Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PlayStation Studios melanjutkan trend merilis edisi ekstra dari game-game populernya dan kali ini giliran Death Stranding lewat Death Stranding Director's Cut. Tim Tempo mendapat kesempatan untuk menguji game untuk PlayStation 5 ini dari PlayStation Asia selama beberapa pekan terakhir untuk tahu apa yang berbeda dari versi anyar Death Stranding ini.
Masih digarap oleh sutradara nyentrik, Hideo Kojima, Death Stranding Director's Cut menawarkan sejumlah perubahan dan penambahan yang lebih berfokus pada gameplay dibanding cerita. Dengan kata lain, game ini tidak ditujukan untuk mereka, gamer enthusiast, yang mencari pendalaman atas cerita Death Stranding yang lumayan mbulet itu.
Kisah Death Stranding Director's Cut relatif sama dengan versi originalnya, tentang perjalanan Sam Bridges (Norman Reedus) menyatukan United Cities of America (UCA), bukan United States of America (USA). Sebuah event kataklismik bernama Death Stranding meluluhlantakkan Amerika, menghancurkan kota-kota yang ada, dan memicu reaksi alam berupa hujan Timefall di mana mempercepat usia makhluk hidup yang diguyurnya.
Situasi tersebut memaksa manusia yang tersisa untuk bersembunyi di bunker, menghindari Timefall serta makhluk-makhluk supernatural yang memicu Death Stranding, Beached Things (BTs). Walau begitu, mereka tetap membutuhkan bantuan kemanusiaan, dari konsumsi hingga produk budaya, untuk bertahan hidup. Dalam situasi itu, logistik dan ekspedisi menjadi sektor paling vital di UCA. Sam, sang protagonis, adalah kurir lepas dari jasa logistik dan ekspedisi, Bridges.
Mengatar barang ke lokasi tujuan masih menjadi core gameplay dari Death Stranding Director's Cut (Sumber: PlayStation Blog/ IGN)
Sam ditugasi untuk menyatukan lagi kota-kota di Amerika yang terputus pasca-peristiwa Death Stranding. Untuk itu, dia harus menjelajah dari pesisir timur hingga barat Amerika, mendatangi semua bunker yang ada demi mengaktifkan jaringan komunikasi mereka terhadap satu sama lain. Harapannya, hal itu akan menyatukan kembali masyarakat Amerika di bawah bendera UCA. Problemnya, tak semua tempat pengungsian mau bergabung di bawah UCA kecuali SAM menuntaskan masalah-masalah logistik mereka.
Gameplay utama Death Stranding Director's Cut masih sama dengan versi sebelumnya, gamer akan mengendalikan Sam mengantarkan barang dari gudang-gudang Bridges ke tempat-tempat pengungsian. Tugas gamer, memastikan semua barang diantar Sam dengan cepat, tepat waktu, dan dalam kondisi mulus. Problemnya, dalam perjalanan, gamer akan menghadapi banyak tukang begal, teroris, hingga BTs, yang siap menghalangi Sam untuk menjalankan tugasnya.
Tantangan lainnya, tidak semua tempat pengungsian berada di medan yang ramah untuk kendaraan bermotor. Mayoritas berada di ladang-ladang ganas yang penuh karang, jurang, ataupun turunan-turunan yang curam. Meleng sedikit, tidak hanya barang kiriman hilang atau rusak, nyawa Sam pun melayang. Gamer harus mampu menemukan rute pengantaran terbaik, minim penghalang, agar barang bisa terantar dan nyawa Sam tak hilang. Kalau perlu, barang-barang itu diantar dengan jalan kaki agar aman.
Dari sekian banyak tantangan, medan yang ganas adalah problem utama game Death Stranding sebelumnya. Hal tersebut untuk kebanyakan gamer membuat game Death Stranding terasa sangat lamban, repetitif, dan boring karena gamer bisa saja harus mengantarkan barang ke titik yang sama berulang kali. Tidak sedikit yang mengeluhkan hal tersebut, terlepas betapa deep-nya cerita di balik tugas-tugas Sam. Nah, Death Stranding Director's Cut mencoba mengubahnya dengan memberikan kemudahan pengantaran barang.
Pada game Death Stranding Director's Cut, gamer bisa menaiki Buddy Bot untuk mempercepat pengiriman barang ke lokasi tujuan (Sumber: PlayStation Blog/ IGN)
Salah satu perubahan ada pada fungsi robot berbentuk kaki burung onta bernama Buddy Bot. Pada versi sebelumnya, gamer tidak akan bisa membawa Buddy Bot dalam perjalanan karena ia hanya hadir sebagai pengiriman terotomatisasi. Sekarang, pada versi Director's Cut, gamer bisa mengajak Buddy Bot untuk mendampingi Sam sepanjang pengantaran barang.
Keberadaan Buddy Bot akan mengurangi beban barang yang harus digendong Sam, meminimalisir kemungkinan ia kehilangan keseimbangan akibat kebanyakan membawa paket. Hal itu diperbagus dengan kinerja Buddy Bot yang nyaris tidak pernah jatuh, memungkinkan Sam untuk mengantar barang lebih banyak, lebih cepat, tanpa cacat.
Jika bosan, gamer bisa juga menghidupkan fitur auto-pilot pada Buddy Bot. Pada mode tersebut, gamer bisa membuat Sam menunggangi Buddy Bot dan membiarkan robot itu mengantarkan Sam ke tujuan pengiriman. Mudah bukan?
Pada game Death Stranding Director's Cut, gamer juga bisa menggunakan Cargo Catapult untuk melempar paket ke lokasi terdekat dengan tujuan akhir sehingga medan-medan berbahaya, yang berpotensi merusak paket, bisa dihindari. (Sumber: PlayStation Blog/ IGN)
Perubahan lain adalah keberadaan Cargo Catapult yang akan didapat gamer di tengah permainan. Dengan pelontar kargo, gamer bisa melempar barang-barang dalam jumlah besar ke titik yang paling dekat dengan lokasi tujuan. Dengan begitu, Sam tidak perlu berjalan jauh-jauh, melewati BTs, sambil membawa tumpukan kargo karena ia tinggal mengambilnya di titik terdekat dari lokasi tujuan. Ketika tempat pengungsian yang dituju gamer berada di pegunungan atau di seberang sungai-sungai deras, Cargo Catapult adalah penyelamat utama.
Perubahan-perubahan tersebut membuat gameplay Death Stranding Director's Cut relatif lebih menyenangkan dibandingkan versi sebelumnya. Tak lagi pengantaran barang menjadi terasa membosankan atau mengesalkan karena banyaknya BTs yang harus dihabisi terlebih dahulu.
Kami harus mengakui bahwa ada kalanya juga hal-hal baru itu membuat pengantaran barang menjadi tidak terasa menantang lagi sehingga mulai muncul pertanyaan apakah kemudahan-kemudahan itu adalah visi Hideo Kojima sendiri atau fitur yang diadakan karena banyaknya keluhan dari gamer. Dalam berbagai wawancara, Hideo Kojima memposisikan tantangan mengantarkan barang sebagai simbolisme atas makin terkotak-kotaknya warga dunia karena perbedaan politik, keyakinan, dan juga bencana.
Pada game Death Stranding Director's Cut, salah satu fitur sampingan yang bisa diakses gamer adalah arena tembak (Firing Range). Di sana gamer, bisa mempelajari berbagai senjata, gerakan, dan pendekatan alternatif untuk melumpuhkan musuh-musuh yang menghadang. (Sumber: PlayStation Blog/ IGN)
Di luar kemudahan-kemudahan pengantaran barang, hal baru yang dihadirkan Death Stranding Director's Cut adalah side features berupa lapangan tembak, tantangan VR, dan arena balap. Lapangan tembak dan tantangan VR sedikit banyak akan membantu gamer untuk lebih jago dalam memainkan Death Stranding Director's Cut, namun lebih pada situasi ketika harus menghadapi tukang begal, teroris, ataupun BTs. Gamer akan mempelajari banyak cara, alternatif, untuk melumpuhkan musuh-musuh yang menghadang tanpa terbebani melindungi paket-paket yang berada di punggung.
Sementara itu, untuk arena balap, kami mendapatinya sebagai side feature yang tidak membantu, bahkan tidak perlu ada. Selain track yang ditawarkan hanya sedikit, fokusnya ada pada time trial, bukan balapan melawan kurir-kurir lainnya. Hadiahnya memang menggiurkan, blueprint untuk mobil yang bisa dikendarai Sam. Namun, perubahan pada Buddy Bot dan penambahan Cargo Catapult mengurangi fungsi mobil di versi terbaru Death Stranding ini
Technical-wise, Hideo Kojima dan timnya di Kojima Production berhasil menaikkan production value dari Death Stranding. Death Stranding Director's Cut terasa apik dan enak dipandang walaupun cukup aneh melihat setting Amerika-nya memiliki alam yang lebih menyerupai Skotlandia dan Islandia. Game berjalan mulus pada kecepatan 60fps dengan detail-detail tambahan pada objek-objek di sekitar Sam termasuk air.
Pada game Death Stranding Director's Cut, gamer pun bisa mengakses arena balap untuk mencetak waktu tercepat dalam melintasi track yang ada (Sumber: PlayStation Blog/ IGN)
Memanfaatkan kecanggihan gamepad DualSense pada PlayStation 5, Death Stranding Director's Cut juga memberikan efek-efek tambahan yang membuat permainan terasa lebih immersif. Tiap senjata memiliki penekanan dan sensasi yang berbeda di DualSense sehingga gamer bisa merasakan perbedaannya satu sama lain. Sayangnya, implementasi terbaiknya lebih pada senjata saja sementara pada situasi lainnya bisa dikatakan so so.
Overall, Death Stranding Director's Cut adalah entry yang menarik bagi gamer casual atau gamer yang belum pernah menyentuh Death Stranding versi sebelumnya di PlayStation 4. Perubahan-perubahan yang ada memberikan kemudahan dalam bermain selain mengurangi hal-hal yang sifatnya repetitif. Namun, bagi gamer yang mencari cerita tambahan, game ini tidak menawarkan banyak. Tambahan ceritanya bersifat minor dan gamer akan tetap bisa mendapatkan daging dari kisah Death Stranding dari versi sebelumnya.
Cukup mengherankan kenapa Kojima memilih title "Director's Cut" pada versi terbaru Death Stranding. Secara prinsip, Director's Cut berarti menghadirkan cerita final (dan tambahan) yang paling mendekati visi sutradaranya. Cerita utama Death Stranding Director's Cut relatif sama dengan versi sebelumnya. Melihat fokus game ini lebih ke perbaikan gameplay, mungkin Death Stranding Director's Cut lebih pas disebut Death Stranding Revised Edition.
Baca juga: Review Ghost of Tsushima Director's Cut: Konten Ekstra Lima Jam di Pulau Iki
ISTMAN MP
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini