Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Petualangan Bebunyian Tambuco

Kelompok musik perkusi asal Meksiko menyajikan komposisi perkusi yang dinamis. Beragam benda dipakai sebagai alat musik.

27 Juni 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di bawah sorot lampu, tiga lelaki itu duduk tegap. Tangan mereka bersiap di meja, meja di hadapan mereka. Tak ada benda apa pun di meja itu kecuali tiga lembar kertas hitam yang ditempel di meja. Richardo Gallardo lalu memberi aba-aba, masing-masing telapak dan punggung tangan mereka bergerak seperti mengelap kertas di meja itu secara bersamaan. Mereka pun mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jari, lalu buku-buku jari, lalu memukulkan genggaman tangan.

Gerakan menggosok, mengelap, mengetuk, dan memukul meja ini menghasilkan bebunyian yang unik, aneh, tapi mengasyikkan. Mereka menyebut meja itu sebagai meja ajaib Stradivarius, layaknya biola kondang Stradivarius. Pada bebunyian yang dihasilkan di meja ini, penonton terlihat terkesima oleh permainan tangan mereka. Tepukan tangan panjang menggema dihadiahkan kepada grup musik perkusi Tambuco asal Meksiko di Teater Salihara, Jakarta Selatan, pada Ahad, 19 Juni 2016. Butuh waktu enam bulan buat mereka untuk mempelajari gerakan tangan yang menghasilkan bunyi dari komposisi asal Belgia ini.

Grup ini beranggotakan Richardo Gallardo, Alfredo Bringas, Raul Tudon, dan Miguel Gonzales. Kelompok yang berdiri sejak 23 tahun lalu ini merupakan kelompok musik kuartet yang memainkan alat musik perkusi. Bukan hanya alat perkusi pada umumnya, mereka juga mengeksplorasi berbagai macam benda, seperti botol cuka, kaleng susu, panci masak, mangkuk ibadah, kertas ampelas, bahkan tubuh mereka sendiri. Karya-karya mereka bahkan sudah masuk nominasi penghargaan bergengsi Grammy Awards hingga empat kali dalam waktu yang berbeda.

Penonton tertawa kecil ketika melihat Gallardo berdiri, lalu menepukkan satu jari ke telapak tangan yang lain selama beberapa saat. Belum terdengar komposisi musik yang mengasyikkan. Namun kemudian dia meminta penonton melakukan hal yang sama. Tak lama dia malah mengambil payung dan mengembangkannya. Jika diperhatikan, suara tepukan satu jari di telapak tangan secara beramai-ramai seperti rintik hujan yang menerpa tanah. Barulah penonton ngeh mengapa Gallardo mengambil payung, seakan-akan sedang hujan, dan mereka bertepuk tangan lagi dengan kreasi pemusik ini.

Suara musik mengasyikkan ketika mereka menampilkan tepukan pada empat Conga. Dengan stik pemukul kayu, pemukul dari karet dengan rampak menampilkan ritme yang cepat membuat suara yang mengasyikkan. Sesekali, di sela-sela suara pukulan Conga yang rampak dan kompak ini, salah satu dari mereka "merusak" dengan bunyi pukulan yang berbeda. Tapi bunyi yang berbeda ini tetap enak didengar.

Dalam keheningan, penonton secara perlahan mendengar dengungan yang semakin keras, yang berasal dari gesekan karet pemukul di bibir mangkuk ibadah umat Buddha. Suara itu lalu disambut suara benturan batu kali kecil. Satu per satu pemusik ini menepukkan dua batu dalam komposisi ritme lambat, seperti ketukan bunyi yang meditatif. Kemudian berangsur menjadi yang sangat cepat, serentak, lalu melambat disertai sebuah seruan. Pada komposisi kedua, mereka membawakan dengan bunyi yang kocak.

Mereka membuka pentas ini dengan bunyi musik dari bambu. Seorang pemusik memainkan alat musik yang terbuat dari dua bilah bambu, memukulkan dengan irama yang cepat dan ajek. Dua pemusik lain bergabung mengetukkan dua bambu dalam ketukan yang berbeda, tapi akhirnya menyamakan irama. Sementara dua pemusik menampilkan irama yang sama, pemain lain menampilkan ketukan lain dalam irama satu-satu. Berempat kemudian memainkan ketukan yang sama yang mengasyikkan dalam tempo yang makin lama makin cepat seperti menuju pada klimaks komposisi, lalu berhenti. Sebuah repertoar musik perkusi dengan sinkopasi yang mengasyikkan tersaji malam itu.

Setelah mengenalkan irama bambu, kelompok yang melanglang buana ini mengajak penonton bereksplorasi dan berimajinasi. Di sebuah meja yang penuh dengan aneka benda itu, lalu terdengar bunyi gemelinting dan benda-benda kecil berjatuhan. Padahal suara itu berasal dari ketukan pada dua botol, triangle, simbal kuningan kecil, kotak bambu, dan lembaran kertas ampelas. Tak lama kemudian mereka menyajikan aneka musik yang kemlinthing tadi dalam komposisi irama musik yang ritmis.

Penonton juga dipameri kemampuan empat pemusik ini dengan Cajon. Di empat boks kayu berlubang, mereka seperti berlomba menepuk dan menghasilkan bunyian yang rampak diselingi dengan petikan gitar. Tak sekadar memainkan musik dari berbagai peralatan, mereka pun menjadikan tubuh mereka sebagai alat perkusi. Berempat mereka menepuk-nepuk bagian dada, paha, pantat, bahkan Raul Tudon menepuk pipinya hingga merah untuk menghasilkan suara. Sesekali mereka pun melakukan "tarian sepatu", menggerakkan sepatu mereka untuk menghasilkan bunyi di lantai. "Ketika kami berlatih, lalu muncul lebam-lebam," ujarnya disambut tawa kecil penonton.

Bebunyian dari perkusi yang dimainkan oleh Tambuco ini tak membosankan. Penonton diajak berselancar dalam bebunyian, menikmati irama dan ritme yang berbeda. Saat telinga menemukan bunyi yang enak, mengasyikkan, teratur, tiba-tiba bebunyian itu seperti menyeleweng dari iramanya. Penonton seperti diajak bertualang dalam sesuatu yang tak pernah diduga. "Dengan musik, kami memecahkan ketakutan terhadap sesuatu yang baru, yang belum pernah didengar," ujar Gallardo.

Dian Yuliastuti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus