Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

5 Cara Menghadapi Konflik Antara Orang Tua dan Anak Menurut Psikolog

Menghadapi konflik antara orang tua dan anak bisa menjadi tantangan, tetapi dengan pendekatan yang tepat, hubungan dapat menjadi lebih kuat.

22 September 2024 | 15.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Konflik antara orang tua dan anak merupakan bagian wajar dari dinamika keluarga. Namun, jika tidak ditangani dengan baik, konflik ini dapat mengakibatkan ketegangan yang berkepanjangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Psikolog Endang Retno Wardhani, MBA., PhD., CHt. dari Asosiasi Profesi Produktivitas Indonesia (APPRODI) menyatakan bahwa perbedaan pendapat dapat menyebabkan konflik yang, jika tidak diselesaikan dengan benar, akan semakin berlarut-larut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Perbedaan cara pandang adalah hal yang dapat terjadi, antara orang tua dengan anak, kakak dengan adik dan anggota keluarga lainnya," kata Endang Retno, atau yang akrab disapa Dhani, saat dihubungi Antara melalui pesan singkat pada Jumat, lalu.

Psikolog yang lulus dari Universitas Padjadjaran itu memberikan beberapa kiat untuk mengatasi konflik atau masalah yang muncul antara orang tua dan anak, mulai dari saling memahami melalui komunikasi hingga pentingnya saling memaafkan. Berikut 5 kiat yang dibagikan Psikolog Endang Retno Wardhani yang dikatakannya dalam wawancaranya bersama Antara.

1. Ambil Jeda dan Buat Kesepakatan

Mengambil jeda saat menghadapi situasi emosional adalah langkah yang sangat bijaksana. Dalam momen ketegangan, emosi sering kali dapat mengaburkan penilaian dan mengarah pada kata-kata atau tindakan yang tidak diinginkan. Dengan menyepakati untuk membicarakan masalah tersebut di lain waktu, semua pihak dapat mengatur pikiran dan perasaan mereka dengan lebih baik. Jeda ini memberi kesempatan bagi setiap individu untuk merenung, meredakan emosi, dan mempersiapkan diri untuk dialog yang lebih konstruktif.

2. Membuka Diri dan Menjadi Contoh

Perbedaan pendapat dapat dikelola dengan baik jika orang tua mau membuka diri dan menjadi teladan yang baik bagi anak-anak mereka. Dhani menegaskan bahwa pendapat orang tua tidak selalu benar, sehingga anak perlu menyampaikan pikirannya dengan jelas agar orang tua dapat memahami keinginan mereka. “(Orang tua dan anak perlu) terbuka untuk saling memaafkan,” katanya.

3. Berikan Kesempatan Anak Menjelaskan dari Sudut Pandang Mereka

Jika menghadapi masalah, ajak anak untuk duduk bersama dan tanyakan apa yang terjadi. Beri mereka kesempatan untuk menjelaskan dari sudut pandang serta pengalaman yang mereka alami, sambil mengajak mereka melihat kekurangan dari masalah tersebut. Selanjutnya, dorong mereka untuk mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda sesuai dengan pemahaman mereka, lalu diskusikan konsekuensi dari tindakan yang ingin mereka ambil dalam menghadapi masalah itu.

“Terakhir, ajak anak untuk menyepakati hal-hal yang dapat mereka terima, dan kesepahaman ini dapat membantu mereka memahami alasan di balik perbedaan yang ada dengan orang tua,” ujar Dhani.

4. Komunikasi adalah Kunci

Dhani menyatakan bahwa komunikasi adalah elemen penting dalam membangun hubungan yang positif antara orang tua dan anak. "Komunikasi merupakan jembatan penghubung dalam membangun interaksi dan hubungan positif antara orang tua dan anak," katanya.

Ia menekankan betapa pentingnya orang tua menciptakan komunikasi yang baik dengan anak agar dapat saling memahami. "Perbedaan pandangan sangat dimungkinkan, namun kebiasaan yang dilakukan untuk terbuka mendiskusikan dan saling mendengarkan akan dapat mengatasi permasalahan tersebut," katanya.

Dia menambahkan bahwa perbedaan pendapat di antara anggota keluarga tidak akan menjadi masalah jika ada keinginan dari setiap anggota untuk berdialog dan mendengarkan penjelasan satu sama lain.

"Sesungguhnya perbedaan pendapat tidak masalah di dalam keluarga, namun membangun keterbukaan untuk saling memahami adalah penting, maka perlu membangun kebiasaan untuk melakukan problem resolution, yaitu penyelesaian masalah dengan berkomunikasi," katanya.

5. Bangun Kebiasaan

Kepribadian anak dan cara mereka menghadapi masalah sangat dipengaruhi oleh kebiasaan yang dibentuk oleh orang tua sejak awal. "Kebiasaan mendengarkan anak dan berdialog terbuka dapat membantu anak memiliki pengalaman positif dalam menyampaikan pendapatnya," kata Dhani. Ia menambahkan bahwa potensi konflik akibat perbedaan pandangan dalam keluarga dapat diminimalkan jika kebiasaan komunikasi yang positif telah dibangun sejak dini.

Dengan kebiasaan komunikasi yang baik, orang tua dan anak akan lebih bersedia untuk saling mendengarkan dan memahami berbagai sudut pandang terhadap suatu masalah, sehingga dapat saling menghargai. "Kunci dalam membangun komunikasi timbal-balik adalah membangun kebiasaan dari sedini mungkin untuk terbuka berkomunikasi dengan anak, berdialog, dan saling mendengarkan cerita, pandangan, ataupun berbagai pengalaman yang dialami anak juga orang tua," kata Dhani.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus