Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Situ Cisanti sebagai hulu atau Titik 0 Kilometer Sungai Citarum menjadi tempat bagi aliran tujuh mata air. Pengelola memasang papan nama pada tiap aliran atau sumber mata air yang posisinya relatif berdekatan. Pengunjung bisa menyusurinya dengan cara berjalan kaki di pinggiran danau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut petugas dari Sekretariat Satuan Tugas Citarum, Sandi Firmansyah, debit mata air relatif sama saat musim hujan maupun kemarau. “Airnya dipakai untuk minum juga aman,” katanya di lokasi acara Cerita Citarum, Minggu 26 Mei 2024. Pengunjung dibolehkan untuk mengambil atau meminum air dari mata air sekitar Situ Cisanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setiap mata air punya nama masing-masing, yaitu Citarum, Cikahuripan, Cikoleberes, Cihaniwung, Cisadane, Cikawudukan, dan Cisanti. Selain itu menurut kuncen mata air Cisanti di laman citarumharum, setiap nama mata air itu punya makna khusus. Cikahuripan mengandung pesan bahwa mata air di Situ Cisanti harus dijaga untuk keberlangsungan kehidupan, baik manusia, tanaman dan hewan.
Situ Cisanti yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Kota Bandung bisa ditempuh lewat dua rute. TEMPO/ANWAR SISWADI
Sementara Cikoleberes mengandung pesan bahwa manusia harus memiliki niat yang lurus. Cihaniwung dan Cisadana menyiratkan pesan kepada manusia agar tidak mengejar urusan duniawi saja. Sedangkan nama Cikawadukan agar manusia memiliki hati yang tulus. Kumpulan mata air di Situ Cisanti itu menyiratkan arti kedamaian.
Sebuah mata air diantaranya yaitu Cikahuripan alias Pangsiraman, dikelilingi oleh pagar besi. Ada pula sebuah bangunan seperti pendopo kecil untuk tempat ziarah. Di lokasi yang dijaga oleh juru kunci itu, pengunjung bisa meminta air dalam kolam mata air dan ritual siraman. Pengunjung minat khusus itu biasanya datang malam pada hari dan bulan tertentu saat bulan purnama.
Keluarga pengunjung berfoto setelah makan bersama di tepi Situ Cisanti, Minggu 26 Mei 2024. TEMPO/ANWAR SISWADI
Saat ini Situ Cisanti juga menjadi kolam bagi ikan-ikan yang dilepaskan tamu acara. Jenis ikannya seperti nila, gabus, untuk menekan pertumbuhan eceng gondok dan ganggang. Menurut Sandi, ikan di Situ Cisanti dilarang untuk ditangkap atau dipancing agar kondisi tempatnya lestari. “Walaupun sudah over capacity, kita pindahkan ke Situ Cianjing namanya,” kata dia.
Danau yang berada di kaki Gunung Wayang itu berjarak sekitar 60 kilometer dari Kota Bandung ke arah selatan. Lokasinya berada di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasasari, Kabupaten Bandung. Waktu tempuh dengan kendaraan roda dua atau empat berkisar antara 2-3 jam. Rutenya bisa melalui Pangalengan sambil menyusuri perkebunan teh Malabar. Adapun jalur kedua dari Bandung melintasi Ciparay, Pacet, Cibeureum, sampai Kertasari.