Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Karuizawa - Pertemuan tingkat menteri di Karuizawa, Nagano, Jepang, mempromosikan integrasi kebijakan sektor energi dan lingkungan di negara-negara anggota G20. Integrasi tersebut dianggap penting untuk menghadapi perubahan iklim serta untuk menjaga kelanjutan pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: Menteri G20 Setuju Pajak Perusahaan Teknologi Raksasa Dinaikkan
“Tren global di bidang energi dan lingkungan telah berubah secara dramatis. Dengan berlakunya Paris Agreement, momentum untuk menangani perubahan iklim di seluruh dunia telah tumbuh,” kata Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang Hiroshige Seko, dalam pidato pembukaan sesi bersama pertemuan tingkat menteri di Prince Hotel, Karuizawa, Sabtu pagi, 15 Juni 2019.
Delegasi dari negara-negara G20 dan lembaga internasional berkumpul selama dua hari, pada 15-16 Juni 2019, di kawasan resor Karuizawa, sekitar 190 kilometer ke arah Barat Laut dari Tokyo. Menurut Seko, ini merupakan pertemuan pertama yang dihadiri menteri bidang energi dan lingkungan dari masing-masing negara G20.
Dalam pertemuan “Energy Transition and Global Environment for Sustainable Development” ini, Indonesia diwakili Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, serta Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya Bakar.
Seko menambahkan, energi yang terjangkau dan stabil bagi pertumbuhan ekonomi menjadi isu penting akhir-akhir ini. Tahun lalu, di bawah kepemimpinan Argentina, menteri energi negara-negara G20 telah sepakat tentang pentingnya mencapai masyarakat rendah karbon, serta mengakui perbedaan tahapan transisi energi berdasarkan kondisi di masing-masing negara.
Tahun ini, menurut Seko, di bawah kepemimpinan Jepang, G20 akan mempercepat penyelarasan kebijakan energi, pertumbuhan ekonomi, dan lingkungan dengan mengandalkan inovasi di bidang energi.
Jepang telah menyusun strategi pertumbuhan ekonomi jangka panjang di bawah Paris Agreement, yang memproklamirkan visi ambisius tentang “masyarakat rendah karbon” atau “decarbonized society”. Strategi ini menjadikan inovasi di bidang energi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di bawah 80 persen sebelum 2050.
Menurut Seko, Jepang pun sangat mendukung inovasi teknologi berbasis hidrogen serta teknologi “daur ulang” yang berfokus pada pemanfaatan karbon, seperti Carbon Capture Storage and Utilization (CCUS).
Dalam pengembangan energi hidrogen, misalnya, pemerintah Jepang telah bekerja sama dengan salah satu perusahaan kimia terkemuka di negeri Sakura, Showa Denko, untuk mendaur ulang sampah plastik menjadi hidrogen murni. Selanjutnya, hidrogen dari sampah itu dimanfaatkan untuk penggerak generator listrik.
Sehari sebelumnya, ketika meluncurkan laporan bertajuk “The Future of Hydrogen: Seizing Today’s Opportunties” bersama International Energy Agency (IEA), Seko juga membeberkan kemajuan Jepang dalam pengembangan energi hidrogen. Menurut dia, lebih dari 3.100 kendaraan berbahan bakar sel (FCVs) telah mengaspal di Jepang. Stasiun pengisian ulang hidrogen telah dibangun di107 lokasi, melebihi negara manapun di dunia.
Jepang juga telah melakukan pelbagai inisiatif, antara lain menggelar konferensi internasional tahunan, melakukan penelitian dan pengembangan teknologi energi bersih (RD20), serta mengumpulkan lembaga riset terkemuka dari negara-negara G20 untuk mengembangkan inovasi.
Di samping itu, Jepang telah mendirikan konsorsium yang dipimpin sektor swasta, “TCFD Consortium” pada Mei lalu. Jumlah pendukung TCFD di Jepang, menurut Seko, kini menjadi yang terbesar di seluruh dunia. Selanjutnya, Jepang akan menggelar TCFD Summit pada musim gugur tahun ini. Berkolaborasi dengan inisiatif lain seperti RD20 dan Innovation for Cool Earth Forum (ICEF), Jepang juga akan menggelar “Green Innovation Summit” pada tahun ini.
Melalui pertemuan tingkat menteri kali ini, bersama anggota G20 lainnya, menurut Seko, Jepang bertekad untuk mempererat kerja sama internasional, mempromosikan pembiayaan swasta, serta menciptakan iklim bisnis untuk inovasi. Seko berharap menteri-menteri energi dan lingkungan negara G20 memiliki pandangan yang sama serta mengambil tindakan yang lebih konkret.
“Pada pertemuan tingkat menteri ini, kami ingin menyepakati kebijakan dasar dan tindakan tersebut sebagai hasilnya,” ujar Seko.
Pada akhir pertemuan ini, para menteri G20 akan menyepakati dokumen lengkap Ministerial Communique yang dibahas oleh Energy Transition Working Group (ETWG).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAJANG JAMALUDIN (KARUIZAWA)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini