Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mengatur keuangan dalam hidup bukanlah suatu hal yang mudah. Khususnya bagi milenial dengan pengalaman yang minim tentang mengelola uang, tentu akan sering tersandung oleh berbagai kesalahan.
Sebagai bentuk edukasi agar tak salah melangkah, perencana keuangan sekaligus pemilik ZAP Finance, Prita Hapsari Ghozie pun menyebutkan setidaknya empat kebiasaan yang wajib ditinggalkan supaya keuangan aman. Apa saja?
- Jangan berhutang untuk hal yang tidak esensial
Prita menjelaskan bahwa salah satu ciri khas dari kaum milenial adalah tak ingin ketinggalan zaman. Contohnya jika ada handphone keluaran baru, mereka pasti akan tergoda untuk membelinya. Padahal, mereka belum tentu punya uang sehingga harus berhutang dan gadget tersebut juga tidak terlalu dibutuhkan.
“Kebiasaan membeli hal-hal yang tidak esensial terlebih dengan cara berhutang sebaiknya ditinggalkan. Karena ini justru menambah beban untuk daftar pengeluaran Anda. Bayangkan jika Anda tiba-tiba di PHK, tentu akan kelabakan membayar hutang-hutang dari barang tidak penting itu,” katanya dalam webinar bersama Tokopedia pada 14 Oktober 2020. - Menganggap dana darurat tidak penting
Salah satu motto kaum milenial adalah YOLO atau hidup hanya sekali. Hal tersebut menurut Prita, membuat mereka memilih mengeluarkan uang demi seluruh kesenangan di depan mata belaka. Padahal, menyiapkan dana darurat lewat menyisihkan sedikit uang untuk kejadian penting juga tak kalah esensial.
“Contohnya seperti pandemi saat ini. Saya lihat banyak sekali kaum milenial yang terdampak dengan pemotongan gaji dan sebagainya. Bayangkan jika Anda tidak punya simpanan dana darurat dan harus membiayai hidup atau keluarga, pasti tidak akan cukup. Baiknya mulai sekarang belajar menyisihkan uang untuk dana darurat setidaknya sampai enam kali gaji agar aman,” katanya. - Senang menunda investasi
Masih minim rasa ingin kaum milenial untuk berinvestasi. Padahal, investasi sangat berguna dalam mengembangkan kekayaan atau aset sebagai jaminan masa depan. Dengan demikian, segala cita-cita hingga biaya tak terduga bisa diatasi.
“Milenial itu senangnya yang instan-instan saja. Padahal lewat ilustrasi investasi, semakin dini kita menanam uang, semakin banyak juga uang yang bisa kita dapatkan di masa mendatang. Mindset kaum milenial ini harus diubah bahwa hidup itu berlangsung panjang sehingga berbagai persiapan menuju ke sana sudah harus diperhitungkan dengan matang,” katanya. - Ikut-ikutan teman
Rasa ingin tahu dan minat literasi yang rendah dari para kaum milenial juga membuat mereka sering ikut-ikutan dalam mengelola keuangan. Contohnya sedang tren main saham, mereka ikut. Sebenarnya, ini tidak masalah asal diimbangi dengan pengetahuan yang tinggi. Pasalnya setiap kegiatan keuangan harus dipikirkan dengan matang dan tanpa paksaan orang lain.
“Karena ini keuangan kita pribadi, menurut saya jangan ikut-ikut. Kalau mau investasi trading misalnya, kita pelajari benar-benar lewat profil risiko dan sebagainya. Sebaliknya kalau ikut-ikutan, takutnya nanti Anda terjerumus karena tidak tahu betul apa yang dilakukan dengan uang Anda,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini