Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Suri Nusantara Jaya tak hanya mendistribusikan daging kerbau.
Suri Nusantara Jaya merambah bisnis restoran sampai jaringan logistik.
Berhubungan dengan Bulog antara lain karena impor daging kerbau.
MESKI hujan tak kunjung reda, Toko Daging Nusantara di Jalan Kranggan Raya, Kota Bekasi, Jawa Barat, ramai pengunjung pada Rabu siang, 22 Februari lalu. Para pembeli sibuk memilah daging impor dan lokal yang tersusun di etalase berpendingin di supermarket milik PT Suri Nusantara Jaya itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu pengunjung Toko Daging Nusantara saat itu adalah Yuliana, warga perbatasan Depok-Bekasi. Dia mengaku kerap membeli daging di toko itu karena harganya lebih murah ketimbang di pasar. Yuliana memberi contoh lidah sapi yang dibanderol Rp 130 ribu per kilogram, lebih murah Rp 30 ribu ketimbang di pasar dekat rumahnya. “Saya mau jual kembali produk itu,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Toko Daging Nusantara adalah salah satu lini bisnis PT Suri Nusantara Jaya. Perusahaan tersebut didirikan oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Diana Dewi pada 1998. Diana kini menjabat Komisaris Independen PT Angkasa Pura Support, anak usaha PT Angkasa Pura I (Persero). Suami Diana, Mursalam, serta putranya, Dimas Wibowo, menjadi pemegang saham Suri Nusantara.
Pertama kali dibuka di Kranggan pada 2018, supermarket daging PT Suri Nusantara Jaya sudah punya banyak cabang di Jakarta serta Bekasi dan Depok, Jawa Barat. Toko itu menjajakan berbagai jenis daging impor, produk olahan daging, sayuran, hingga susu. Toko Daging Nusantara juga menjual daging kerbau yang diimpor dari India dengan harga Rp 85 ribu per kilogram. Harga itu lebih mahal Rp 5.000 dari ketetapan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Penjualan di Tingkat Konsumen.
Suasana pengunjung di Toko Daging Nusantara, Jalan Raya Kranggan, Bekasi, Jawa Barat, 22 Februari 2023. Tempo/Erwan Hermawan
Selain mendatangkan daging sapi asal Australia, Amerika Serikat, dan negara lain, PT Suri Nusantara Jaya menjadi distributor daging kerbau beku dari India yang diimpor oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) sejak 2016. Ketika itu, pemerintah membuka keran impor daging kerbau dari India untuk menekan harga daging sapi yang meroket.
Di kalangan pedagang, Suri Nusantara beserta kelompoknya dikenal sebagai penguasa distribusi daging kerbau. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengaku tak tahu-menahu tentang hal itu. Menurut dia, selain Suri Nusantara, ada sebelas distributor daging kerbau yang bekerja sama dengan Bulog. “Jadi tidak ada monopoli,” ujarnya kepada Tempo.
Budi mengatakan Bulog menjual daging kerbau kepada distributor Rp 62 ribu per kilogram dengan mengambil keuntungan sekitar Rp 1.000 per kilogram. Adapun distributor, dia menjelaskan, menjual kepada konsumen Rp 80-85 ribu per kilogram. Artinya, ada margin sekitar Rp 20 ribu yang diperoleh distributor.
Saban tahun, Bulog mengimpor sekitar 100 ribu ton daging kerbau dari India. Jadi distributor bisa memperoleh keuntungan Rp 2 triliun dalam setahun kalau marginnya Rp 20 ribu per kilogram. Tapi, Budi menambahkan, keuntungan itu tidak semuanya untuk distributor. “Dibagi-bagi kepada downline (perusahaan di bawah jaringannya),” ucapnya.
Toh, semenjak bergelut dalam bisnis daging kerbau, usaha keluarga Diana berkembang ke supermarket, restoran, produsen produk olahan daging, hingga bar. Keluarga Diana merambah bisnis restoran melalui jenama Kedai Steak Nusantara, di bawah pengelolaan PT Garindo Food International yang bergerak di bidang impor sayuran dan buah-buahan.
Kedai Steak Nusantara menyatu dengan Toko Daging Nusantara. Tidak hanya menjual olahan daging, restoran tersebut menjajakan berbagai macam makanan, seperti nasi goreng, soto, dan kebab. Pada Rabu siang itu, Kedai Steak Nusantara di Kranggan ramai dikunjungi pembeli. Harga steak di sana berkisar Rp 44-380 ribu, tergantung jenis dagingnya.
Untuk memudahkan distribusi, Diana, yang juga bendahara Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Jakarta, membikin perusahaan angkutan PT Suri Nusantara Jaya Logistik. Suri Nusantara Jaya Logistik membangun gudang berpendingin di lahan seluas 2,5 hektare di Cikarang, Kranggan, dan beberapa wilayah lain.
Selain menjalankan bisnis daging, Dimas Wibowo memiliki klinik kesehatan bernama Primas Medika di Jalan Raya Muchtar, Sawangan, Depok. Dalam profil Dimas di LinkedIn, klinik itu di bawah naungan PT Primas Medika Jaya. Di klinik itu juga Dimas, yang merupakan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Jakarta, bekerja sebagai dokter umum. Menurut penjaga klinik, Dimas tak lagi berpraktik di klinik tersebut karena beralih menjadi dokter spesialis saraf.
Daging kerbau beku yang dijual 85 ribu per kilogram di Toko Daging Nusantara, di Jalan Raya Kranggan, Bekasi, Jawa Barat, 22 Februari 2023. Tempo/Erwan Hermawan
Meski tak lagi menjadi dokter di Primas Medika, Dimas masih aktif di Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Depok. Ketua IDI Depok Arif Budiman mengatakan Dimas salah satu anggota dewan pembina organisasi. Di masa kepengurusan sebelumnya, Dimas didaulat sebagai bendahara IDI Depok.
Dimas cukup aktif di IDI. Di masa pandemi Covid-19, ia dan Diana Dewi pernah menyumbangkan sekitar 5.000 alat tes kepada IDI serta Pemerintah Kota Depok. Selain itu, Diana memberikan bantuan dana Rp 1 miliar. “Tenaga medis mendapat bingkisan juga,” kata mantan Ketua IDI Depok, Sukwanto Gamalyo.
Selain bergelut dalam bisnis daging dan kesehatan, Dimas mengakuisisi saham PT Lima Dua Lima Tiga Tbk pada awal 2022. Lima Dua Lima Tiga adalah pengelola bar dan restoran Lucy In The Sky di kawasan Sudirman Central Business District, Jakarta Selatan.
Dalam dokumen akta perusahaan, Lima Dua Lima Tiga bergerak di bidang restoran, bar, kelab malam, serta perdagangan eceran minuman beralkohol. Dimas memiliki saham 12,4 persen di perusahaan tersebut. Pemilik saham mayoritasnya adalah PT Delta Wibawa Bersama dengan kepemilikan 39,3 persen.
Delta Wibawa Bersama ternyata juga milik Dimas, dengan saham 98 persen. Istri Dimas, Pratiwi Nugraheni, yang juga berprofesi dokter, turut memiliki saham di perusahaan yang bermarkas di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, tersebut. Dalam dokumen perusahaan, Delta Wibawa Bersama bergerak di bidang impor beras, sapi, ayam, alat kesehatan, teknologi informasi, pendanaan, dan lain-lain.
Sejumlah eks petinggi badan usaha milik negara ada di jajaran komisaris dan direksi Lima Dua Lima Tiga. Salah satunya mantan Direktur Utama PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), Fasika Khaerul Zaman, yang menjabat direktur. Sebelum bergabung dengan Delta dan berhenti dari PPI pada awal 2021, Fasika pernah menjabat kepala kantor Bulog di Sumatera Utara dan Jakarta. PPI juga pernah mengimpor daging kerbau. Saat dimintai konfirmasi tentang hal ini pada Kamis, 23 Februari lalu, Fasika hanya menjawab, “Saya sedang rapat.”
Sosok lain adalah mantan Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti, yang menjadi Komisaris Utama Delta Wibawa Bersama. Djarot memimpin Bulog pada Juni 2015 dan digantikan oleh Budi Waseso tiga tahun kemudian. Saat memimpin Bulog, Djarot melaksanakan penugasan impor daging kerbau dari India pada 2016. Ihwal posisinya di Delta, Djarot mengatakan baru setahun bekerja. Saat ini, dia menambahkan, Delta Wibawa Bersama tengah melebarkan sayap ke berbagai jenis usaha. “Tapi masih kecil-kecil usahanya,” tuturnya pada Kamis, 23 Februari lalu.
Djarot mengatakan tak memiliki kaitan dengan bisnis PT Suri Nusantara Jaya, khususnya dalam urusan impor daging kerbau. Begitu juga dengan bisnis Delta Wibawa. “Saya di Delta hanya karena memiliki hubungan baik dengan pemilik perusahaan,” ujarnya.
Baik Diana maupun Dimas belum menjawab surat, panggilan telepon, serta pesan yang dilayangkan Tempo. Elka Aditia, petugas pengamanan kantor Suri Nusantara di Kranggan, mengatakan Dimas sedang berada di luar negeri.
Pernyataan Dimas tentang bisnis daging mengemuka pada Juli 2022. Saat itu dia mengatakan PT Suri Nusantara Jaya menjalin kerja sama peminjaman instalasi karantina hewan sementara (IKHS) dengan Bulog. Selain meminjam IKHS, Suri menjadi pembeli daging kerbau Bulog. Dimas menyebutkan Suri membeli 3.000 ton daging kerbau dalam sebulan. Dalam sekali transaksi, dia membayar Rp 500 miliar dengan harga beli Rp 60-70 ribu per kilogram. “Kalau masuk banyak, Bulog menawarkan ke kami. Kami beli dan bayar. Margin kotor kami 3-5 persen,” katanya.
Sebelum peminjaman IKHS, kerja sama Suri Nusantara Jaya dengan Bulog pertama kali terjalin pada 2015. Ketika itu, ucap Dimas, Bulog menyewa gudang penyimpanan berpendingin dari Suri senilai Rp 10 per kilogram per hari. “Bulog tidak punya gudang waktu itu, kami punya,” ujarnya.
Cerita Dimas ini dikonfirmasi oleh Budi Waseso. Dia bercerita, saat ditunjuk sebagai Direktur Utama Perum Bulog pada 2018, perusahaan ini menghadapi kerugian Rp 300 miliar karena menyewa gudang penyimpanan. Salah satunya milik PT Suri Nusantara Jaya. Gudang itu digunakan untuk menyimpan hasil impor daging kerbau dari India. “Kami dikerjain kartel daging. Mereka berjanji mau ambil tapi akhirnya tidak beli,” ucap Budi.
KHAIRUL ANAM, AISHA SHAIDRA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo