Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tawuran belakangan ini banyak terjadi di kalangan remaja usia sekolah menengah. Tujuh jasad ditemukan di Kali Bekasi wilayah Perumahan Pondok Gede Permai, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, yang diduga sebagai pelaku tawuran yang mencoba melarikan diri dengan cara melompat ke sungai pada Minggu, 22 September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di lokasi berbeda, Polres Metro Tangerang Kota berhasil mengamankan delapan remaja yang masih pelajar hendak melakukan tawuran dengan membawa senjata tajam pada Senin, 23 September. Delapan remaja tersebut diamankan dari dua tempat yakni di Kampung Baru, Kelurahan Koang Jaya, Kecamatan Karawaci, dan di area pemakaman Jalan Pengayoman Selatan, Buaran Indah, Kota Tangerang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Psikolog dari Universitas Gadjah Mada, Novi Poespita Candra, meminta orang tua dan guru untuk membuka ruang dialog dengan anak sebanyak mungkin agar terhindar dari kegiatan negatif seperti tawuran pelajar.
"Fasilitasi ruang dialog sebanyak mungkin bagi para remaja, baik di rumah maupun sekolah sehingga mereka punya kemampuan memunculkan kesadaran diri dalam mengambil keputusan apapun tanpa mudah terpengaruh, terutama hal-hal negatif," kata Novi, Senin, 23 September 2024.
Pentingnya komunikasi
Novi menekankan pentingnya komunikasi antara orang tua dan anak remaja untuk memahami perasaan, keinginan, serta hasrat yang dimiliki sehingga lebih mudah diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang positif.
Menurutnya, sebagian anak-anak hingga usia remaja butuh penyaluran kekuatan fisik. Oleh karena itu, perlu diarahkan ke aktivitas fisik seperti bela diri atau olahraga lainnya. Orang tua juga diimbau untuk mendorong anak-anaknya agar memiliki hobi untuk mengisi waktu atau di sela-sela kegiatan sekolah. Selain itu, anak remaja juga dilatih untuk terlibat dalam kerja sosial atau bersifat sukarela agar memiliki empati dan kepekaan sosial.
"Buka ruang sebesar-besarnya anak remaja menemukan siapa dirinya, kekuatannya, passion-nya agar mereka merasa bermakna. Pada anak yang memang membutuhkan saluran kekuatan fisik atau potensi memimpin, maka perlu disalurkan atau difasilitasi," ujarnya.
Pilihan Editor: Alasan Orang Tua Tak Boleh Abaikan Waktu Bermain Remaja