Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Gesits menangkap peluang penyelenggaraan KTT G20 di Bali.
Kabar baru rencana PT Industri Baterai Indonesia (IBC) menggandeng Gesits.
Ada wacana menggabungkan Gesits dalam kluster holding BUMN industri baterai.
HIDUP Sari Suryanti kini terbagi antara Bali dan Jakarta. Memimpin PT Gesits Bali Pratama, distributor terbesar kendaraan listrik roda dua merek Gesits di Denpasar, Sari makin intensif datang ke Ibu Kota. Dia harus mengikuti berbagai rapat di kantor kementerian dan lembaga untuk persiapan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Oktober mendatang. “Selama kegiatan nanti ada zona yang sama sekali enggak boleh pakai kendaraan konvensional,” kata Sari ketika ditemui Tempo di salah satu dealer Gesits di Sunter, Jakarta Utara, Jumat, 14 Januari lalu. “Sebulan ini harus kelar.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah memang telah menetapkan kendaraan listrik sebagai sarana transportasi resmi dalam penyelenggaraan KTT G20 di Bali. Setidaknya 150 pertemuan akan digelar sepanjang tahun ini sebelum pertemuan puncak pada Oktober nanti. Tiga topik utama akan menjadi bahasan utama dalam Presidensi G20 Indonesia, yakni sistem kesehatan dunia, transformasi ekonomi dan digital, serta transisi energi. Dalam topik terakhir ini, pemerintah ingin membuktikan komitmennya meredam perubahan iklim lewat penggunaan energi ramah lingkungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gesits akan menjadi salah satu vendor yang mengambil bagian dalam hajatan besar tersebut. PT Wika Industri Manufaktur, produsen Gesits yang dibangun secara patungan oleh PT Wijaya Karya Industri dan Konstruksi bersama PT Gesits Technologies Indo, akan menyediakan sekitar 1.000 unit sepeda motor listrik selama penyelenggaraan KTT G20.
Bagi Trihari Agus Riyanto, Manajer Marketing Korporasi PT Wika Industri Manufaktur, acara internasional itu diharapkan bisa menggaungkan kendaraan listrik. “Itu peluang besar di tengah mindset masyarakat yang masih terbiasa dengan kenyamanan kendaraan berbasis bahan bakar fosil sekarang,” ucapnya, Jumat, 14 Januari lalu.
Gerai motor listrik Gesits di Sunter, Jakarta. TEMPO/Aisha Shaidra
Sejauh ini, tingkat penetrasi kendaraan listrik memang rendah. Kementerian Perhubungan mencatat, setidaknya hingga akhir 2021, jumlah kendaraan listrik yang beroperasi di Indonesia hanya 14.400 unit. Hampir 90 persen dari angka tersebut berupa kendaraan listrik roda dua. Adapun jumlah mobil listrik baru 1.656 unit.
Gesits salah satu yang gencar menggarap pasar sepeda motor listrik sejak produk komersial perdananya dirilis pada November 2018. Saat ini sedikitnya 47 dealer Gesits beroperasi di 18 provinsi. Hingga tahun lalu, kapasitas produksi pabrik Gesits di Kawasan Industri WIKA, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, maksimal 200 unit per hari. “Jumlahnya masih kecil,” tutur Trihari ketika ditanyai tentang penjualan unit Gesits.
Sebelumnya, 15 Oktober 2021, Wika Industri Manufaktur mengungkapkan angka penjualan Gesits sepanjang Januari-September 2021 sebanyak 2.800 unit. Perseroan optimistis angka penjualan Gesits sepanjang tahun itu bisa menembus 7.000 unit.
Di tengah kesibukan perusahaan memperluas pasar, kabar baru datang dari Balikpapan, Kalimantan Timur. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkapkan perusahaannya bakal menandatangani kerja sama dengan Wika Industri Manufaktur. Perempuan 54 tahun itu lebih suka bermain rahasia tentang kerja sama yang dimaksud. “Tunggu saja, tahun ini kami akan signing,” ujar Nicke di sela-sela pemaparan capaian proyek pengembangan kilang (RDMP) Balikpapan, Jumat, 7 Januari lalu.
Yang pasti, menurut Nicke, keterlibatan Pertamina dalam industri kendaraan listrik bakal dilakoni lewat PT Industri Baterai Indonesia alias Indonesia Battery Corporation. Di holding badan usaha milik negara untuk industri baterai kendaraan listrik ini, Pertamina berbagi saham dengan PT Indonesia Asahan Aluminium alias Mind Id, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), dan PT Aneka Tambang Tbk.
Trihari Agus Riyanto tak menampik kabar tersebut. Rencana kerja sama ini, menurut dia, menjadi bahasan sejak tahun lalu. “Ya, sudah intens,” katanya. “Mudah-mudahan terealisasi di semester I.”
•••
KABAR rencana Indonesia Battery Corporation (IBC) menggandeng Gesits datang hampir bersamaan dengan woro-woro Odin Automotive SARL. Selasa, 4 Januari lalu, perusahaan yang berbasis di Luksemburg ini mengumumkan pihaknya telah merampungkan kesepakatan dengan Deutsche Post DHL Group untuk mengakuisisi StreetScooter Engineering, perusahaan kendaraan listrik asal Jerman. Lewat akuisisi itu, Odin mendapatkan hak atas hak kekayaan intelektual, jalur produksi, dan anak perusahaan StreetScooter di Swiss dan Jepang.
Dalam pernyataannya, Odin mengklaim disokong oleh sejumlah mitra investasi dan pabrik di Asia, Eropa, dan Amerika Utara. IBC, yang sempat menyuntikkan dana dalam rencana akuisisi StreetScooter, tak tertera pada daftar mitra Odin.
Dany Amrul Ichdan, Direktur Hubungan Kelembagaan Mind Id, membenarkan kabar tentang batalnya keikutsertaan IBC dalam akuisisi StreetScooter. “Transaksi untuk masuk ke Odin Project itu 30 November 2021. Karena kami enggak masuk, jadinya orang lain yang masuk,” ujar Dany lewat sambungan telepon, Sabtu, 8 Januari lalu. “Daripada nanti waktu habis buat menjawab potensi kerugian dan lain-lain, lebih baik batal.”
Tempo mengulas rencana IBC mengakuisisi StreetScooter . Proyek Odin, begitu nama rencana aksi korporasi IBC ini, mencuat dengan seabrek masalah. IBC akan menggelontorkan dana US$ 170 juta—sekitar Rp 2,42 triliun—secara bertahap untuk menggenggam 68,6 saham StreetScooter lewat Odin Automotive.
Persoalannya, akuisisi ini tak lantas membuat IBC memiliki pabrik mobil listrik—yang diperlukan sebagai bagian dari ekosistem pengembangan industri baterai. Selama ini produksi StreetScooter menumpang di fasilitas milik Talbot Services di Aachen, Ford di Köln, dan Neapco di Düren, Jerman. Adapun akuisisi hanya akan mengalihkan perangkat lunak, sumber daya manusia, dan hak atas kekayaan intelektual—itu pun sebagian kecil dari puluhan kekayaan intelektual yang diperlukan untuk membangun mobil listrik.
Pekerja merakit sepeda motor listrik Gesits di pabrik PT Wika Industri Manufaktur, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 27 Oktober 2021. ANTARA/Aditya Pradana Putra
Polemik rencana akuisisi inilah yang ditengarai melatarbelakangi perombakan direksi Mind Id pada akhir Oktober 2021. Direktur Utama Mind Id yang lama, Orias Petrus Moedak, dianggap menghambat rencana transaksi yang sejak awal diminta dipercepat oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir. Selain secara teknis banyak problem, rencana akuisisi ini dianggap janggal oleh sebagian pemegang saham IBC lantaran melibatkan sejumlah nama bermasalah di belakang Odin.
Dany Amrul Ichdan, satu-satunya anggota direksi Mind Id zaman Orias yang sampai sekarang bertahan, menilai proyek Odin semestinya bisa menjadi momentum untuk memperkuat penghiliran ekosistem baterai dengan mempercepat produksi mobil listrik. Menurut dia, kajian telah dibuat dari aspek keekonomian, teknis, legal, hingga komersial. Mitigasi pun telah disiapkan atas sejumlah risiko dalam investasi di Odin. “Kita harus berlomba dengan kecepatan menangkap peluang, tapi sering terjebak pada intrik like and dislike tanpa asumsi validitas kajian bisnis yang dapat dipertanggungjawabkan,” tutur Dany.
Setelah rencana akuisisi batal, menurut Dany, IBC tetap akan konsisten menjalankan peta jalan pendirian industri baterai dengan melanjutkan sejumlah proyek yang sudah dijalin dengan LG Chem (Korea Selatan) dan Contemporary Amperex Technology Co Ltd (Cina). Dia membenarkan kabar bahwa IBC juga punya rencana dalam ekosistem kendaraan listrik roda dua dalam negeri. Para pemegang saham, kata dia, telah berkomitmen menambah setoran modal di IBC. Proyek inilah yang ditaksir bakal turut melibatkan Gesits.
Sekretaris Perusahaan IBC Muhammad Sabik mengatakan perusahaannya telah menjajaki peluang kerja sama dengan sejumlah calon mitra sebelum merencanakan akuisisi terhadap StreetScooter. “Kami sedang berfokus pada beberapa proyek yang memang akan kami lakukan di 2022,” ucap Sabik, Jumat, 14 Januari lalu. “Tapi kami belum bisa memaparkan spesifik. Ada non-disclosure agreement yang harus kami hormati dengan partner.”
Menurut Sabik, sejauh ini IBC beroperasi untuk mendukung program pemerintah dalam percepatan pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai. Karena itu, perseroan terbuka terhadap peluang kerja sama dengan pihak mana pun. “Kami tidak membatasi dengan roda dua, tiga, atau empat. Semua kami manfaatkan dengan baik,” ujarnya.
Trihari Agus Riyanto, Manajer Marketing Korporasi PT Wika Industri Manufaktur, juga belum dapat menjelaskan detail rencana kerja sama Gesits dan IBC. Yang jelas, pada Oktober 2021 Menteri BUMN Erick Thohir sempat mencuatkan rencana memasukkan Gesits ke holding IBC. Wacana serupa dilontarkan Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury. “Mungkin supaya kami nanti mengurus konstruksi saja, dan industri motor listrik menjadi kuat,” kata Trihari tentang gagasan menempatkan Gesits dalam kluster holding industri baterai di bawah IBC.
Menurut Trihari, peluang mengembangkan industri kendaraan listrik roda dua memang lebih besar ketimbang roda empat. “Kalau mobil infrastrukturnya masih lama.”
AISHA SHAIDRA, KHAIRUL ANAM
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo