Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Peradaban Dimulai dari Rumah

Tak perlu sulit membudayakan peradaban karena seharusnya dimulai dari rumah tangga.

21 Februari 2019 | 17.18 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Membangun Peradaban dari dalam rumah ini membuat kita selayaknya merenungkan  tentang peran spesifik keluarga kita.

Mengapa kita menikah, dipertemukan dengan pasangan hidup dan melahirkan anak-anak? Menikah bukan hanya sekadar menyempurnakan agama  atau melanjutkan keturunan. Tapi lebih mulia dari itu, kita menikah adalah salah satu takdir Tuhan untuk melaksanakan tugas utama sebagai khalifah di muka bumi ini yaitu membangun peradaban. Bersama dengan suami yang bukan hanya menjadi pasangan hidup tapi juga menjadi partner kita dalam segala hal terutama dalam mendidik dan mengasuh anak-anak kita.
 
A. Tugas kesatu
Jatuh cintalah kembali kepada suami Anda, buatlah surat cinta yang menjadikan Anda memiliki “alasan kuat”  bahwa dia layak menjadi ayah bagi anak-anak Anda. Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami.

Gubrak.. bagi pasangan yang kurang romantis kayak kami, diminta membuat surat cinta tuh rasanya deg-degan. wkwkwk... Secara selama 7 tahun menikah  kalau gak salah cuma dua atau tiga kali kami nulis surat itupun pas bertepatan dengan waktu milad atau tanggal pernikahan. Biasanya sih nulis pake tangan dan diserahin langsung dan moment itu berakhir dengan pelukan dan kecupan. Tapi kali ini berbeda, Karena paksu lagi sibuk dan intensitas bertemu hanya malam dan weekend sedangkan deadline tugas dah cukup mepet, jadi aku putuskan ngirim ke email beliau. Ini suratnya... eh ecek-eceknya puisi gitu.. wkwkwk... pantas gak ya disebut puisi? 


 


 



Dan tttaaarraa... Ternyata gayungpun bersambut. Dibalas juga lewat email. Xixixi.. gaya surat-suratan masa kini. 
 
Buat Istriku yang baik dan cantik,
 
Di kala aku menulis surat ini, aku yakin engkau sedang beraktifitas mencari keberkahan. terlihat keletihan luar biasa ada dalam wajahmu yang cantik itu. Rasa lelah setelah mengurus kami seharian tak keluar dari bibirmu. engkau tetap tersenyum melayani dan memberi kasih ibu kepada anak-anaknya. Juga kepada suamimu ini yang terkadang membuatmu jengkel.

Dari matahari keluar dari peraduannya, sampai mentari di atas kepala, lalu tenggelam di barat, engkau tiada berhenti mengerjakan pekerjaan rumah. Mulai dari menyiapkan pakaian untuk anak-anak sekolah, menyiapkan sarapan pagi, sampai mereka pulang sekolah. Aktivitasmu tiada henti melayani kami semua.
Cinta memang mengalahkan segalanya. Pekerjaan yang berat itu menjadi serasa ringan karena cinta telah tertanam di dalam dada. Cinta telah merasuk ke dalam jiwa. Cinta telah berada dalam alam bawah sadarmu. Cinta telah membuatmu bahagia. Semua itu dilakukan karena cinta.

Sebagai seorang suami yang sudah mendampingimu selama +-7 tahun lebih, aku tahu betul hidupmu hanya untuk keluarga. Engkau serahkan segalanya untuk kebahagian keluarga kita. Keluarga yang kita bangun mulai 20 – 11 - 2011 di kota Muara Enim yang penuh memori. Lalu kemudian kita hijrah ke Metro, Palembang, Linggau dan terakhir Kota Medan yang dahulunya kita anggap kota yang ekstrem untuk di tinggali... namun seiringnya waktu ternyata kota ini tidak se ekstrem yang kita bayangkan, Cuma jauhnya dari keluarga besar kita yg memang benar adanya .

Tak terasa roda kehidupan berputar begitu cepatnya. Hingga kini anak-anak sudah semakin besar yang tua sudah mau masuk SD dan yang bungsu sudah mau masuk TK B. Semoga mereka mampu menjadi anak – anak yang membahagiakan kita dunia dan akherat. Pendidikan dalam keluarga harus didahulukan dan pendidikan dalam sekolah adalah langkah pendidikan yang berikutnya. Semoga kita bisa memberikan pendidikan yang terbaik buat anak-anak kita. 

Terima kasih buat perjuanganmu membersamai suamimu ini dimanapun berada, semoga abi bisa menuntun kalian sesuai dengan tujuan dan cita2 kita sebagai muslim yaitu bersama mencari keridhoan Allah.
Aamiin.
Salam Cinta,
Suamimu tersayang.

Saat merangkai kata-kata cinta untuknya. Aku kembali merenung. Mengapa aku dipertemukan dan berjodoh dengannya? Dan jawabnya karena Allah tahu, beliau yang terbaik untukku.
 
Beliau selalu berusaha melindungiku, menjagaku, dan sabar atas sikapku yang masih belum bisa mengontrol emosi. Beliau adalah abi terhebat dan terbaik yang selalu berusaha ikut andil dalam proses pengasuhan dan pendidikan kedua putra-putri kami di tengah perjuangannya menjadi nafkah untuk kami.
 
Ah... aku akan terus bangun cinta dengannya. Menjalankan semua misi keluarga kami. Hingga visi keluarga kami tercapai menua bersama dan berkumpul di Jannah-Nya.
 
B. Tugas Kedua
Lihatlah anak-anak Anda, tuliskan potensi kekuatan diri mereka masing-masing.
 
Sebelum kutuliskan potensi-potensi yanng dimiliki Auni dan Rais. Selama ini aku terus melakukan observasi dan mengumpulkan portofolio mereka baik mengunakan checklist indikator perkembangan yang sesuai diknas, video, foto, dan beberapa hasil karya mereka. Semua ini kulakukan untuk lebih mengenal Anak-anak yang akan menjadi modal dalam proses pengasuhan dan pendidikan mereka.
 
* Potensi Auni
Auni adalah putri sulung kami yang saat ini berusia 6y3m. Oleh karena itu untuk checklist indikator perkembangan anak usia 5-6 tahun. 
- Moral dan nilai agama
- Bahasa
- Kognitif
- Fisik motorik
- Seni

Tetapi untuk Sosial, Emosional dan kemandirian ada beberapa point yang belum tuntas yaitu keberanian berbicara, bertanya dan mengeluarkan pendapat di depan publik. Dan setelah aku konsultasikan dengan gurunya, Auni memang masih suka gemetar bicara di depan kelas. Sejauh ini untuk kepribadian, Auni termasuk anak Introvent yang Melankolis

Dalam hal koniktif dia termasuk yang mempunyai gaya belajar audio visual dan sejauh ini pencapaianya sudah cukup memuaskan. Di usianya sekarang, dia sudah mampu menambah-kurang bilangan ratusan, membaca buku dengan lancar dan berintonasi, membaca Alqur'an, dan lainnya.

Alhamdulillah... Potensi lain dari Auni, dia sangat suka membaca, crafting dan menulis. Ini adalah hasil karyanya yang dia buat sendiri tanpa bantuan dari umminya. Karena hobinya ini dia tidak pernah jauh dari buku, kertas, gunting, lem dan perlengkapan crafting lainnya. Fitrah belajarnya begitu tinggi.

Buku cerita karya Auni

Hasil crafting karya Auni

* Potensi Rais
Rais adalah putra bungsu kami saat ini (hehehe... karena belum tahu kapan nambah pasukan lagi) yang berusia 4 Tahun 7 Bulan. Rais sudah memperoleh nilai full tuntas di  point Bahasa; Kognitif; dan Seni. Dan hanya ada beberapa point yang belum tuntas di Moral & Nilai agama; Sosial, Emosional, dan Kemandirian; serta Fisik motorik.

Dalam hal Moral dan Sosial, Rais masih sangat lemah untuk urusan berbagi. Egosentrisnya masih sangat tinggi. Rais mempunyai tipe kepribadian yang ekstrovent yang sanguinis. Dia sangat suka bicara tapi sayangnya emosinya suka meledak.

Sedangkan untuk fisik motorik, Rais  sangat masih suka tergesa-gesa dan kurang berhati-hati. Sehingga ketika berjalan dan berlari masih sering jatuh. Dan ini masih terus ku soundingkan.

Rais memiliki gaya belajar yang lebih audio dan kinestetik hobi diceritakan buku, bermain peran (biasanya jadi pahlawan super), bermain lego atau brick, permainan outdoor dan kegiatan life skill seperti menyuci piring dan menyapu.

Suka dibacakan buku

lebih antusias belajar dan bermain di outdoor

Walaupun aku sudah bisa meraba-raba potensi mereka, kepribadian, dan gaya belajar mereka tapi saya sadar ini belum 100% pas. Kemungkinan untuk berubah selalu ada. Dan selama itu juga saya akan tetap melakukan observasi. Aku yakin semua anak itu  spesial. Tinggal bagaimana orangtuanya mampu mengarahkan dan mensuport apa yang mejadi kelebihan mereka.

C. Tugas Ketiga
Lihatlah diri Anda, silakan cari kekuatan potensi diri Anda. Kemudian tengok kembali anak dan suami, silakan baca kehendak Allah, mengapa Anda dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yang Anda miliki 

Aku berlatar pendidikan seorang guru ekonomi, dulu sempat mengajar SMK dan SMA selama 2 tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga karena tugaS suami yang mengharuskan kami hidup nomaden.

Setelah di rumah saja jujur berapa kali merasakan kejenuhan karena tidak mengenal passion apa yang dimiliki oleh diri sendiri. Bersyukur pada tahun 2017 kemarin mengenal Tallents Mapping-nya Abah Rama. Akhirnya mencoba ikut grup, membeli buku, dan mencoba mengakses websitenya di www.temubakat.com serta berkonsultasi dengan teman yang sudah lebih paham mengenai ini. Dan hasilnya seperti di gambar ini. 


 
Di gambar hasil ini saya mempunyai potensi kekeuatan di 7 bidang. Dan jujur aku sangat merasa potensi ini bisa aku pakai untuk keeksistensian diri (bukan berarti buat sombong-sombongan ya, tapi bagaiman caranya kita tetap bisa menjadi manusia yang bermanfaat buat orang lain) dan membantu menjalankan peran aku sebagai seorang istri dan sebagai seorang ibu yang menjadi madrasah pertama dan utama bagi kedua putra-putri kami.
 
Dengan passion yang dipunya, aku merasa lebih bersemangat buat belajar dan berkarya meski hanya di dalam rumah saya. It's my passion. Aku bahagia memiliki itu. dan akan kutularkan kebahagiaan itu kepada suami dan anak-anak.
 
Walaupun ada satu potensi yang baru-baru ini aku ketahui dan temukan ada di diriku adalahJournalist. Ternyata menulis ini bukan cuma sekedar potensi tapi tenyata bisa jadi salah satu cara untuk Self healing dari innerchil dan sebagai manajemen kontrol buat emosiku.
 
Sedangkan untuk keenam lainnya sangat cocok dengan keilmuan dan hobi yang kumiliki sebelumnya. wkwkwk...  Alhamdulillah ternyata pas kuliah Pendidikan Ekonomi Akuntansi kemarin aku gak salah jurusan.
 
D. Tugas keempat
Lihat lingkungan di mana Anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan Anda? Adakah Anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga Anda dihadirkan di sini?
 
Kalau untuk lingkungan tempat tinggal sekarang, sebenarnya sangat bersahabat. Tapi untuk kotanya sendiri yang menjadi tantangan bagi keluarga kami. Saya dan suami baru kali ini merantau di daerah yang cukup jauh dari keluarga dan hanya bisa setahun sekali mudik.
 
Hal ini membuat orangtua kami merasa berat dan bebannya itu yang sedikit kami rasakan dan membuat kurang ketidaknyamanan. Terutama ketika mendengar orangtua sakit sedangkan kami belum bisa mudik.
 
Tapi dibalik tantangan itu, ada hikmah yang kami dapat. Jauh dari keluarga besar, membuat aku dan suami serta anak-anak semakin kuat ikatannya serta kemandiriannya. Sebisa mungkin jika ada masalah kami selesaikan sendiri berempat.
 
Benar-benar keren tugas kali ini. Biasanya aku menulis cukup dua jam. Tapi untuk tugas kali ini sampai dua hati. wkwkwkwk... karena aku ingin menulis ini bukan sekedar mengerjakan tugas saja. Tapi bisa jadi salah satu portofolio buat keluarga kami juga.
 
Tulisan sudah tayang di Roemahaura

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus