Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Kilang Pertamina Internasional meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 1,51 megawatt peak (MWp) Kilang Balongan, Indramayu, Jawa Barat, pada Senin, 19 Februari 2024. PLTS ini dibangun atas kolaborasi KPI dengan Pertamina New and Renewable Energy.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PLTS pertama di Balongan ini dibangun di dua area terpisah, dengan masing-masing sebesar 1 MWp dan 0,51 MWp. PLTS tersebut akan menyuplai listrik untuk perumahan di Kilang Balongan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Proyek dan Operasi Pertamina NRE Norman Ginting mengatakan, PLTS ini menjadi bagian dari upaya KPI dalam dekarbonisasi. Menurut Norman, inisiatif dekarbonisasi Pertamina merupakan bentuk komitmen dalam mengimplementasikan aspek Environmental, Social and Governance (ESG).
“Kami percaya bahwa sinergi yang solid akan memantapkan upaya mencapai aspirasi net zero emission Pertamina,” katanya dalam keterangan resmi pada Selasa, 20 Februari 2024.
Direktur Operasi KPI, Didik Bahagia, menambahkan bahwa KPI berkomitmen mendukung dekarbonisasi di unit operasi.
"Dengan mengintegrasikan dekarbonisasi ke dalam unit operasi, KPI siap untuk memberikan dampak yang nyata dan positif pada lingkungan sambil berkontribusi pada pencapaian tujuan keberlanjutan global."
PLTS ini diprediksi akan menyuplai tenaga listrik sebesar 781 MWh setiap tahun. Dari operasi tersebut, akan menurunkan emisi karbon sebesar hampir 600 ton CO2 per tahun.
Hingga kini, kapasitas PLTS yang terpasang di area operasi KPI telah mencapai 9,87 MWp. Masing-masing Kilang Dumai 3,77 MW, Kilang Plaju 2,25 MW, Kilang Balongan 1,51 MW, dan Kilang Cilacap 2,34 MW. Akumulasi energi yang disalurkan mencapai 10 juta kWh dan penurunan emisi lebih dari 6 juta ton CO2, atau setara dengan 7 ribu pohon dewasa.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso menyebut bahwa Pertamina mendorong penguatan sinergi dan kolaborasi di seluruh lini bisnis guna mempercepat realisasi bisnis rendah karbon. Dengan demikian, target Net Zero Emission Indonesia tahun 2060 dapat tercapai. Target tersebut dicapai melalui dekarbonisasi, bisnis rendah karbon serta carbon offset.
"Bisnis rendah karbon sangat potensial di era transisi energi, untuk itu diperlukan keterlibatan seluruh subholding dan anak usaha. Salah satunya, dengan pemanfaatan PLTS di lokasi internal Pertamina," kata Fadjar.
ANNISA FEBIOLA