Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KECELAKAAN kerja berulang di pabrik penghiliran nikel di Kabupaten Morowali menjadi tamparan keras bagi pemerintah. Tak semestinya industri dengan investasi ratusan triliun rupiah beroperasi dengan mengabaikan prosedur standar keselamatan kerja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun itu yang terjadi di pabrik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah. Pada Ahad subuh, 24 Desember 2023, tungku nomor 41 meledak dan membakar 59 pegawai. Sembilan belas di antaranya meninggal karena terpanggang dan kesulitan bernapas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebakaran tangki di pabrik smelter nikel ini bukan yang pertama kali terjadi. Tepat setahun lalu, insiden serupa terjadi di kawasan industri nikel milik PT Gunbuster Nickel Industry. Dua pekerja tewas terpanggang dalam peristiwa itu. Pada 27 April 2023, kecelakaan kerja pun terjadi di PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Industry. Perusahaan ini juga berdiri di kawasan industri Morowali.
Tragedi berulang semestinya bisa dicegah jika pemerintah lebih serius mengawasi operasi perusahaan smelter nikel. Apalagi proyek penghiliran mineral tersebut masuk daftar proyek strategis nasional yang selalu diklaim Presiden Joko Widodo sebagai keberhasilannya dalam pembangunan sektor industri.
Selama ini status proyek strategis nasional selalu menjadi dalih bagi pemerintah untuk memberikan banyak keistimewaan bagi perusahaan smelter nikel. Namun itu semestinya tidak berlaku dalam urusan pemberian sanksi atas pelanggaran aturan keselamatan kerja. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, sepanjang 2022-2023, menemukan tidak ada satu pun perusahaan terkena sanksi atas kecelakaan yang merenggut nyawa pekerja di sejumlah smelter nikel.
Pemerintah bisa belajar kepada negara-negara lain dalam penanganan kecelakaan kerja di sektor industri. Misalnya Upper Big Branch Mine Disaster, ledakan tambang batu bara di West Virginia, Amerika Serikat, yang menewaskan 29 penambang pada 2010. Begitu juga Tianjin Explosions di Tiongkok pada 2015 yang menewaskan 173 orang dan Xiangshui Chemical Plant Explosion pada 2016 yang merenggut nyawa 78 orang.
Semua kejadian itu ditindaklanjuti dengan investigasi mendalam guna mencari dalang kecelakaan tersebut. Mereka yang terbukti bersalah mendapat sanksi berat dengan tujuan memberi efek jera. Pemerintah kemudian membuat regulasi standar keselamatan kerja yang lebih detail guna mengantisipasi terulangnya kejadian serupa.
Dalam insiden ledakan smelter 41 Tsingshan, indikasi kealpaan perusahaan sangat terang. Majalah ini menemukan perbaikan tungku smelter yang bocor dilakukan ketika slag besi di dalamnya masih bergelegak. Padahal seharusnya perbaikan menunggu suhu sisa material olahan di dalam tungku turun. Selain itu, ketika perbaikan dilakukan, tak ada satu pun petugas teknis keselamatan dan kesehatan kerja yang berjaga.
Pelbagai dugaan pelanggaran tersebut bisa menjadi pintu masuk bagi kepolisian untuk mengusut tuntas tragedi Morowali. Jika ada aturan keselamatan kerja yang dilanggar hanya untuk mengejar efisiensi, sudah semestinya perusahaan ini dihukum. Lembaga pemerintah yang abai mengawasi praktik kesehatan dan keselamatan kerja pun mesti ditindak.
Pemerintah harus berani bersikap tegas, karena tidak ada investasi seharga nyawa manusia.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Praktik Lancung di Smelter Morowali"