Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perdagangan memastikan pemerintah telah menyiapkan subsidi selisih harga kedelai Rp 1.000 per kilogram untuk para perajin tahu tempe. Subsidi ini untuk menekan gejolak harga bahan baku yang menyebabkan harga tempe, tahu, dan produk-produk olahan kedelai lainnya melambung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jadi kalau dikasih selisih harga Rp 1.000, sama saja harganya jadi Rp 11 ribu," ucap Pelaksana tugas Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Syaliendra, saat dihubungi Tempo pada Jumat, 7 Oktober 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun harga beli kedelai per 4 Oktober tercatat Rp 12.575. Sedangkan harga jual di Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti) bulan lalu sudah menembus Rp 13.044.
Syaliendra menuturkan Kemendag telah melayangkan surat kepada Kementerian BUMN agar segera menugaskan Bulog menyalurkan subsidi tersebut. Surat ini telah disorongkan pada 28 September 2022. Kemudian, kata Syailendra, Kementerian BUMN telah membuat surat penugasannya pada Bulog enam hari kemudian atau pada 4 Oktober 2022.
Harga kedelai secara global naik signifikan. Melambungnya harga komoditas itu mempengaruhi kondisi di pasar dalam negeri. Sebab, saat ini, Indonesia masih menggantungkan kebutuhan kedelainya terhadap impor.
Syailendra mencatat, kini importasi kedelai mencapai hampir 90 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) pun merekam nilai impor kedelai ke Indonesia mencapai US$ 1,48 miliar pada 2021. Nilainya naik 47,77 persen dari tahun sebelumnya yang menembus US$1 miliar.
Syailendra mengimbuhkan, kenaikan harga ini tidak akan membuat importir menahan stok selama berbulan-bulan. Sebab, komoditas tersebut tidak tahan lama untuk disimpan di gudang.
Meski harganya naik, Syailendra mengklaim stok kedelai stabil. Stok kedelai per 6 Oktober 2022 masih tersedia 400 ribu ton. Angka tersebut lebih besar 50 persen dari rata-rata kebutuhan kedelai nasional, yaitu 200 ribu ton per bulan. Data itu bersumber dari Asosiasi Kedelai Indonesia atau Akindo.
RIANI SANUSI PUTRI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.