Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KEMUNCULAN Mohammad Arsjad Rasjid Prabu Mangkuningrat dalam pemilihan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia 2021-2026 di luar dugaan banyak orang. Ia memang jarang muncul ke publik untuk urusan di luar jaringan bisnisnya. Arsjad mengaku bersedia mencalonkan diri setelah didorong seniornya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Majunya Arsjad sebagai pesaing Anindya Novyan Bakrie membuat kontes lima tahunan ini menjadi ramai. Apalagi ada kabar Istana telah memberikan restu kepada bos Indika Energy tersebut. “Mau gimanapun akhirnya kembali ke para pemilih. Baliknya ke hati nurani mereka,” kata Arsjad saat ditemui wartawan Tempo, Aisha Shaidra, Khairul Anam, dan Retno Sulistyowati, di kantornya di kawasan Jakarta Selatan, pada Jumat, 11 Juni lalu.
Walau Anda kalah start, dukungan Istana kabarnya jatuh kepada Anda….
Saya enggak katakan dukungan. Intinya, dalam prosesnya saya bertemu dengan banyak teman. Bicara soal Kadin, nanti perlu keputusan presiden. Kadin sendiri diatur undang-undang. Ada banyak kementerian yang berperan, seperti Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Sekretariat Negara, hingga Sekretaris Kabinet. Saya mesti ngomong sama mereka, kan, praktiknya. Dari perdagangan, industri, perekonomian, investasi, saya temui semua.
Anda memaparkan program kepada mereka?
Saya sampaikan program saya. Ada keluhan selama ini Kadin eksklusif, saya mau inklusif. Semua pengusaha kecil-menengah bisa ikut. Terus, dengan adanya pandemi, muncul dua perang, yaitu kesehatan dan ekonomi.
Kabarnya Anda menemui sejumlah perwakilan partai juga?
Saya bukannya mau berpolitik atau minta dukungan. Saya cuma meminta restu. Saya datangi semua. Saya gali pandangan semua stakeholder terhadap Kadin. Saya ingin tahu juga economy policy setiap partai. Ini di awal-awal, ya.
Publik melihat ini kompetisi besar antara kuning (Partai Golkar) dan merah (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)....
Sama sekali enggak. Makanya dari awal saya datangi semua.
Ketika mengobrol dengan sejumlah pihak tentang eksklusivitas, mereka punya pandangan serupa?
Banyak yang mengira, kok, kurang pergerakan untuk pengusaha mikro, kecil, menengah?
Apa hasil kunjungan Anda ke daerah dan asosiasi?
Ada hal yang di pusat enggak terasa, di daerah terasa. Di daerah kebanyakan apatis karena merasa hanya dilibatkan saat akan ada pemilihan. Di daerah forum komunikasinya enggak ada. Daerah bilang enggak diajak ini-itu.
Apa yang Anda janjikan kepada Kadin daerah dan asosiasi?
Saya sharing gimana saya, mau ngapain, bicara inklusif dan kolaboratif. Saya juga mau kembali ke undang-undang, bisa menerapkan kolaborasi dan gotong-royong. Dalam undang-undang utamanya juga mendorong usaha kecil-menengah. Itu yang hendak diupayakan. Lalu perbaikan regulasi, organisasi, juga memulihkan kesehatan, perekonomian.
Struktur Kadin saat ini akan berubah?
Konsep profesionalisme baru. Harus lebih efisien. Sekarang di pusat ada 1.200 pengurus. Harus lebih slim, efisien, transparan. Kadin juga bisa menjadi bayangan pemerintah sehingga struktur yang ada di pemerintah dimiliki Kadin. Misalnya ada kementerian keuangan, ada bagian yang khusus menyorot dan mengikuti kebijakan kementerian. Ibaratnya, kalau nanti misalnya presiden kurang menteri, kita siap, bisa memberikan saran policy. Tugas kami mengerti apa yang terjadi di industri dan daerah. Kadang yang begini enggak sampai ke sana (pemerintah).
Visi-misi ini dijelaskan kepada Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Presiden Joko Widodo?
Saya jelaskan pemikiran saya ini kepada semuanya. Saya sharing. Saya sampaikan konteks itu. Mungkin apa yang saya paparkan ini sejalan (dengan pemerintah).
Tapi ada sesi bertemu langsung dengan Presiden?
Wah, enggak. Kan, waktu itu konferensi pers soal vaksin gotong-royong. Semua diundang, bukan hanya saya.
Tapi Anda ada di panggung saat itu?
Itu kan cuma mengikuti protokoler. Kami ikut aja.
Orang melihat kehadiran Anda dalam acara itu sebagai bentuk dukungan Istana….
Ya, alhamdulillah. Tapi, at the end of the day, you mau gimanapun akhirnya kembali ke pemilihan. Balik-baliknya ke voters yang utama, ke hati nurani pemilih. Balik ke temen-temen.
Soal waktu dan lokasi yang dipindah?
Intinya, kami mau keadilan, keamanan, sehat semuanya. Kami lagi berebut cari dana masuk, investasi, jangan sampai mencoreng. Misalnya nantinya muncul kluster Kadin. Diselenggarakan di Bali kemarin saya sudah siap. Saya yakin, sudah ketemu sama daerah, sudah bicara, semua akhirnya dari hati juga, Bos. Jadi bukan gara-gara belum siap.
Sudah berhasil mendulang berapa suara?
Saya yakin saya punya suara mayoritas di daerah dan asosiasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo