Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Saya Masih Percaya Bisa Happy Ending

Sejumlah pendukung Anindya Bakrie di Musyawarah Nasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia dikabarkan didatangi oleh Badan Intelijen Negara. Anindya pun disebut telah dipanggil utusan Istana agar mundur dari pemilihan. 

12 Juni 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANINDYA Novyan Bakrie tinggal punya waktu kurang dari dua pekan untuk bersafari ke daerah menjelang Musyawarah Nasional (Munas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Maju sebagai Ketua Umum Kadin periode 2021-2026, putra mahkota Grup Bakrie itu mesti merawat calon pemilihnya. Basis pendukungnya di daerah disebut mulai goyah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejumlah ketua Kadin daerah dan tim suksesnya menyampaikan bahwa mereka didatangi Badan Intelijen Negara. Adapun Anin—sapaan Anindya—dikabarkan dipanggil utusan Istana agar mundur dari kontestasi. “Munas ini pemilihannya tertutup. Pada akhirnya teman-teman tinggal pilih saja berdasarkan hati nurani,” kata Anin kepada wartawan Tempo, Aisha Shaidra, Francisca Christy Rosana, Khairul Anam, dan Retno Sulistyowati, melalui konferensi video pada Jumat, 11 Juni lalu.

Apa yang Anda tawarkan di Kadin untuk lima tahun ke depan?
Karena sudah cukup lama (di Kadin), saya tidak bicara visi-misi, langsung program kerja. Ini hasil dari puluhan kunjungan, ratusan diskusi, yang bisa diperjuangkan di musyawarah nasional. Ini waktu penting mencapai “Indonesia Emas 2045”. Lima tahun ini dimulai dengan keluar dari masa pandemi. Bukan hanya bangkit, tapi juga bertransformasi. Kadin lima tahun ke depan harus berfokus ke mikroekonomi, bukan hanya ke pengusaha pemula, usaha mikro, kecil, dan menengah, tapi juga ke keadaan di lapangan. Ini yang membuat Kadin perlu tim think tank sendiri.

Kubu sebelah mengusung inklusivitas karena selama ini Kadin identik dengan Partai Golkar….
Saya sih enggak kaget dengan isu itu. Kadin dimulai dari peran perusahaan swasta sejak zaman Pak Ical (Aburizal Bakrie) pada 1990-an. Kadin itu komponennya swasta, korporasi, dan badan usaha milik negara. Jadi bukan karena beliau. Tapi sejak saat itu swasta banyak berkiprah di Kadin.

Bakrie punya sejarah berurusan dengan pemerintah, antara lain dalam kasus Lapindo. Apakah hal itu membebani dalam kontestasi? 
Itu dua hal berbeda. Kadin kan wadah dunia usaha. Saya yakin pemilih enggak mau kalau ketua umumnya pakai Kadin untuk kepentingan pribadi. Selama 15 tahun berkiprah di Kadin bukan untuk membesarkan grup mana pun, ya, tapi bagaimana bisa maju bersama.

Tim sukses Anda mengaku diintervensi pemerintah, antara lain soal pindahnya tempat pelaksanaan musyawarah nasional ke Kendari….
Saya rasa di mana pun pasti ada pro dan kontra. Publik juga melihat. Kami hanya berharap di mana saja tempatnya, keamanan, fasilitas, dijaga. Yang paling penting menghasilkan munas yang teduh, tidak gaduh. Bahkan kalau bisa programnya bisa langsung ready to use, dunia usaha sudah menanti-nanti. Kalau sebagai pengantin (calon ketua umum), santai aja.

Sikap Anda terhadap intervensi pemerintah dan Badan Intelijen Negara?
Saya tidak berfokus pada isu intervensi itu. Kadin ini mitra strategis pemerintah. Enggak kaget kalau banyak pihak, stakeholder, yang berpartisipasi. Anggap saja perhatian dari pemangku kepentingan. Kami punya tugas menyatukan Kadin. Ini organisasi dunia usaha, bukan organisasi politik. By default by nature mesti kompak.

Kabarnya Anda sempat dipanggil oleh Menteri Sekretaris Negara. Ada arahan apa?
Enggak ada, ya. Saya rasa semua orang di Kadin punya hubungan baik dengan bapak-ibu di kabinet. Saya rasa pemerintah konsisten, dengan siapa pun saya berbicara. Menteri-menteri mengatakan pemerintah netral. Intinya, pengin Kadin yang kuat, tidak politis, justru mempersatukan dunia usaha. Biasa saja.

Justru kali ini kompetisinya terlihat luar biasa….
Kalau pertandingannya makin diminati, makin seru. Yang pasti hubungan dua calon sangat baik. Kami sudah kenal sekitar 20 tahun. Perjuangannya kan sama saja, bagaimana bisa bangkit dari urusan Covid, urusan ekonomi. Saya masih percaya bisa happy ending. Yang penting fokusnya kita perlu mendampingi pemerintah.

Ada sinyal pemerintah ingin Anda mundur dan memenangkan Arsjad Rasjid?
Enggak ada. Kami hanya diingatkan jangan membuat ramai, apalagi jadi berseberangan, dan jangan menimbulkan polarisasi. Banyak yang menduga begini-begitu, masih ada kontrol. Kalau kata Mie Sedap, ini kriuk-kriuknya saja, he-he-he…. Intinya, pemerintah oke-oke saja siapa yang menang. Yang penting karena didukung konstituen. Tujuannya sama, menjadi mitra strategis. Ketua umum gampang dicek performance-nya dan loyalty-nya.

Ayah Anda (Aburizal Bakrie) sempat menemui Menteri Sekretaris Negara tentang kabar intervensi Badan Intelijen Negara?
Banyak spekulasi untuk membuat ceritanya lebih seru. Itu bumbu-bumbu cerita. Pak Ical hanya mengamati sebagai mantan ketua umum. Ini perjuangan saya. Saya juga ingin punya cerita 30 tahun ke depan. Semuanya ingin Kadin yang demokratis, harmonis, teduh.

Kabarnya Anda merasa dirugikan?
Kami sudah 70 tahunan bergelut di bisnis. Sudah biasa, sudah terlatih. Kalau mau naik kelas, mesti ujian dulu. Makin seru ujiannya, mudah-mudahan makin tinggi kelasnya. Cuma, memang teman daerah mesti dijaga supaya tetap tenang, karena kita pengusaha, enggak terlalu pandai bermain politik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus