Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Ujung Aspal Jalan Garu

Lili Pintauli Siregar mengundang pejabat dan mantan terpidana korupsi dalam acara syukuran atas pemilihan pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi. Berpotensi mengganggu independensi penegakan hukum.

21 Desember 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Setelah terpilih, Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar menggelar acara syukuran di Medan.

  • Lili mengundang pejabat dan mantan terpidana korupsi.

  • Rumah Lili diaspal menjelang acara syukuran.

BERBEDA dengan hari-hari sebelumnya, Jalan Garu VI, Kecamatan Medan Amplas, Medan, tampak ramai pada Sabtu malam, 5 Oktober lalu. Belasan pekerja sibuk mengoperasikan alat-alat berat, yang memadati badan jalan sejak sekitar pukul 20.00.

Mereka bertugas mengaspal sepotong jalan di ujung selatan Kota Medan itu. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan ketika itu, Isa Ansyari, turun langsung mendampingi para pekerja. Beberapa kali dia menerima panggilan telepon, lalu sibuk memberikan instruksi kepada anak buahnya yang tengah meratakan butiran pasir aspal ke permukaan jalan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka tengah berpacu dengan waktu. Keesokan harinya, mulai pukul 10.00, Lili Pintauli Siregar akan menggelar acara syukuran di rumahnya. Rumah pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi yang baru terpilih di parlemen itu berada sekitar satu kilometer dari hulu jalan. Pengaspalan itu berakhir persis di depan rumah Lili. “Mereka selesai mengaspal sekitar pukul satu dinihari,” ujar Rahim, anggota panitia acara syukuran.

Sekelompok pekerja lain dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan sibuk memasang dan mengganti lampu jalan yang padam di sepanjang Jalan Garu VI. Pekerja lain menyapu dan mengumpulkan sampah di sekitar jalan. “Pengaspalan ini memang terkesan mendadak,” kata Camat Medan Amplas Adi Mulia Matondang kepada Tempo malam itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 


 

Hanya Jalan Garu VI yang menjadi lokasi rumah Lili yang diaspal. Padahal permukaan jalan itu juga tak mengalami kerusakan berat yang membuatnya perlu buru-buru diaspal.

 


 

Sebulan sebelumnya, pada 13 September, Komisi Hukum DPR memilih Lili, 53 tahun, sebagai pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi. Ia meraih 44 suara dari 56 anggota Komisi Hukum yang menghadiri pemilihan tersebut. Lili terpilih bersama Firli Bahuri, Alexander Marwata, Nurul Ghufron, dan Nawawi Pomolango. Presiden Joko Widodo melantik kelimanya pada Jumat, 20 Desember lalu, di Istana Negara.

Tak tanggung-tanggung, Lili mengundang seluruh keluarganya serta puluhan pejabat dan tokoh di Sumatera Utara ke acara syukuran itu. Hari itu, rumah Lili berubah menjadi pusat keramaian. Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi hadir, didampingi Wakil Gubernur Musa Rajekshah. Tak ketinggalan Panglima Komando Daerah Militer Bukit Barisan Mayor Jenderal Muhammad Sabrar Fadhilah, Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Mardiaz Kusin Dwihananto, dan Wali Kota Medan Tengku Dzulmi Eldin. Isa Ansyari mendampingi Eldin dalam acara itu.

Sebelum menghadiri acara syukuran, Eldin menyebarkan rilis ucapan selamat atas terpilihnya Lili kepada sejumlah wartawan di Medan. Ia mengingatkan Lili akan mengemban tugas berat. Namun ia optimistis Lili mampu mengemban amanah ini. “Itu dapat terwujud jika setiap pekerjaan diiringi dengan niat baik untuk kebaikan negeri ini,” tulis Eldin dalam rilis tersebut.

Sembilan hari setelah menghadiri syukuran itu, Eldin dan Isa dicokok KPK dalam operasi tangkap tangan di Medan. Eldin disangka menerima suap Rp 250 juta dari Isa. Uang itu diduga komisi untuk Eldin karena memilih Isa sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum pada Februari lalu. Keduanya dicopot dari jabatan masing-masing sehari setelah penangkapan.

Selain para pejabat daerah, mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI Komisaris Jenderal Purnawirawan Susno Duadji menghadiri acara syukuran Lili. Dia pernah dipenjara tiga setengah tahun dalam kasus korupsi. Mengenakan kemeja lengan pendek berkelir ungu, Susno terlihat duduk satu meja bersama Lili, Eldin, Edy, Musa, dan Mardiaz. Mereka sempat berfoto sebelum meninggalkan acara tersebut, sekitar pukul 13.00.

Para tamu terus memadati acara menjelang siang. Tamu terakhir Lili, Ade Hanifah Siregar, muncul menjelang magrib. Ade adalah besan Presiden Joko Widodo. Ia tak lama berada di sana. “Dia datang menjelang acara selesai,” kata Rahim, anggota panitia acara syukuran itu. Menurut Rahim, Lili mengundang orang datang ke acaranya dengan menyebarkan undangan lewat aplikasi WhatsApp.

Aksi Lili tentu menuai kritik. Peneliti Indonesia Corruption Watch, Kurnia Ramadhana, menilai acara itu tak sesuai dengan kode etik yang selama ini dijunjung para pemimpin KPK. Apalagi acara itu dihadiri mantan terpidana korupsi dan pejabat yang belakangan jadi tersangka korupsi. “Ini akan mengganggu independensi Lili ketika memimpin KPK nanti,” ujar Kurnia, Jumat, 20 Desember lalu.

Acara syukuran itu kontan menjadi bahan pergunjingan di lingkungan internal KPK. Seorang pegawai membenarkan bahwa perilaku Lili itu memang kerap dibicarakan. Pasalnya, ada peraturan internal KPK yang melarang semua pegawai bertemu dengan pihak yang memiliki atau berpotensi beperkara dalam kasus korupsi. “Untuk apa sampai menerima pengaspalan di jalan menuju rumahnya?” ujar seorang pegawai.

Pengaspalan mendadak sehari sebelum syukuran Lili memang mengundang tanya. Dari beberapa ruas jalan di kawasan permukiman itu, hanya Jalan Garu VI yang menjadi lokasi rumah Lili yang diaspal. Padahal permukaan jalan itu juga tak mengalami kerusakan berat yang membuatnya perlu buru-buru diaspal.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kota Medan Arrahman Pane mengaku lupa soal pengaspalan di Jalan Garu VI itu. “Saya akan mencari informasi apakah pengaspalan itu sudah lama disiapkan atau mendadak,” katanya, Jumat, 20 Desember lalu.

Dihubungi terpisah, Lili membantah tudingan bahwa acara syukuran di rumahnya melanggar kode etik. Mantan Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban—selama dua periode—ini beralasan acara syukuran itu adalah tradisi yang biasa di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara. Ia menganggap acara itu bertujuan mempererat persaudaraan. “Saya prinsipnya habluminannas, apalagi saya orang daerah yang harus menjaga silaturahmi,” kata Lili dalam acara serah-terima jabatan pemimpin komisi antikorupsi di Gedung Merah Putih KPK, akhir pekan lalu.

Nurul Ghufron. TEMPO/M. Taufan Rengganis

Pada periode kepemimpinan KPK sebelumnya, kode etik perilaku para komisioner ditegakkan amat ketat. Pada 2011, empat pemimpin KPK, Busyro Muqoddas, M. Jasin, Chandra Hamzah, dan Haryono Umar, menjalani pemeriksaan Pengawas Internal karena disangka bertemu dengan Muhammad Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat. Johan Budi S.P., yang kala itu masih menjadi juru bicara, ikut tersangkut persoalan ini. Belakangan, mereka diputus tak bersalah.

Kini tampaknya zaman sudah berubah. Apalagi salah satu pemimpin KPK yang baru dilantik malah sudah memiliki catatan pelanggaran kode etik. Dalam catatan Tempo, Firli Bahuri, Ketua KPK baru, pernah bertemu dengan mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat, Muhammad Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang, pada Mei 2018. Kala itu, Firli menjabat Deputi Penindakan KPK, sementara Tuan Guru Bajang adalah calon tersangka korupsi yang tengah diincar KPK.

Ketika ditanyai soal ini dalam wawancara seleksi calon pemimpin KPK, Firli dengan ringan mengakui pertemuan itu. Ia mengaku tak sengaja bertemu dengan Tuan Guru Bajang dalam sebuah acara. Firli sendiri sempat menjalani pemeriksaan Pengawas Internal dan diputus melanggar kode etik.

Selain Firli dan Lili, perilaku Nurul Ghufron menjadi bahan gosip di lingkungan internal KPK. Pasalnya, Ghufron juga mengadakan acara khusus di Universitas Jember, Kamis, 12 Desember lalu, menjelang pelantikannya. Acara itu dihadiri petinggi kampus dan Pemerintah Kabupaten Jember.

Peneliti Indonesia Corruption Watch, Kurnia Ramadhana, meminta calon pemimpin KPK menghindari acara yang tak terkait dengan pemberantasan korupsi. “Apalagi acara itu terkait dengan penokohan dirinya,” ujar Kurnia. Ghufron sendiri menolak anggapan miring yang dialamatkan kepadanya. “Itu acara doa agar saya lancar menjalankan tugas,” ujar Ghufron, Jumat, 20 Desember lalu.

MUSTAFA SILALAHI, RIKY FERDIANTO, SAHAT SIMATUPANG, MEI LEANDHA (MEDAN)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus