Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia anjlok di awal perdagangan Asia pada Rabu, 7 Agustus 2024. Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent turun 21 sen atau 0,27 persen menjadi US$ 76,27 per barel. Sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat turun 25 sen atau sebesar 0,34 persen menjadi US$ 72,95 per barel.
Dalam laporannya, sumber Reuters menyebut anjloknya harga ini terjadi karena naiknya persediaan minyak mentah, bensin, dan sulingan di Amerika Serikat. Mengutip angka-angka American Petrooleum Institute (API) pada Selasa, ia menyebut stok minyak mentah naik 176 ribu barel. Sementara analis yang disurvei Reuters memperkirakan stok minyak mentah turun 700 ribu barel.
Adapun persediaan bensin meningkat sebanyak 3,313 juta barel, bertentangan dengan ekspektasi analis untuk penarikan sebanyak 1 juta barel. Sementara itu, persediaan sulingan naik sebanyak 1,217 juta barel, meningkat lebih besar dari yang diantisipasi.
Sebelumnya, pada Senin, harga minyak mentah Brent anjlok ke titik terendah sejak awal Januari. Sedangkan harga minyak mentah WTI menyentuh titik terendah sejak Februari. Hal ini terjadi karena kemerosotan pasar saham global semakin dalam akibat meningkatnya kekhawatiran akan potensi resesi di AS, konsumen minyak bumi terbesar di dunia.
Adapun menurut analis dari Dupoin Indonesia Andrew Fischer, harga minyak mentah, terutama WTI, cenderung menurun dalam jangka pendek hingga menegah. Hal ini terjadi lantaran daya beli yang rendah. "Konsumen dan investor menunjukan minat yang berkurang pada minyak mentah ini," kata Fischer melalui keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu, 7 Agustus 2024.
Faktor lain yang mempengaruhi harga minyak ini adalah ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Selain itu, menurut dia, ada kecenderungan perubahan preferensi ke minyak Rusia. Sebab, harga minyak Rusia dinilai lebih murah.
Lebih lanjut, Fischer menyoroti stok minyak di Amerika Serikat yang cukup tinggi. Namun di sisi lain, penurunan nilai mata uang US$ saat ini dappat memberi peluang kenaikan harga minyak. "Stok minyak yang tinggi biasanya menekan harga, tapi dengan melemahnya dolar, harga minyak dapat menemukan dukungan," kata dia.
Pilihan editor: Cerita Warga Sepaku yang Sulit Dapat Air Minum di Tengah Euforia Uji Coba SPAM IKN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini