Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
OJK akan menentukan direksi baru Bursa Efek Indonesia akhir bulan ini.
Empat paket calon direksi BEI berebut dukungan perusahaan sekuritas.
Ada kandidat yang didukung menteri dan direksi lama BEI.
SEMPAT riuh rendah di awal tahun, kabar pergantian anggota direksi Bursa Efek Indonesia (BEI) kini kembali senyap. Proses suksesi ini berlangsung tertutup. Hanya ada sedikit laporan yang menyebutkan bahwa, dari lima paket calon anggota direksi, hanya empat yang lulus untuk mendaftar serta mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di hadapan Otoritas Jasa Keuangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepada Tempo, Jumat, 3 Juni lalu, Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK Anto Prabowo mengatakan uji kelayakan dan kepatutan calon anggota direksi BEI digelar oleh Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK yang dipimpin Yunita Linda Sari. Linda adalah bawahan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen. “Prosesnya di sana,” kata Anto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu paket calon anggota direksi BEI yang lulus adalah kelompok inkumben yang dipimpin Laksono Widodo, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI. Dalam paket ini, Laksono membawahkan sejumlah petinggi BEI, seperti I Gede Nyoman Yetna, Kristian Manullang, dan Risa E. Rustam.
Paket kedua yang lulus berada di bawah pimpinan Iman Rachman. Iman saat ini menjabat Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero). Dia berpengalaman di sektor keuangan saat menjabat Direktur Investment Banking PT Mandiri Sekuritas pada 2003-2016.
Paket ketiga dipimpin Adiyasa, yang kini menjabat Direktur Utama OCBC Sekuritas Indonesia. Paket keempat dipimpin Saidu Solihin, profesional pasar modal yang pernah menjabat Direktur PT Danareksa Sekuritas. Adapun paket yang dipimpin Orias Petrus Moedak, mantan Direktur Utama Mind Id, holding badan usaha milik negara bidang pertambangan, tak lulus seleksi karena tak mendapat cukup dukungan dari anggota Bursa.
Posisi anggota Bursa, perusahaan pialang efek yang memiliki izin dari OJK, menjadi krusial dalam pergantian direksi BEI. Sebab, paket calon anggota direksi BEI wajib mendapat dukungan minimal sepuluh anggota Bursa untuk melaju ke tahap seleksi. Perebutan dukungan itu pun memicu persaingan panas antarkandidat. Bukan cuma itu, ada kabar bahwa pertarungan calon anggota direksi BEI juga diwarnai cawe-cawe seorang menteri.
•••
PADA 1 April 2022, manajemen Bursa Efek Indonesia menyurati 97 direksi perusahaan sekuritas anggota Bursa. Dalam surat itu, BEI menyatakan sudah membuka pencalonan tujuh anggota direksi yang akan bertugas pada 2022-2026.
Mengacu pada Pasal 8 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 58/POJK.04/2016 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Bursa Efek, anggota Bursa yang bisa mengajukan paket calon anggota direksi BEI adalah yang mencatatkan akumulasi transaksi paling sedikit 10 persen dari total frekuensi dan nilai perdagangan efek.
Data perdagangan yang digunakan sebagai basis penghitungan tersebut adalah periode 1 April 2021-31 Maret 2022. Perusahaan efek yang memenuhi syarat ini harus mengajukan paket kandidat direksi paling lambat pada 4 Mei 2022, atau 56 hari sebelum rapat umum pemegang saham tahunan BEI pada 29 Juni 2022.
Sewajarnya para anggota Bursa atau perusahaan sekuritas yang aktif mengajukan paket. Tapi, faktanya, sejak Januari lalu, sudah ada lima paket calon anggota direksi yang bergerilya mencari dukungan anggota Bursa.
Tiga pelaku pasar modal yang mengetahui persoalan ini menyebutkan, dari lima paket itu, hanya kelompok inkumben yang paling lempang perjalanannya. Sejak pertengahan April lalu, Laksono Widodo dan kawan-kawan sudah memperoleh dukungan lebih dari sepuluh perusahaan sekuritas yang mewakili 50 persen frekuensi dan nilai perdagangan efek dalam setahun terakhir. Empat paket lain masih lintang pukang, saling salip memperebutkan dukungan tersisa.
Kompetisi sengit terjadi dalam perebutan suara Mirae Asset Sekuritas Indonesia. Anggota Bursa dengan kode YP ini mencatatkan nilai perdagangan efek terbesar, yaitu 9,55 persen, serta frekuensi terbesar, yakni 16,95 persen, dari total perdagangan efek setahun terakhir.
Di bawah Mirae, ada UBS Sekuritas Indonesia yang memegang 6,02 persen nilai perdagangan dan 3,18 persen frekuensi perdagangan, Mandiri Sekuritas (5,81 persen dan 7,28 persen), serta Indo Premier Sekuritas (5,01 persen dan 10,26 persen).
Menurut sumber Tempo, Mirae tidak ikut dalam gerbong Laksono. Awalnya Mirae mendukung paket yang dipimpin Saidu Solihin. Namun posisi ini kemudian mengancam posisi paket calon anggota direksi yang dipimpin Iman Rachman, yang tak kunjung mendapat 10 persen suara hingga pertengahan Mei lalu.
Padahal, menurut sumber Tempo, Iman Rachman adalah sosok yang cukup kuat. Sebab, Iman didukung Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir dan kakaknya, Garibaldi “Boy” Thohir. Boy adalah pemegang saham pengendali PT Trimegah Sekuritas. Trimegah juga menjadi anggota Bursa dengan 1,63 persen nilai perdagangan efek dan 1,26 persen frekuensi persen.
Trimegah pun mengalirkan dukungan kepada paket Iman Rachman. Sedangkan dukungan Erick Thohir, kata sumber Tempo, berupa izin kepada Iman, yang berstatus direktur Pertamina, untuk maju dalam suksesi direksi BEI. Dukungan ini membuat Iman, pada awal Mei lalu, sukses mendapat cukup suara untuk ikut bertarung dalam pemilihan anggota direksi BEI. Direktur Trimegah Sekuritas David Agus tidak menjawab ketika dimintai klarifikasi tentang kabar dukungan kepada Iman Rachman. Iman juga enggan memberikan tanggapan.
Di pihak lain, kelompok petahana yang dipimpin Laksono Widodo mendapat dukungan penuh dari Inarno Djajadi, Direktur Utama BEI saat ini. Dukungan ini makin penting karena Inarno belakangan terpilih sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK yang mengawasi kinerja BEI.
Saat ditanyai tentang dukungannya kepada Laksono, Inarno tak mau berkomentar. Inarno, yang akan dilantik menjadi anggota Dewan Komisioner OJK pada 20 Juli mendatang, mengaku akan menjagokan calon yang mendapat skor tertinggi dalam uji kelayakan dan kepatutan. “Siapa saja yang masuk radar, saya oke,” ucapnya pada Sabtu, 4 Juni lalu.
Sedangkan tanggapan atas kabar dukungan Erick dan Boy Thohir kepada Iman Rachman datang dari Staf Khusus Menteri BUMN Bidang Komunikasi Publik Arya Sinulingga. Arya mengaku tidak tahu ihwal dukungan Erick kepada Iman. Namun, dia menjelaskan, direktur BUMN seperti Iman tidak perlu mendapat izin menteri jika ingin melamar pekerjaan di tempat baru. “Mereka bebas, selama bukan kegiatan politik. Orang berhak cari tempat kerja di tempat lain,” ujar Arya pada Sabtu, 4 Juni lalu.
Setelah menggelar uji kelayakan dan kepatutan, pada akhir bulan ini OJK bakal menentukan orang-orang yang akan memimpin BEI. Posisi mereka sangat strategis karena akan menentukan wajah pasar modal dalam lima tahun ke depan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo