Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Minyak Panas Abang-Adik

Hubungan Jokowi dengan Surya Paloh terjalin akrab seusai Pemilu 2014. Surya kecewa NasDem tak mendapat posisi Jaksa Agung.

29 Januari 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Jokowi pernah meminta dukungan NasDem dalam pemilihan Gubernur DKI 2012.

  • Relasi Jokowi dengan Surya Paloh cukup istimewa pada periode pertama presidensinya.

  • Hubungan Jokowi dengan Surya Paloh ikut dipengaruhi sikap PDIP.

DATANG sehari sebelum pemilihan Gubernur DKI Jakarta digelar pada 11 Juli 2012, Joko Widodo berupaya meminta dukungan Partai NasDem yang didirikan oleh Surya Paloh. Ketua Umum NasDem saat itu, Patrice Rio Capella, mengingat Jokowi mengenakan jas kedodoran.

“Saat itu NasDem enggak yakin Jokowi bakal menang,” kata Rio saat ditemui Tempo di salah satu kafe di Kembangan, Jakarta Barat, Kamis, 26 Januari lalu. Kala itu NasDem, yang baru berusia delapan bulan, belum mendukung satu dari enam pasang calon.

Dalam pertemuan di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, itu, Jokowi datang bersama seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Sedangkan Rio ditemani sejumlah pengurus NasDem. Menurut Rio, pengurus partainya bersepakat mendukung Jokowi dan pasangannya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, jika lolos ke putaran kedua.

Ternyata Jokowi-Ahok menempati posisi teratas dan maju ke putaran kedua melawan petahana, Fauzi Bowo. NasDem menepati janjinya. “Kami mengucapkan selamat melalui running text Metro TV,” ucap Rio. Metro TV dimiliki oleh Surya Paloh. NasDem lantas bergabung dengan PDI Perjuangan dan Partai Gerindra untuk memenangkan Jokowi-Ahok.

Baca: Di Balik Deklarasi Cepat Anies Baswedan oleh NasDem

Kemenangan Jokowi di Ibu Kota membuat dia bisa mengenal Surya Paloh lebih dalam. Surya—menggantikan Rio pada 2013—melirik Jokowi sebagai calon presiden dalam Pemilihan Umum 2014. Seorang pengurus NasDem mengatakan popularitas dan elektabilitas Jokowi yang tengah memuncak diharapkan bisa mendongkrak perolehan suara partai yang baru pertama ikut pemilu.

Salah satu pertemuan serius Jokowi dengan Surya Paloh berlangsung pada 12 April 2014. Datang ke kantor NasDem di Gondangdia, Jakarta Pusat, bersama politikus PDI Perjuangan, Tjahjo Kumolo dan Andi Widjajanto (kini Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional), Jokowi membawa pesan dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri kepada Surya untuk mendukung pencalonannya.

Hari itu juga Surya Paloh mengumumkan dukungannya kepada Jokowi. NasDem pun menjadi partai pertama yang mendukung PDIP memenuhi ambang batas pencalonan presiden 20 persen suara pada pemilu sebelumnya. Belakangan, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Hati Nurani Rakyat bergabung di barisan pendukung Jokowi-Jusuf Kalla.

Ketua NasDem Effendy Choirie mengklaim Surya Paloh kerap menggelontorkan duitnya untuk biaya kampanye. Misalnya buat mencetak poster, spanduk, dan selebaran. “Atribut Jokowi semua dibikin oleh NasDem sendiri,” kata Effendy.

Politikus NasDem, Akbar Faizal, mengatakan Surya juga berperan memberangkatkan Jokowi ke Tanah Suci pada masa tenang pemilu presiden. “Pak Surya yang punya ide itu,” ujar Akbar pada Kamis, 26 Januari lalu. Menurut dia, acara umrah tersebut bertujuan meredam serangan yang menyatakan Jokowi nonmuslim dan anggota Partai Komunis Indonesia.

Baca: Drama Hubungan Surya Paloh dan Megawati

Setelah meraih kemenangan, Jokowi memberikan dua kursi menteri dan posisi Jaksa Agung untuk NasDem. Surya lantas menunjuk Muhammad Prasetyo, bekas Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum yang baru saja dilantik sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Posisi Jaksa Agung dianggap akan menguntungkan Surya dan NasDem.

Namun Prasetyo membantah kabar bahwa NasDem sejak awal memang mengincar kursi kejaksaan. “Dukungan NasDem ke Presiden Jokowi tanpa syarat,” kata Prasetyo, yang memimpin Kejaksaan Agung selama lima tahun.

Bayang-bayang Surya Paloh di belakang kepemimpinan Jokowi cukup besar. Saat masa transisi pergantian presiden, Surya membisiki Jokowi untuk mengimpor minyak murah dari Angola melalui Sonangol EP. Pemilik Sonangol, Sam Pa, adalah pengusaha asal Cina yang berkongsi bisnis dengan Surya. Belakangan, Sam Pa terseret kasus korupsi dan ditahan di Cina.

Saat itu Jokowi menghadapi masalah kenaikan harga bahan bakar minyak. Pendahulunya, Susilo Bambang Yudhoyono, enggan mengerek harga jual BBM bersubsidi pada akhir kepemimpinannya. Seperti ditulis majalah Tempo pada November 2014, setelah Jokowi mendapat tawaran impor minyak, nota kesepahaman kerja sama dengan Angola dilakukan secara kilat.

Baca: Di Balik Gelar Doktor Kehormatan untuk Surya Paloh

Sejumlah politikus NasDem yang ditemui Tempo menilai periode pertama merupakan masa keemasan hubungan Jokowi-Surya Paloh. Jokowi tak pernah absen di acara ulang tahun NasDem. Surya juga begitu gampang mengakses pertemuan dengan Jokowi. “Pokoknya untuk Bang Surya mau ketemu kapan saja akan disiapkan waktunya,” tutur Akbar Faizal menirukan ucapan Jokowi.

Muhammad Prasetyo mengatakan Surya juga berpesan agar kader NasDem di kabinet all out mendukung Jokowi. Ia mencontohkan, Kejaksaan Agung ikut pasang badan dalam pembebasan lahan proyek strategis negara, seperti Terminal 3 Bandar Udara Soekarno-Hatta serta Jalan Tol Trans Jawa dan Trans Sumatera. “Sesuai dengan perintah Pak Surya,” ucap Prasetyo.

Hubungan Jokowi-Surya sempat merenggang pada 2017. Saat itu Jokowi mendukung Basuki Tjahaja Purnama yang terjerat kasus penistaan agama dalam pemilihan kepala daerah DKI. Pun NasDem ikut menyokong pasangan Ahok-Djarot Saiful Hidayat. Dalam pertemuan bersama Jokowi, Surya meminta Ahok mundur jika tak yakin menang.

Pernyataan itu juga sampai ke telinga Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Hubungan keduanya pun mendingin. Ahok-Djarot kemudian kalah oleh Anies Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno pada putaran kedua pilkada DKI.

Bekas Ketua Umum NasDem, Patrice Rio Capella, bercerita, Surya sempat curhat kepadanya bahwa dukungan terhadap Ahok telah membuat perolehan suara partai tergerus, terutama di daerah berbasis pemilih Islam. Suara pemilih NasDem di Aceh, misalnya, menyusut.

Tali persahabatan Surya dan Megawati pun terbakar akibat banyak kepala daerah hijrah ke NasDem pada periode pertama pemerintahan Jokowi. Kejaksaan Agung disebut-sebut menekan kepala daerah dengan kasus korupsi agar mau bergabung ke NasDem.

Mantan anggota DPR dari NasDem, Akbar Faizal, mengaku mendapat keluhan dari sejumlah politikus partai banteng mengenai fenomena tersebut. “Di Sumatera, di Jawa, tren itu memang ada. Itu yang membuat teman-teman PDIP mengeluh kepada saya,” kata Akbar. 

Namun Muhammad Prasetyo membantah tudingan tersebut. Ia mengklaim hanya mengurus persoalan hukum, bukan politik. “Ketika menjadi jaksa, kita bukan lagi milik partai, tapi mengemban tugas penegakan hukum.”

Masalah antara PDIP dan NasDem turut mempengaruhi hubungan Jokowi-Surya. Pada periode kedua, Jokowi tak lagi memberikan kursi Jaksa Agung kepada NasDem. Sejumlah politikus NasDem mengatakan keputusan Jokowi itu membuat Surya kecewa meski partai tersebut mendapat tambahan kursi menteri.

Baca: Mengapa Koalisi Anies Baswedan Tak Solid

Para politikus NasDem juga bercerita bahwa titik terendah hubungan Jokowi dengan Surya Paloh terjadi mulai 3 Oktober 2022. Saat itu NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan—dicopot sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 2016—sebagai calon suksesor Jokowi dalam Pemilu 2024.

RAYMUNDUS RIKANG, HUSSEIN ABRI DONGORAN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus