Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Teks Pidato Bersemayam di Den Haag

Salinan notulen pidato Muhammad Yamin masih tersimpan di Arsip Nasional Belanda. Terpotong hampir sepertiga lebarnya.

18 Agustus 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebuah penanda berbentuk anak panah berwarna oranye yang sebagian tertanam di tanah menjadi petunjuk keberadaan gedung Nationaal Archief (NA) di Prins Willem-Alexanderhof 20, Den Haag, Belanda. Penanda itu tepat berada di depan pintu masuk gedung yang terbuat dari kaca bening. Dan hampir sebagian besar dindingnya berupa kaca. Dua perempuan meja resepsionis mengarahkan pengunjung menuju Studiezaal alias ruang baca arsip.

Pengunjung yang pertama kali datang harus membuat kartu entry pass. Tidak dipungut biaya untuk itu. Studiezaal berada di lantai dasar gedung berlantai delapan dan dua lantai basement ini. Tampak begitu luas dengan ukuran 40 x 30 meter. Lantainya yang bernuansa parket memberi rasa nyaman. Untuk mendapatkan arsip yang dibutuhkan, pengunjung bisa melakukan pencarian dari situs web NA di www.gahetma.nl.

Sebelum menuju meja tempat membaca, pengunjung dilarang membawa tas dan bolpoin. Sebagai gantinya, kepada pengunjung diberikan pensil. Anggota staf juga memberikan kantong plastik transparan yang berlogo NA warna oranye untuk tempat menyimpan telepon seluler, dompet, dan barang lain. Juga tempat khusus untuk kacamata. Di Studiezaal, pengunjung bebas mengambil foto, apa pun boleh dipotret.

Tidak terlalu lama menunggu, sekitar 30 menit, anggota staf Studiezaal yang mengenakan seragam biru itu sudah membawa sebuah kardus. Tanpa berucap sepatah kata pun, Raam, anggota staf asal Suriname, menyerahkan kardus khusus antilembap itu. Label pada kardus bertulisan "Algemene Secretarie en de Daarbij Gedeponeerde Archieven (1942-1950) Inv. nr: 5641-5651".

Ya, dokumen yang menjadi target pencarian adalah "Pringgodigdo Archief" yang disimpan di bagian koleksi Sekretariat Jenderal Hindia Belanda dengan kode inventaris 2.10.14. Sebagian besar arsip dalam bahasa Indonesia. Dokumen ini diberi tajuk "Arsip Raden Mas Mr AK Pringgodigdo, Sekretaris Negara Republik Indonesia 1944-1945". Dokumen itu disita Belanda ketika menyerbu Yogyakarta pada Agresi Militer II. Kemungkinan besar ada kesalahan dalam penamaan arsip ini, karena A.K. Pringgodigdo saat itu menjabat pengawas sidang. Adapun pejabat sekretaris negara adalah A.G. Pringgodigdo.

Begitu tutup kardus dibuka, terlihat 11 map abu-abu yang masing-masing mempunyai nomor inventaris. Map yang paling menggugah rasa penasaran adalah 5645. Keterangan dari arsip itu: laporan sidang, notulen, dan catatan yang terkait dengan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Di sinilah kemungkinan terdapat notulen Sidang BPUPKI yang selama ini dinyatakan hilang.

Benar saja: satu lembar catatan tulisan tangan dengan paraf A.K. Pringgodigdo di pojok kanan atas dan di seberangnya bertulisan "Muh Yamin". Kertas itu berkop "Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai". Notulen itu adalah pidato Muhammad Yamin dalam Sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945. Sebenarnya notulen itu ada dua lembar yang digabung menjadi satu. Sayang sekali, ada ketidaktelitian saat menduplikasi arsip asli sehingga lembar pertama terpotong hampir sepertiga lebarnya.

Memang semua dokumen dalam "Pringgodigdo Archief" itu berupa fotokopi alias salinan. Arsip yang asli, menurut anggota staf senior Nationaal Archief, Iris Heidebrink, telah dikembalikan ke Indonesia pada November 1987. Ternyata, dari penelusuran Tempo di Arsip Nasional Republik Indonesia, tidak ditemukan pidato Muhammad Yamin ini baik berupa notulen tulisan tangan maupun transkrip ketikan. Seandainya arsip asli itu tetap disimpan di NA, kemungkinan besar kehilangan bisa dicegah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus