Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Ekonomi Indonesia di Tahun Politik

Kondisi ekonomi seperti kebal dari gejolak politik menjelang pemilu. Investor perlu mencermati tren melemahnya ekspor.

7 Mei 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUHU politik di Indonesia mulai memanas. Maklum, pemilihan umum atau pemilu makin dekat, tinggal sembilan bulan lagi. Namun, sejauh ini, ekonomi Indonesia tampak kebal dari pengaruh eskalasi suhu politik. Ekonomi tetap tumbuh cepat, di atas perkiraan para analis. Kepercayaan investor asing juga tak terganggu oleh manuver partai politik yang makin sibuk membangun koalisi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berbagai data pada bulan-bulan pertama 2023 menunjukkan kecenderungan perbedaan arah antara gejala ekonomi dan politik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tahunan pada kuartal I 2023 mencapai 5,03 persen. Sedangkan konsensus para analis hanya 4,97 persen. Pertumbuhan konsumsi domestik yang kuat menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi. Jadi, meskipun ada tanda-tanda ekspor mulai melambat karena gejala resesi global mulai menggigit, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di atas 5 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arus dana investasi portofolio yang masuk dari luar negeri juga terus mengalir kencang. Di pasar saham, sejak awal tahun hingga akhir pekan lalu, secara neto investor asing membawa masuk dana Rp 18,52 triliun. Sedangkan di pasar obligasi pemerintah, nilai pembelian neto oleh investor global pada periode yang sama jauh lebih besar, mencapai Rp 62,4 triliun.

Data ini merupakan salah satu petunjuk penting untuk menggambarkan tingkat kepercayaan investor global terhadap pasar keuangan di Indonesia. Jika arus masuk dana asing masih mengalir kencang, apalagi ketika pasar keuangan dunia sedang bergejolak penuh ketidakpastian, artinya Indonesia masih dianggap sebagai tempat berlindung yang aman.

Ketimbang terpapar risiko jika menyimpan uang di negara maju atau negara berkembang lain, investor menilai berinvestasi di berbagai instrumen keuangan Indonesia relatif aman dan lebih menguntungkan. Terjaganya inflasi di dalam negeri juga membuat keyakinan investor kepada Indonesia tetap kuat. Biasanya, menjelang Lebaran, harga berbagai bahan kebutuhan pokok, terutama pangan, melonjak tajam. Kali ini ceritanya berbeda. Lebaran yang datang bersamaan dengan musim panen membuat harga pangan tidak bergejolak. Walhasil, inflasi tahunan di Indonesia per April 2023 cuma 4,33 persen, titik terendah dalam 11 bulan terakhir.

Investor juga perlu mengantisipasi satu lagi faktor positif dari agenda politik. Dalam beberapa bulan ke depan, ketika musim kampanye tiba, Indonesia akan menerima derasnya aliran dana dari luar negeri. Inilah dana dari para sponsor partai ataupun kandidat presiden untuk membiayai kampanye dan berbagai aktivitas politik lain.

Masuknya dana ini ke dalam negeri akan menggenjot konsumsi lebih kencang dan berperan cukup signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi. Tentu saja, tetap ada beberapa risiko yang dapat mengganggu sentimen positif terhadap Indonesia. Salah satunya suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve yang amat tinggi. Pekan lalu, The Fed kembali menaikkan bunga sebesar 0,25 persen. 

Setelah kenaikan bunga yang kesepuluh ini, bunga The Fed kini berada dalam rentang 5-5,25 persen, tertinggi sejak September 2007. Bunga The Fed yang begitu tinggi bisa mengubah alokasi investasi portofolio global dan mengganggu aliran dana yang masuk ke Indonesia. Walaupun sejauh ini sentimen positif terhadap Indonesia masih terlihat lebih kuat ketimbang daya tarik bunga tinggi The Fed, tetap ada kemungkinan ekuilibrium itu berubah.

Selain itu, jika penerimaan ekspor Indonesia terus melemah, stabilitas neraca eksternal Indonesia bisa goyah. Merosotnya surplus perdagangan dapat mengancam sentimen positif yang kini masih mendominasi. Gelagatnya sudah tampak pada Maret 2023. Secara tahunan, ekspor Indonesia mengalami kontraksi minus 11,33 persen, penurunan pertama setelah 29 bulan terus-menerus menikmati pertumbuhan. Mungkin itu belum menjadi pertanda bahaya. Tapi, ketika ekonomi dunia masih bergejolak penuh ketidakpastian, segala yang tak terduga selalu bisa datang dengan tiba-tiba.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Artikel ini terbit di edisi cetak di bawah judul "Jalan Bersilang Ekonomi dan Politik"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus