Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu hal yang paling mengganggu dari perjalanan jarak jauh adalah jet lag. Banyak tips yang bisa diikuti untuk mengurangi efeknya, apa yang paling efektif?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para ilmuwan dilaporkan mencari tahu penyebab kondisi yang terjadi ketika manusia melakukan perjalanan jarak jauh ke timur atau barat dalam waktu singkat. Seperti halnya masalah tidur lainnya, setiap orang memiliki pendekatan dan saran berbeda. Namun sebuah studi baru memberikan dukungan ilmiah bahwa makan adalah kuncinya.
Mengikuti jam internal tubuh
Jet lag terjadi ketika jam internal tubuh, yang disebut irama sirkadian, tidak sinkron dengan lingkungan sekitar. Dikenal sebagai desinkronisasi, menyebabkan seseorang mengikuti jam di kota asal di kota tujuan yang perbedaannya cukup jauh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Manusia sebenarnya terdiri dari banyak jam internal, ada di hampir setiap sel dan jaringan. Jam internal ini merespons sinyal yang berbeda. Jam otak memperhatikan sinar matahari, sedangkan jam organ perifer – seperti saraf – bergantung pada waktu makan.
Namun masih sedikit yang diketahui tentang bagaimana berbagai jam tubuh berinteraksi satu sama lain, dan apa yang menyebabkan jam-jam tersebut sinkron.
Dilansir dari Euronews, para ilmuwan dari Northwestern University dan Santa Fe Institute di AS telah mencoba menjawab pertanyaan tersebut dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Chaos.
“Sebagian besar penelitian terutama berfokus pada satu isyarat waktu atau satu jam tertentu,” kata penulis studi Yitong Huang. “Masih ada kesenjangan penting dalam pemahaman kita tentang sinkronisasi beberapa jam dalam isyarat waktu yang saling bertentangan.”
Waktu makan untuk menghindari jet lag
Model para peneliti membantu mereka menentukan apa yang membuat jet lag menjadi lebih parah.
Gejala umum penuaan, seperti sinyal yang lebih lemah antara jam sirkadian dan sensitivitas yang lebih rendah terhadap cahaya, mengakibatkan sistem lebih rentan terhadap gangguan dan lebih lambat pulih, demikian temuan mereka.
Memperioritaskan perut disebut sebagai cara paling efektif untuk menyesuaikan diri.
“Makan lebih banyak di pagi hari di zona waktu baru dapat membantu mengatasi jet lag,” kata Huang. “Terus-menerus mengubah jadwal makan atau makan di malam hari tidak dianjurkan, karena dapat menyebabkan ketidakselarasan antara jam internal.”
Para ilmuwan kini memfokuskan penelitian mereka pada faktor-faktor yang membuat jam internal lebih tangguh, yang dapat menghasilkan rekomendasi yang dapat mencegah jet lag.