Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pameran fotografi yang menyorot tentang nasib masyarakat di Pulau Komodo digelar pada 25 April hingga 28 April 2024 di Galeri UPTD Taman Budaya Sumatra Barat. Pameran yang bertajuk Di Bawah Kuasa Naga memajang sebanyak 44 foto karya Fatris MF.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fatris MF diketahui penulis, jurnalis, periset sekaligus fotografer asal Sumatra Barat. Ia gemar membuat catatan perjalanan yang berfokus pada sejarah, isu lingkungan, pergesekannya dengan modernisasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, buku berjudul The Banda Journal (2021), karyanya bersama fotografer Muhammad Fadli meraih TIME’s 20 Best Photobooks of 2021 dari Time Magazine dan “PhotoBook of the Year” pada Photo Book Awards 2021 di Art Fair Internasional Paris Photo.
Foto-foto yang ditampilkan lebih banyak menyoroti tentang kehidupan masyarakat adat suku Komodo atau Ata Modo di Pulau Komodo. Mulai dari kemiskinan, ketimpangan sosial dan ancaman penggusuran yang selalu menghantui masyarakat Pulau Komodo atas nama wisata premium.
Fatris MF menjelaskan, nama Di Bawah Kuasa Naga sebenarnya judul buku yang diluncurkan juga pada pembukaan pameran pada 25 April 2024. Makna dari judul tersebut yakni bagaimana sebuah naga atau komodo menjadi penentu hidup manusia yang tinggal di Taman Nasional Pulau Komodo.
"Demi naga atau komodo, masyarakat harus dipindahkan dari tempat kelahiran mereka," kata Fatris.
Para pengunjung melihat foto-foto yang ditampilkan dalam Pameran Fotografi Di Bawah Kuasa Naga di Galeri UPTD Taman Budaya Sumatra Barat pada Jumat 25 April 2024. TEMPO/Fachri Hamzah.
Selain itu, Fatris menjelaskan, dalam karya tersebut yang ingin disampaikan yakni sebuah ironi atas nama pembangunan, konservasi dan pariwisata di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Barat.
"Saya melihat di kawasan wisata premium tersebut banyak terjadi ketimpangan dan kemiskinan. Jadi saya ingin menampilkan ironi-ironi yang terjadi di Pulau Komodo padahal mereka hidup di kawasan wisata premium," ucapnya.
Fatris menemukan kenyataan bahwa pembangunan atas nama pariwisata tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat. Bangunan megah dibangun dan lapangan kerja baru dibuka, namun kampung di Pulau Komodo dengan populasi 1700 jiwa hanya memiliki satu puskesmas, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama atau SMP.
“Ketika Pulau Komodo menjadi destinasi dunia, masyarakatnya tetap hidup dalam kemiskinan. Infrastruktur pariwisata yang dibangun tidak sebanding dengan fasilitas publik yang dibangun untuk masyarakat di sana. Bahkan jika masyarakat digigit komodo, mereka harus menyeberang lautan selama berjam-jam untuk mengakses fasilitas kesehatan yang lebih memadai,” terang Fatris.
Salah satu pengunjung Andri Mardiansyah menjelaskan, foto-foto karya Fatris MF dikemas dengan sangat bagus. Fatris merekam cerita dengan pengalaman yang dirasakan sendiri.
"Sama-sama diketahui bersama jika Fatris merupakan sosok fotografer yang fokus pada isu lingkungan dan budaya. Sehingga dalam pameran kali ini hal itu terlihat jelas, bagaimana kecenderungan sosok Fatris MF dalam merekam peristiwa melalui fotografi," ucap anggota Pewarta Foto Indonesia atau PFI itu. "Saya melihat pesan dalam Di Bawah Kuasa Naga ini sangat kuat."
Pilihan editor: Tips Memotret supaya Dapat Foto Keren saat Traveling