Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Transaksi dengan QRIS antarnegara paling banyak dilakukan turis Malaysia dengan peningkatan 18 persen secara bulanan.
Untuk transaksi outbound, penggunaan QRIS antarnegara didominasi transaksi warga Indonesia di Thailand, lalu disusul Malaysia dan Singapura, baik dari sisi volume maupun nominal transaksi.
Selain membidik Korea Selatan, Bank Indonesia menyasar India, Jepang, dan Uni Emirat Arab untuk memperluas kerja sama penggunaan transaksi dengan QR code antarnegara.
TRANSAKSI pembayaran menggunakan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) cross-border atau antarnegara terus meningkat. Di PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya. Hingga September 2024, total volume transaksi QRIS antarnegara yang diproses sistem BCA meningkat 187 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
"Sementara, untuk nilai transaksi mencapai Rp 165 miliar meningkat 151 persen year on year," kata EVP Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn kepada Tempo kemarin, 18 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini, negara yang mendukung transaksi QRIS antarnegara BCA adalah Thailand, Malaysia, dan Singapura. BCA telah menyesuaikan limit untuk melakukan transaksi harian QRIS pembayaran gabungan mencapai Rp 25 juta yang sebelumnya mengikuti limit harian kartu debit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Hera, selain praktis, dengan transaksi QRIS Cross Border via myBCA dan BCA mobile, nominal transaksi akan dikonversikan otomatis sesuai dengan kurs BCA yang kompetitif.
Tumbuhnya transaksi menggunakan QRIS di BCA selaras dengan data Bank Indonesia. Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia Filianingsih Hendarta, transaksi menggunakan QRIS antarnegara dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand berkembang. Transaksi paling tinggi dilakukan turis Malaysia dengan peningkatan 18 persen secara bulanan.
Menurut Filianingsih, transaksi dengan QRIS antarnegara paling banyak dilakukan warga Malaysia di Jakarta dan Jawa Barat. Adapun transaksi dengan QRIS oleh turis Singapura tumbuh 17 persen secara bulanan. Volume transaksi terbesar ada di Jakarta dan Riau. Adapun transaksi dengan QRIS oleh warga Thailand di Indonesia tumbuh 1 persen, dengan volume transaksi terbesar di Jakarta dan Jawa Barat.
Berdasarkan Berita Statistik Sistem Pembayaran Indonesia Triwulan II 2024 yang dirilis Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia, penggunaan QRIS antarnegara menunjukkan tren pertumbuhan positif dengan transaksi inbound didominasi transaksi warga Malaysia, baik dari sisi volume maupun nominal transaksi. Transaksi inbound warga Singapura dan Thailand masih relatif kecil. Adapun untuk transaksi outbound, penggunaan QRIS antarnegara didominasi transaksi warga Indonesia di Thailand, lalu disusul Malaysia dan Singapura, baik dari sisi volume maupun nominal transaksi.
Menurut data Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia, pada Juni 2024, transaksi yang dilakukan turis Malaysia menggunakan QRIS di Indonesia mencapai 120 ribu dengan nilai Rp 36 miliar. Volume dan nilainya naik dari Mei 2024, yakni 112 ribu transaksi dengan nilai Rp 34 miliar.
Adapun transaksi turis Singapura menggunakan QRIS di Indonesia pada Juni 2024 sebanyak 3.000 transaksi dengan nilai Rp 1 miliar. Volume dan transaksinya sama dengan bulan sebelumnya. Sedangkan transaksi turis Thailand menggunakan QRIS di Indonesia pada Juni 2024 sebanyak 3.000 transaksi dengan nilai Rp 1 miliar.
Sementara itu, transaksi warga Indonesia menggunakan QRIS paling banyak terjadi pada Juni 2024 di Thailand, yakni 31 ribu transaksi dengan nilai sekitar Rp 11 miliar.
Pada 15 Juli 2024, Bank Indonesia memperluas jaringan kerja sama pembayaran berbasis QR code dengan Bank of Korea (BoK) melalui penandatanganan nota kesepahaman.
Transaksi pembayaran produk UMKM melalui QRIS pada pembukaan Semarak UMKM dan Keuangan Digital Indonesia (Serumbi) di Benteng Oranje Ternate, Maluku Utara, 11 Oktober 2024. ANTARA/Andri Saputra
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan kerja sama pembayaran berbasis QR code antara BI dan BoK akan memperkuat hubungan ekonomi Indonesia dengan Korea Selatan. Kerja sama ini sekaligus menjadi wujud nyata implementasi G20 Roadmap for Enhancing Cross-Border Payments. Selain itu, konektivitas pembayaran lintas negara juga perlu disinergikan dengan skema mata uang lokal dalam transaksi bilateral untuk mendukung stabilitas makroekonomi dan meningkatkan efisiensi.
Menindaklanjuti kerja sama dua bank sentral itu, Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) meneken non-disclosure agreement dengan Korean Financial Telecommunication and Clearing Institute (KFTCI) pada Agustus 2024. Menurut Filianingsih, setelah kerja sama ASPI dengan KFTCI terjalin, uji coba teknis penerapan transaksi dengan QR code antarnegara diharapkan segera dilakukan.
Selain membidik Korea Selatan, BI menyasar India, Jepang, dan Uni Emirat Arab untuk memperluas kerja sama penggunaan transaksi dengan QR code antarnegara.
Peneliti Center of Reform on Economic, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan tren transaksi pembayaran menggunakan QR code memang sudah meluas di luar negeri. Dia mencontohkan, di Cina, penggunaan QR code untuk bertransaksi sudah menjangkau pasar-pasar tradisional. “Di Cina sudah dilakukan, bahkan jauh sebelum tren QRIS di Indonesia,” ujarnya.
Soal transaksi dengan QR code antarnegara yang digunakan warga Indonesia di luar negeri, Rendy memperkirakan trennya positif. Sebab, banyak warga Indonesia yang menjadikan negara-negara ASEAN sebagai tujuan wisata. Pembayaran menggunakan QR code memudahkan mereka membeli berbagai barang di luar negeri.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia Moch. Amin Nurdin mengatakan potensi tumbuhnya transaksi menggunakan QR code antarnegara di ASEAN cukup besar. Apalagi dengan adanya kerja sama pariwisata hingga ekspor-impor. Dengan QR code antarnegara di ASEAN, transaksi layanan perbankan juga menjadi lebih mudah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Vindry Florentin berkontribusi dalam penulisan artikel ini.