Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gaduh perbincangan ihwal kontrak pemasangan koneksi Internet di pesawat Grup Garuda Indonesia tak membuat tim PT Mahata Aero Teknologi ciut hati. Muhamad Fitriansyah, Presiden Direktur Mahata Aero Teknologi, menemui manajemen Citilink Indonesia, Jumat pagi, 3 Mei lalu. Temi—panggilan Fitriansyah—mengikuti rapat bersama Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo di kantor Citilink, Menara Citicon, Jakarta Barat. “Rapat itu untuk mempersiapkan pemasangan peralatan di pesawat akhir Mei ini,” kata Juliandra kepada Tempo, Jumat malam.
Seseorang di Grup Mahata membenarkan agenda pertemuan tersebut. Perundingan tentang proyek pemasangan layanan konektivitas Internet nirkabel di pesawat Citilink berlanjut sesuai dengan target awal. Rencananya, menurut Juliandra, Mahata menyediakan layanan Wi-Fi di delapan pesawat Citilink sepanjang 2019. Perusahaan ini memperoleh hak eksklusif memasang layanan Internet dan mengelola manajemen konten di Grup Garuda senilai US$ 239,9 juta. Kontrak ini belakangan heboh dibicarakan dalam rapat umum pemegang saham tahunan Garuda, Rabu, 24 April lalu.
Merujuk pada akta pendirian perusahaan, Mahata Aero Teknologi adalah anak usaha Grup Mahata, yang juga digawangi- Temi. Mahata Aero Teknologi berdiri pada 8 November 2017 sebagai perseroan di bidang jasa teknologi informatika, multimedia, pemrograman perangkat lunak, jasa periklanan, dan promosi. Modal utamanya saat didirikan hanya Rp 10,5 miliar. Uang itu berasal dari patungan empat entitas, yakni Temi, Hendro Prasetyo, Edward Sidharta Jayasubrata, dan perusahaan PT Wicell Technologies.
Wicell menyetor duit paling besar, yakni Rp 3,5 miliar. Perusahaan telekomunikasi itu menempatkan satu direkturnya, Yugo Irwan Budiyanto, dalam manajemen Mahata. Per Agustus 2018, Wicell tak lagi mendanai Mahata. Komposisi kepemilikan saham Mahata terus berubah hingga PT Hatarin Anugrah Utama masuk sebagai pemegang saham mayoritas pada 16 November 2018. Hatarin menyetor
Rp 9,45 miliar kepada Mahata.
Tak ada informasi lengkap mengenai Hatarin. Yang jelas, perusahaan tersebut beralamat sama persis dengan PT Mahata Torin Investama, yang berdiri pada Agustus 2018. Mahata Torin menyerahkan Rp 525 juta kepada Mahata Aero.
Seseorang yang mengetahui komposisi pemegang saham Mahata Aero menyebutkan Mahata Torin adalah perusahaan yang khusus dibentuk oleh PT Torin Investama untuk memodali operator layanan Internet tersebut. Perusahaan ini telah lama menggeluti investasi di berbagai bidang, dari usaha kuliner, properti, teknologi, sampai minyak dan gas. Dalam portofolionya, Torin Investama sempat mendanai kafe teh ternama di Jakarta Selatan, Tea Addict.
Dalam deretan pemilik modal Mahata Aero, muncul pula nama PT Global Synergy—perusahaan di bidang minyak dan gas. Global Synergy, yang beralamat di Gedung Plaza Abda, Jakarta Selatan, menyuntikkan Rp 525 juta kepada Mahata Aero. Bos perusahaan migas Grup Valco, Muhammad Hadi Bil’id, ikut mendanai Mahata lewat Global Synergy. Karena itu, pendiri sekaligus CEO Valco ini juga menjabat komisaris Mahata.
Hadi enggan bercerita banyak tentang keterlibatannya mendanai Mahata Aero. Saat dimintai konfirmasi, ia meminta Tempo langsung menghubungi Temi. “Mohon maaf, kami sudah sepakat yang mewakili direksi dan komisaris adalah Pak Muhamad Fitriansyah (Temi),” tuturnya. Namun, berkali-kali dihubungi, Temi tak menjawab pesan dan panggilan telepon Tempo.
Kantor Grup Mahata di SCBD, Jakarta./Tempo/Yohanes Paskalis Pae Dale
Temi dan Hadi sama-sama aktif di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi). Sekarang Temi menjadi Ketua Dewan Kehormatan Hipmi Bangka Belitung, sementara Hadi menjadi anggota Hipmi pada 2017.
Dengan modal awal hasil patungan senilai Rp 10,5 miliar, Mahata bisa dikatakan sebagai perusahaan rintisan di bidang digital. Salah satu investor Mahata mengatakan Temi dan kawan-kawan mendirikan Mahata untuk menjadi operator penyedia konten digital di sektor penerbangan. Mahata tak bisa bekerja sendirian. Mereka menggandeng Inmarsat Aviation, Lufthansa Technik, dan Lufthansa System untuk menyediakan infrastruktur layanan konektivitas nirkabel global berkecepatan tinggi bernama GX Aviation.
GX Aviation diklaim sebagai koneksi supercepat dan satu-satunya di dunia yang dikirimkan melalui jaringan high-throughput satellite. Yang bekerja menyediakan koneksi ini tentu bukan Mahata. Fasilitator satelit adalah Inmarsat, yang bekerja sama dengan CBN—penyedia jaringan fiber optik untuk Internet pita lebar yang telah mendapat lisensi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika. Lufthansa System menyiapkan perangkat lunak jaringan. Adapun Lufthansa Technik mengatur perangkat keras untuk pemasangan Wi-Fi di badan pesawat. “Operasinya sederhana. Mahata yang nantinya memonetisasi e-commerce,” ujar seorang sumber internal Mahata.
Mahata ingin meniru skema kerja sama maskapai dan e-commerce Amerika Serikat, JetBlue dan Amazon. Penumpang JetBlue bisa mendapat poin untuk memperoleh bonus belanja di Amazon. Demikian juga sebaliknya. Di Indonesia, Mahata sengaja menjajal kerja sama dengan maskapai berbiaya murah yang tidak memiliki layar pada kursi penumpang. Dengan begitu, koneksi Internet melalui telepon seluler pintar sangat dibutuhkan untuk -streaming video, berselancar di media sosial, dan menikmati hiburan lain. Dari situlah Mahata juga bisa mengelola pendapatan yang berasal dari iklan dan konten digital yang disajikan kepada penumpang.
Mulai Januari lalu, layanan koneksi Wi-Fi yang disiapkan konsorsium Mahata resmi dinikmati secara gratis oleh pelanggan Citilink di satu pesawat dengan registrasi PK GQR rute Jakarta-Denpasar. Perjanjian kerja sama Mahata dan Citilink sebetulnya dibahas sejak Maret 2018. Melalui kolaborasi yang diresmikan sejak Oktober 2018, Mahata menargetkan pemasangan Wi-Fi di 50 pesawat Airbus 320 milik Citilink. Nilai kontrak dengan maskapai berkelir khas hijau itu sebesar US$ 39 juta.
Pada akhir 2018, sang induk, Garuda Indonesia, tertarik pada layanan yang ditawarkan Mahata. Targetnya, 103 pesawat Garuda Indonesia rute domestik dilengkapi dengan fasilitas Wi-Fi. Salah satu pesawat domestik Garuda akan memiliki layanan Wi-Fi dengan kecepatan 50 megabit per detik paling lambat Juli 2019. Kontrak dengan Grup Garuda berlaku selama 15 tahun. Ketika semua alat terpasang di pesawat, Mahata akan memperoleh iklan dari konten yang ditawarkan melalui Internet.
Untuk merealisasi kontrak itu, Mahata makin rajin mencari pendanaan. April lalu, perusahaan ini resmi mengantongi modal baru sebesar US$ 21 juta dari Well Vintage Enterprise FZE Dubai. Dana itu dipakai untuk mencicil perangkat keras GX Aviation. “Pendanaan akan mempercepat instalasi konektivitas penerbangan di semua pesawat Grup Garuda Indonesia,” kata Presiden Direktur Mahata Aero Teknologi Muhamad Fitriansyah seperti ditulis Dubaiforum.me, 8 April lalu.
Mahata menyatakan investasi ini menggambarkan keyakinan investor terhadap pertumbuhan industri iklan digital dan penerbangan, yang nilai pasarnya diproyeksikan mencapai US$ 400 miliar pada 2022. Temi yakin upayanya mampu mendukung misi pemerintah dalam pembangunan infrastruktur, khususnya di sektor udara.
Rencananya, ada dua pesawat Citilink yang dipasangi Wi-Fi pada Mei ini. Instalasi dilakukan tim Garuda Maintenance Facility AeroAsia. “Pemasangan bertahap karena disesuaikan dengan jadwal perawatan pesawat,” ucap Direktur Utama Citilink Juliandra Nurtjahjo.
PUTRI ADITYOWATI, KHAIRUL ANAM
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo