Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Harga saham di pasar modal dunia terus menanjak.
Kenaikan harga saham didorong optimisme investor.
Ada pertaruhan ketika bunga The Fed tak jadi menurun dengan cepat.
TAHUN 2023 berakhir dengan pesta-pora berbagai bursa saham di semua penjuru bumi. Sepanjang tahun lalu, investor saham memang untung besar. Bahkan di bulan-bulan terakhir menjelang tutup tahun pergerakan harga saham seakan-akan cuma mengenal satu arah: naik dan terus naik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di bursa saham New York, Amerika Serikat, antusiasme investor membuat indeks S&P 500 nyaris menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah. S&P 500 naik 11,9 persen dalam tiga bulan terakhir 2023. Tingkat kenaikan itu bahkan mencapai 25,08 persen jika dihitung sejak awal tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara lebih luas, optimisme investor saham global juga tecermin pada pergerakan MSCI World Index, indikator naik-turunnya harga ekuitas secara global. Indeks ini melonjak 16 persen sejak akhir Oktober dan naik 22 persen sepanjang 2023.
Cuma pasar saham Cina, termasuk bursa Hong Kong yang menjadi satelitnya, yang benar-benar tertinggal pesta-pora global ini. Apa boleh buat, pemulihan ekonomi Cina yang tersendat-sendat dan memanasnya potensi konflik antara Cina dan tetangga-tetangganya membuat investor memilih keluar dari pasar saham di sana.
Aliran bersih dana asing ke saham Cina anjlok 87 persen sejak Agustus 2023. Menurut hitungan The Financial Times, ada dana US$ 28,71 miliar yang berbalik keluar sejak Agustus lalu hingga akhir tahun ini.
Bursa saham Indonesia, untungnya, tidak mengalami nasib serupa meskipun ada persoalan yang mirip. Sementara di Cina biang kerok masalah ada di sektor properti, di Jakarta terdapat problem utang raksasa yang membelit beberapa perusahaan kontraktor milik negara.
Namun investor saham Indonesia tetap optimistis. Secara umum, tak banyak pengaruh buruk pada sentimen positif itu, meski otoritas pasar sudah menghentikan perdagangan saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk karena badan usaha milik negara itu gagal membayar kewajibannya kepada pemegang obligasi sejak Mei 2023. Suspensi itu masih berlanjut hingga akhir tahun dan belum ada kejelasan kapan berakhir.
Toh, keriaan pasar saham Jakarta tetap berlangsung, tanpa melibatkan saham-saham BUMN karya. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 9,5 persen sejak awal November hingga akhir 2023 yang ditutup pada angka 7.272,8. Kenaikan luar biasa dalam dua bulan terakhir itu bahkan membuat IHSG nyaris menyentuh rekor tertingginya sepanjang sejarah, 7,363,42, yang tercapai pada 15 September 2022. Dalam setahun, IHSG naik 6,62 persen.
Sekarang pertanyaan yang amat penting adalah bagaimana berikutnya? Pemicu euforia ini adalah keyakinan pasar bahwa The Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat, akan membalik arah kebijakan suku bunga. Pasar bertaruh sepanjang 2024 bunga The Fed akan turun dengan agresif.
Harga-harga saham yang sudah melonjak sangat tinggi itu bahkan sudah memasukkan pemotongan bunga oleh The Fed hingga enam kali. Ini jelas estimasi yang sangat agresif. Pasar juga sudah menghitung kemungkinan Bank Sentral Eropa ikut menurunkan suku bunga pada akhir tahun ini.
Masalahnya, apakah mungkin ekonomi global benar-benar bergerak sesuai dengan ekspektasi pasar, yang sekilas tampak berlebihan? Investor saham sepertinya terlalu berani mengambil risiko berdasarkan asumsi bunga pasti turun dengan cepat. Padahal analis di pasar bukannya kebal dari kekeliruan ketika menghitung kemungkinan arah kinerja ekonomi.
Pada akhir 2022, misalnya, hasil survei The Financial Times menunjukkan 80 persen ekonom yakin ekonomi dunia akan mengalami resesi pada 2023. Nyatanya kita tidak melihat ada resesi yang datang tahun lalu.
Sejarah itu bisa terulang. Ketika pasar begitu yakin bunga akan turun hingga enam kali, bukan tak mungkin tebakan itu keliru. Pasar bisa mengalami koreksi harga yang cukup dalam jika kondisi ekonomi Amerika Serikat, terutama inflasi dan angka pengangguran, memaksa The Fed lebih berhati-hati dan tidak berlaku lasak dalam memangkas bunga.
Sebaliknya, kolom ini bisa pula keliru. Optimisme pasar mungkin benar dan harga saham melanjutkan tren kenaikannya. Begitulah pasar, tak pernah ada kepastian di sana meski semua investor sungguh mendambakannya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawha judul "Pertaruhan Besar Pasar Saham"