadis, itulah balatentara Romawi dan sekutunya-sesuatu yang lantas ditafsirkan dalam konteks dunia kontemporer sebagai Amerika Serikat, negara-negara anggota NATO, berikut sekutunya. Tak bisa dielakkan, pertempuran mahadahsyat berkobar di Dabiq atau Al-A'maq, kota tetangganya. Pasukan Islam yang keluar sebagai pemenang itu kemudian melanjutkan langkahnya dengan penaklukan Konstantinopel (sekarang Istanbul) hingga Yerusalem. Ekspansi yang berturut-turut akan diwarnai dengan kedatangan Imam Mahdi, Dajjal (anti-Christ), dan Nabi Isa (Al-Masih), dan kiamat pun datang.
Karena percaya akan kiamat sebagai bagian dari rukun iman, tanda-tanda kiamat menjadi penting. Al-Quran tidak menyebutkan tanda-tanda itu, tapi banyak variasi mengenai rangkaian kejadian penting menjelang kiamat yang diambil dari hadis. "Nabi Muhammad SAW menyampaikan pidato tentang tanda-tanda kiamat sehari penuh. Tak mengherankan jika ada sahabat yang masih ingat, ada pula yang sudah lupa karena panjangnya uraian beliau," ujar Ahsin, mantan Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Quran yang kini mengasuh Ma'had Darul Quran Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat.
Tahun lalu ISIS yang brutal itu menyembelih seorang sandera, warga Amerika beragama Islam, Peter Kassig atau Abdul Rahman, untuk memancing kemarahan Amerika Serikat. Video rekaman adegan menjijikkan itu memperlihatkan latar belakang yang sama persis seperti di Dabiq. "Di sini kami menguburkan 'tentara' Amerika yang pertama; (kami) sangat mengharapkan kedatangan sisanya," begitu suara narator dalam bahasa Inggris beraksen Britania di video itu. Mereka menganggap Kassig yang pekerja sosial itu bagian dari militer Amerika Serikat.
DIA Imam Mahdi, hadir ketika dunia kehilangan harapan. Dalam makalah kecilnya yang komprehensif Menunggu Kiamat dalam Kehadiran Al-Mahdi, Dr Abdul Munir Mulkhan dari Universitas Islam Negeri Yogyakarta tak membedakan sang imam dengan Ratu Adil. Ibnu Taimiyah, ulama klasik yang jadi acuan kaum Sunni, dan pemikir Islam modern Rasyid Ridha, sama-sama memandang Imam Mahdi sebagai "sosok historis, terkait dengan tokoh dalam kurun tertentu dan impersonal". Maksudnya, sementara kalangan Syiah memastikan bahwa Al-Mahdi bagian dari ahlul-bait atau keturunan putri Rasulullah, Fatimah az-Zahra, bagi keduanya, dia bisa siapa saja asalkan merupakan "anak zamannya".
Tak ayal, sang imam diharapkan muncul ketika negeri ini menghadapi serangkaian kekacauan, dari suasana centang-perenang setelah 1945, pemberontakan Kartosoewirjo, PRRI-Permesta, Kahar Muzakkar, Peristiwa Madiun 1948, penembakan Presiden Sukarno di Cikini, hingga Peristiwa 1965. "Dalam kesadarannya yang tersembunyi, seluruh publik muslim percaya akan kehadiran Al-Mahdi," katanya.
Dalam skala yang lebih luas, memori yang lokal ini berkembang-berkelindan dengan memori universal tentang 200 tahun Perang Salib (1096-1291) dengan puncak terusirnya kekuasaan Islam dari daratan Eropa. Dan ini berlanjut dengan jatuhnya Baitul Makdis. "Tragedi kekuasaan Islam di Eropa itu telah memantik munculnya jihad fisabilillah (perang di jalan Tuhan) yang berbasis teologi Al-Mahdi," tutur Abdul Munir Mulkhan.
Ya, radikalisasi itu terjadi. Pada November 1979, seorang fanatik bernama Juhaiman al-Utaybi mencoba menghadirkan Imam Mahdi di antara jemaah haji yang baru saja menyelesaikan salat subuh di Masjidil Haram, Mekah. Ia mengharapkan baiat dari jemaah, toh semuanya sudah dipersiapkan sesuai dengan hadis-hadis tentang sang imam. Sayang sekali, keinginan memasukkan dirinya dan Imam Mahdi-nya sebagai aktor dalam skenario yang telah digariskan Tuhan lewat hadis Nabi itu gagal total.
Idrus F. Shahab, Dian Yuliastuti, Muhamad Syaifullah (Yogyakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo