Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Selandia Baru menjadi destiasi liburan yang paling banyak dicari. Pemerintah setempat sedang mempertimbangkan untuk mengenakan tarif bagi wisatawan yang mengunjungi taman nasional. Hal ini bertujuan untuk mengelola peningkatan jumlah pengunjung dan melindungi alamnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rencana penetapan tarif pengujung serupa juga diterapkan di situs-situs populer seperti Taman Nasional Uluru-Kata Tjuta di Australia, Fuji-Hakone-Izu di Jepang, dan Yellowstone di Amerika Serikat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Taman nasional dan tempat wisata lainnya di Selandia Baru kini ramai dikunjungi wisatawan baik domestik maupun internasional. Seperti Milford Sound, Aoraki Mount Cook, dan Tongariro Alpine Crossing, yang terletak di dalam taman nasional yang saat ini mengizinkan akses publik gratis. Lonjakan jumlah pengunjung berpotensi menimbulkan dampak pada ekosistem yang rentan.
Menteri Konservasi Tama Potaka, mengatakan pemerintah sedang mengumupulkan pendapat dari masyarakat mengenai beberapa proposal untuk memodernisasi pengelolaan kawasan teresebut. Termasuk beberapa hal seperti mengatur akses pariwisata komesial, menyeimbangkan kepentingan bisnis, dan memperkenalkan langkah-langkah untuk melindungi lingkungan ebih baik.
"Kami meminta padangan masyarakat mengenai ide-ide ini. Kami juga akan mengubah Undang-Undang (Koservasi) itu," ujarnya.
Meskipun belum ada tarif masuk atau skema pariwisata yang diumumkan, pemerintah setempat telah menguraikan beberapa opsi yang mungkin dilakukan. Misalnya membebankan biaya masuk yang seragam kepada semua wisatawan, membebankan biaya masuk yang lebih rendah kepada semua wisatawan tetapi lokal, atau mengenakan biaya masuk hanya untuk wisatawan internasional ke Selandia Baru.
Salah satu rekomendasinya juga menyarankan untuk memperkenalkan tiket yang mirip dengan ‘America the Beautiful Pass’. Tiket tersebut memungkinkan wisatawan mengakses lebih dari 2.000 situs rekreasi federal Amerika Serikat.
Pertimbangan lainnya mengenai tarif wisatawan ini, termasuk biaya akses harus berlaku secara universal di semua tempat wisata. Beberapa pilihan yang diusulkan mencakup penerapan biaya di lokasi-lokasi yang banyak dikunjungi wisatawan, lokasi-lokasi yang menghadapi kendala infrastruktur, atau kawasan-kawasan yang kaya akan keanekaragaman hayati dan daya tarik pemandangan. Namun, belum ada rekomendasi resmi yang diajukan mengenai hal ini.
TRAVEL AND LEISURE ASIA | TRAVEL AND TOUR WORLD | RNZ
Pilihan editor: 15 Negara Paling Aman untuk Liburan 2025, Indonesia Tidak Masuk