Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Kunci utama memutus mata rantai penyebaran virus corona adalah penerapan 3M.
Kendala terbesar untuk menekan penyebaran virus corona ada pada pelacakan.
BPS mencatat angka kepatuhan masyarakat meningkat pada September 2020.
JURU bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan kunci utama memutus mata rantai penyebaran virus corona adalah penerapan 3M: memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan. Kepatuhan kolektif terhadap protokol kesehatan itu efektif mencegah penularan Covid-19. “Kalau sudah patuh pada protokol kesehatan, jangan lupa mengingatkan orang lain untuk patuh,” ujar Wiku di Istana Presiden, Kamis, 1 Oktober lalu.
Beberapa jurnal internasional, kata Wiku, menyebutkan mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan risiko penularan hingga 35 persen. Adapun risiko bisa turun 45 persen jika memakai masker kain dan 70 persen bila mengenakan masker bedah.
Yang paling utama, Wiku menambahkan, menjaga jarak minimal 1 meter dapat menekan risiko penularan sampai 85 persen. “Asalkan konsisten dan kolektif melakukan perubahan perilaku, menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin dan sungguh-sungguh,” tuturnya.
Untuk menekan penyebaran Covid-19, pemerintah cukup berhasil meningkatkan kapasitas pemeriksaan (testing) dan perawatan (treatment) pasien Covid-19. Meskipun secara nasional angka pemeriksaan belum mencapai target Badan Kesehatan Dunia (WHO), sudah ada beberapa provinsi yang melampaui target tersebut. Wiku mengatakan, selain pemeriksaan, angka kesembuhan terus meningkat seiring dengan peningkatan perawatan pasien Covid-19.
Namun Wiku mengakui kendala terbesar untuk menekan penyebaran virus corona ada pada pelacakan (tracing). Masyarakat masih resistan terhadap penelusuran karena stigma negatif kepada penderita Covid-19. “3T (testing, tracing, dan treatment) merupakan upaya tidak mudah sehingga membutuhkan sinergi dari masyarakat,” ucapnya. Dia meminta masyarakat terbuka membantu pemerintah dalam melakukan pelacakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Wiku, masyarakat harus terbuka mengenai riwayat perjalanan dan interaksi yang dilakukan. Publik juga diminta tidak memberikan stigma negatif terhadap penderita Covid-19 agar mereka dapat sembuh dan tak menulari yang lain. “Apa yang bisa dilakukan masyarakat, kami bisa bersama-sama memudarkan stigma negatif,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wiku mengingatkan, musuh dalam pandemi saat ini bukan orang, melainkan virus corona. “Bersikap jujur dan suportif kepada petugas adalah sikap yang penting dalam menyukseskan program 3T,” tuturnya.
Ihwal penggunaan masker di luar rumah, survei Badan Pusat Statistik mencatat angka kepatuhan masyarakat meningkat pada September lalu, mencapai 91,98 persen. Namun terjadi penurunan tingkat kepatuhan mencuci tangan dan menjaga jarak dibanding hasil survei yang sama sebelumnya. “Persentase masyarakat yang menggunakan masker meningkat 8 persen, tapi persentase yang cuci tangan dan jaga jarak turun,” ucap Kepala BPS Suhariyanto, akhir September lalu.
Dalam survei kali ini, responden yang menyatakan menggunakan penyanitasi tangan atau disinfektan saat berada di luar rumah sebanyak 77,71 persen, mencuci tangan selama 20 detik dengan sabun 75,38 persen, menghindari jabat tangan 81,85 persen, menghindari kerumunan 76,69 persen, dan menjaga jarak minimal 1 meter 73,54 persen. “Secara umum menggembirakan, tapi kita perlu memperhatikan penerapan mencuci tangan dan menjaga jarak,” ujar Suhariyanto.
Menurut Suhariyanto, berdasarkan survei, responden perempuan lebih patuh menerapkan protokol kesehatan ketimbang laki-laki. Dalam soal mengenakan masker dan menjaga jarak minimal 1 meter, misalnya, angkanya secara berturut-turut 94,8 persen berbanding 88,5 persen dan 77,5 persen berbanding 68,7 persen.
Adapun tingkat kepatuhan responden di empat kelompok usia hampir merata dalam penggunaan masker. Yang menarik, dalam soal mencuci tangan dan menjaga jarak, responden berusia di atas 46 tahun lebih patuh ketimbang yang muda.
Survei ini digelar secara online terhadap 90.967 responden selama 7-14 September 2020. Sebanyak 55,23 persen responden adalah perempuan. Mayoritas responden atau 69,01 persen di antaranya berusia 17-45 tahun. Sebanyak 46,23 persen responden berpendidikan minimal diploma IV atau S-I.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo