Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian atau Kemenko Perekonomian klaim layanan internet milik Elon Musk, Starlink, mampu mendorong penetrasi internet Indonesia hingga 100 persen. Saat ini penetrasi internet di Indonesia masih 76,3 persen secara nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Asisten Deputi Digital Kemenko Perekonomian Theodore Sutarto meyakini kehadiran Starlink dapat mendorong cakupan hingga 100 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Layanan internet berbasis satelit milik Elon Musk tersebut dianggap bagus untuk menjangkau seluruh pelosok. “Speed-nya bagus dan jangkauannya seluruh Indonesia,” kata dia di Kantor Kemenko Perekonominan, Rabu, 12 Juli 2024.
Ia mengatakan Starlink mengisi daerah yang sulit dimasuki jaringan kabel optik, sehingga kehadiran satelit dengan orbit relatif dekat dengan permukaan bumi atau low earth orbit (LEO) dapat menjadi jawaban keterbatasan akses internet. Meski demikian, ada tantangan yang harus dihadapi jika pemerintah ingin menggunakan layanannya. Investasinya cukup besar jika digunakan oleh kementerian dan lembaga.
Bagi Puskesmas, kantor kelurahan dan kecamatan, anggarannya juga pasti besar, karena untuk membeli perangkat saja harganya jutaan. “Belum lagi langganannya, apakah itu bisa dicapai oleh rakyat indonesia lain, belum tentu,” ujarnya.
Dilansir dari laman resmi starlink, harga perangkat untuk Indonesia berkisar Rp 5,9 juta hingga Rp 43,7 juta. Sementara paket layanan bulanan seharga Rp 750 ribu untuk keluarga. Sementara untuk maritim, tanggap darurat, dan bisnis mobile mencapai Rp 86,1 juta per bulan.
Deputi IV Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud mengatakan cakupan internet yang luas sangat diutuhkan untuk mengambangkan ekonomi digital.
Ia memaparkan saat ini dari segi cakupan internet Indonesia berada pada peringkat 7 se- ASEAN. Sementara dari segi kecepatan internet, Indonesia berada pada peringkat 9 dari 10 negara. “Masih jauh, dan ini PR yang harus kita selesaikan lebih cepat,” ujarnya.