Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Membangun Peradaban dari dalam rumah ini membuat kita selayaknya merenungkan tentang peran spesifik keluarga kita.
Jatuh cintalah kembali kepada suami Anda, buatlah surat cinta yang menjadikan Anda memiliki “alasan kuat” bahwa dia layak menjadi ayah bagi anak-anak Anda. Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami.
Gubrak.. bagi pasangan yang kurang romantis kayak kami, diminta membuat surat cinta tuh rasanya deg-degan. wkwkwk... Secara selama 7 tahun menikah kalau gak salah cuma dua atau tiga kali kami nulis surat itupun pas bertepatan dengan waktu milad atau tanggal pernikahan. Biasanya sih nulis pake tangan dan diserahin langsung dan moment itu berakhir dengan pelukan dan kecupan. Tapi kali ini berbeda, Karena paksu lagi sibuk dan intensitas bertemu hanya malam dan weekend sedangkan deadline tugas dah cukup mepet, jadi aku putuskan ngirim ke email beliau. Ini suratnya... eh ecek-eceknya puisi gitu.. wkwkwk... pantas gak ya disebut puisi?
Dan tttaaarraa... Ternyata gayungpun bersambut. Dibalas juga lewat email. Xixixi.. gaya surat-suratan masa kini.
Dari matahari keluar dari peraduannya, sampai mentari di atas kepala, lalu tenggelam di barat, engkau tiada berhenti mengerjakan pekerjaan rumah. Mulai dari menyiapkan pakaian untuk anak-anak sekolah, menyiapkan sarapan pagi, sampai mereka pulang sekolah. Aktivitasmu tiada henti melayani kami semua.
Cinta memang mengalahkan segalanya. Pekerjaan yang berat itu menjadi serasa ringan karena cinta telah tertanam di dalam dada. Cinta telah merasuk ke dalam jiwa. Cinta telah berada dalam alam bawah sadarmu. Cinta telah membuatmu bahagia. Semua itu dilakukan karena cinta.
Sebagai seorang suami yang sudah mendampingimu selama +-7 tahun lebih, aku tahu betul hidupmu hanya untuk keluarga. Engkau serahkan segalanya untuk kebahagian keluarga kita. Keluarga yang kita bangun mulai 20 – 11 - 2011 di kota Muara Enim yang penuh memori. Lalu kemudian kita hijrah ke Metro, Palembang, Linggau dan terakhir Kota Medan yang dahulunya kita anggap kota yang ekstrem untuk di tinggali... namun seiringnya waktu ternyata kota ini tidak se ekstrem yang kita bayangkan, Cuma jauhnya dari keluarga besar kita yg memang benar adanya .
Tak terasa roda kehidupan berputar begitu cepatnya. Hingga kini anak-anak sudah semakin besar yang tua sudah mau masuk SD dan yang bungsu sudah mau masuk TK B. Semoga mereka mampu menjadi anak – anak yang membahagiakan kita dunia dan akherat. Pendidikan dalam keluarga harus didahulukan dan pendidikan dalam sekolah adalah langkah pendidikan yang berikutnya. Semoga kita bisa memberikan pendidikan yang terbaik buat anak-anak kita.
Terima kasih buat perjuanganmu membersamai suamimu ini dimanapun berada, semoga abi bisa menuntun kalian sesuai dengan tujuan dan cita2 kita sebagai muslim yaitu bersama mencari keridhoan Allah.
Aamiin.
Salam Cinta,
Suamimu tersayang.
- Moral dan nilai agama
- Bahasa
- Kognitif
- Fisik motorik
- Seni
Tetapi untuk Sosial, Emosional dan kemandirian ada beberapa point yang belum tuntas yaitu keberanian berbicara, bertanya dan mengeluarkan pendapat di depan publik. Dan setelah aku konsultasikan dengan gurunya, Auni memang masih suka gemetar bicara di depan kelas. Sejauh ini untuk kepribadian, Auni termasuk anak Introvent yang Melankolis.
Alhamdulillah... Potensi lain dari Auni, dia sangat suka membaca, crafting dan menulis. Ini adalah hasil karyanya yang dia buat sendiri tanpa bantuan dari umminya. Karena hobinya ini dia tidak pernah jauh dari buku, kertas, gunting, lem dan perlengkapan crafting lainnya. Fitrah belajarnya begitu tinggi.
Buku cerita karya Auni |
Hasil crafting karya Auni |
* Potensi Rais
Rais adalah putra bungsu kami saat ini (hehehe... karena belum tahu kapan nambah pasukan lagi) yang berusia 4 Tahun 7 Bulan. Rais sudah memperoleh nilai full tuntas di point Bahasa; Kognitif; dan Seni. Dan hanya ada beberapa point yang belum tuntas di Moral & Nilai agama; Sosial, Emosional, dan Kemandirian; serta Fisik motorik.
Dalam hal Moral dan Sosial, Rais masih sangat lemah untuk urusan berbagi. Egosentrisnya masih sangat tinggi. Rais mempunyai tipe kepribadian yang ekstrovent yang sanguinis. Dia sangat suka bicara tapi sayangnya emosinya suka meledak.
Sedangkan untuk fisik motorik, Rais sangat masih suka tergesa-gesa dan kurang berhati-hati. Sehingga ketika berjalan dan berlari masih sering jatuh. Dan ini masih terus ku soundingkan.
Rais memiliki gaya belajar yang lebih audio dan kinestetik hobi diceritakan buku, bermain peran (biasanya jadi pahlawan super), bermain lego atau brick, permainan outdoor dan kegiatan life skill seperti menyuci piring dan menyapu.
Suka dibacakan buku |
lebih antusias belajar dan bermain di outdoor |
Walaupun aku sudah bisa meraba-raba potensi mereka, kepribadian, dan gaya belajar mereka tapi saya sadar ini belum 100% pas. Kemungkinan untuk berubah selalu ada. Dan selama itu juga saya akan tetap melakukan observasi. Aku yakin semua anak itu spesial. Tinggal bagaimana orangtuanya mampu mengarahkan dan mensuport apa yang mejadi kelebihan mereka.
C. Tugas Ketiga
Lihatlah diri Anda, silakan cari kekuatan potensi diri Anda. Kemudian tengok kembali anak dan suami, silakan baca kehendak Allah, mengapa Anda dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yang Anda miliki
Aku berlatar pendidikan seorang guru ekonomi, dulu sempat mengajar SMK dan SMA selama 2 tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga karena tugaS suami yang mengharuskan kami hidup nomaden.
Setelah di rumah saja jujur berapa kali merasakan kejenuhan karena tidak mengenal passion apa yang dimiliki oleh diri sendiri. Bersyukur pada tahun 2017 kemarin mengenal Tallents Mapping-nya Abah Rama. Akhirnya mencoba ikut grup, membeli buku, dan mencoba mengakses websitenya di www.temubakat.com serta berkonsultasi dengan teman yang sudah lebih paham mengenai ini. Dan hasilnya seperti di gambar ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini