Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menilai masalah ketahanan pangan masih menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan pemerintah, termasuk Pemerintah Kota Solo. Hal tersebut terutama untuk mempersiapkan diri menghadapi ancaman resesi global 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masalah ketahanan pangan itu di antaranya menjaga pasokan bahan pangan di masyarakat, khususnya yang menjadi kebutuhan pokok, agar tetap aman. Selain itu agar tidak terjadi kenaikan harga yang signifikan pada aneka bahan kebutuhan pokok tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Yang menjadi PR kita sekarang (dalam menghadapi ancaman resesi global) adalah ketahanan pangan. Untuk hal itu, saat ini berbagai langkah sedang dipersiapkan oleh TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kota Solo)," ucap Gibran kepada awak media saat meninjau Lomba Krenova di Solo Techno Park atau STP, Rabu, 5 Oktober 2022.
Salah satu yang terus dilakukan TPID Kota Solo adalah upaya untuk menekan laju inflasi di Solo.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik atau BPS Kota Solo, tingkat inflasi bulan September 2022 tercatat di angka 1,30 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari inflasi nasional 1,17 persen. Angka inflasi Kota Solo juga lebih tinggi dari inflasi Jawa Tengah yang berada di angka 1,19 persen.
"Ke depan untuk inflasi ini kita evaluasi lagi sama Tim TPID. Tapi karena bulan-bulan kemarin dan bulan ini banyak event, jadi tinggi demand-nya," tutur Gibran.
Ia juga memastikan pihaknya akan segera menyalurkan sejumlah bantuan sosial dan menngadakan operasi pasar. "Ya untuk menekan inflasi segera kita gelontorkan bantuan-bantuan dan mungkin menggelar OP (operasi pasar) bahan pangan yang dibutuhkan warga. Sudah dibicarakan, kok. Tenang saja," kata dia.
Adapun Kepala BPS Kota Solo, Totok Tavirijanto, mengakui tingkat inflasi September 2022 lebih tinggi dari nasional yaitu di angka 1,17 persen. Dari enam kota di Provinsi Jawa Tengah, seluruhnya tercatat inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Kudus di angka 1,65 persen, disusul Kota Solo di urutan kedua.
Di posisi ketiga ada Kota Purwokerto sebesar 1,15 persen dan keempat Kota Semarang sebesar 1,13 persen, serta Kota Cilacap sebesar 1,11 persen dan Kota Tegal sebesar 1,09 persen.
"Inflasi di Solo sebesar itu dipicu oleh kenaikan harga BBM yang diumumkan awal September lalu. Secara otomatis itu memicu kenaikan harga komoditas di pasar tradisional dan modern," kata Totok.
Tingginya angka inflasi Bulan September di Solo merupakan tertinggi kedua setelah puncak terjadi pada April 2022 lalu. Diketahui, April lalu angka inflasi Solo berada di angka 1,47 persen.
"Karena April lalu terjadi pergolakan harga minyak goreng dan gas. Nah, September ini tinggi lagi angka inflasinya karena kenaikan harga BBM. Padahal sebelumnya kita sempat deflasi pada Agustus sebesar minus 0,06 persen,” ucap Gibran.