Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

digital

Review Rise of the Ronin, Samurai di Persimpangan Jalan

Tempo berpeluang menjajal game PS5 Rise of Ronin yang dirilis hari ini, Jumat, 22 Maret 2024. Seperti apa alur perjalanan samura era Bakumatsu itu?

22 Maret 2024 | 18.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - PlayStation 5 kedatangan game eksklusif terbaru, Rise of the Ronin, pada hari ini, Jumat, 22 Maret 2024. Tempo berkesempatan memainkannya lebih dulu berkat media code yang disediakan Sony Interactive Entertainment.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rise of the Ronin adalah game action role-playing game (RPG) berlatar era Bakumatsu di Jepang pada 1850-an. Era ini merupakan akhir dari kekuasaan Keshogunan Tokugawa yang memimpin Jepang selama 250 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Game PS5 ini dimulai dengan kedatangan Komodor Angkatan Laut Amerika Serikat, Matthew C. Perry. Momentum itu menjadi tonggak keterbukaan Jepang yang sebelumnya mengisolasi diri. Konflik mulai terjadi antara Keshogunan Tokugawa dan para Daimyo—kepala klan feodal berbagai daerah di Jepang— karena perbedaan pendapat tentang dampak budaya dan teknologi dari negara-negara Barat.

Pemain berperan sebagai seorang Ronin, julukan untuk samurai tak bertuan, yang klannya dimusnahkan oleh Tokugawa. Menurut kode samurai yang tertulis di Bushido Shoshinsu, Ronin seharusnya bunuh diri dengan harakiri. Namun, seperti dilansir dalam buku The 47 Ronin: A Story of Samurai Loyalty and Courage, samurai pada era tersebut dapat memilih untuk beralih profesi atau berpindah ke keluarga Daimyo lain.

Para Ronin memiliki banyak kebebasan yang membuat pemain bisa melihat langsung perbedaan visi antara faksi Tokugawa dan faksi Daimyo secara bergantian. Shoin Yoshida, tokoh aktivis politik yang ditemui dalam game ini, merangkum pertikaian kedua kelompok tersebut.

“Ada pilihan yang dibuat di kepala, mempertimbangkan tujuan akhir nanti. Yang lainnya terbentuk di dalam hati, yang jalannya tidak jelas,” ujar Yoshida.

Dalam game ini, pemain juga dapat bertemu dengan tokoh-tokoh penting dalam sejarah Jepang seperti Ryoma Sakamoto, ronin yang bekerja untuk Daimyo wilayah Choshu, maupun Naosuke Ii, pejabat keshogunan Tokugawa. Misi-misi Rise of the Ronin membawa pemain mengarungi wilayah Yokohama, Edo (kini dikenal sebagai Tokyo), serta Kyoto.

Ronin yang wajah dan tubuhnya dapat dimodifikasi di awal game ini menjadi saksi atas peristiwa-peristiwa seputar runtuhnya dinasti Tokugawa. Pemain diberikan sepuluh jenis senjata berbeda. Masing-masing alat mendukung gaya bertarung yang dapat dipelajari dengan menyelesaikan misi sampingan, termasuk aktivitas lainnya dalam open world.  Kebutuhan serupa bisa juga didapat dengan cara berteman dengan non playable character (NPC) tertentu.

Gaya bertarung dari tiap senjata menjadi penting karena harus dicocokkan dengan alat maupun gaya bertarung yang dipakai musuh. Perhitungan yang tepat sebelum pertarungan dapat berbuah serangan yang lebih efektif.

Selanjutnya, Bersaing Ketat dengan Ghost of Tsushima

Sama-sama bertema samurai, sulit untuk tidak membandingkan Rise of the Ronin dengan Ghosts of Tsushima yang dirilis pada 2020. Kota-kota era Edo di Ronin tidak seindah perbukitan dan air terjun yang dihiasi bunga di Pulau Tsushima.

Ghost juga memiliki art direction yang lebih menarik. Variasi warna dan desainnya juga jauh lebih menyejukkan mata dibanding Ronin.

Namun, Rise of the Ronin memiliki narasi yang lebih kompleks dibandingkan game buatan Sucker Punch itu. Tidak ada “penjahat” seperti orang-orang Mongol yang dihadapi Jin Sakai di Ghost of Tsushima.

Keshogunan Tokugawa melakukan apa yang mereka anggap harus dilakukan untuk mencapai Jepang yang lebih baik. Para Daimyo versi Rise of Ronin juga memiliki jalan yang berbeda. Bentrok antara dua kelompok ini terasa lebih tegang karena pemain menghabiskan banyak waktu dengan berbagai karakter di kedua kubu.

Bingung memilih faksi? Wajar. Para petinggi Team Ninja, yang tak lain adalah pencipta Rise of the Ronin, juga kesulitan saat harus menentukan pilihan. Direktur cerita, Nobumichi Kumabe,  mencontohkan Kogoro Katsura sebagai karakter yang bisa membuat dia memilih faksi para Daimyo. Namun, direktur level design Hayato Shibuya mengatakan bahwa Katsura juga sangat seru untuk dilawan sebagai musuh boss.

Fumihiko Yasuda, sutradara dan produser, mengatakan kompleksitas Rise of the Ronin dibuat sedemikian rupa untuk membenamkan para pemain dalam Jepang era Edo.

“Biasanya kami membuat desain level linier yang mengarah ke bos yang sangat kuat,” kata Yasuda, yang membuat Ninja Gaiden 3 (2012) dan Nioh (2017). “Kali ini kami membuat game di mana pemain dapat terbawa sepenuhnya dalam dunia dan cerita yang kami buat.”

 

Rise of Ronin

Platform: PlayStation 5

Pengembang: Team Ninja

Penerbit: Sony Interactive Entertainment

Rilis: Jumat, 22 Maret 2024

Batasan Umur: Dewasa

Harga: Rp 1.029.000

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus