Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Tradisi Rebo Bontong di Lombok Tahun Ini Tak Sekadar Ritual Tolak Bala

Tradisi Rebo Bontong di Lombok dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar yang dimaksudkan untuk tolak bala.

7 Oktober 2021 | 19.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Mataram - Masyarakat Lombok Nusa Tenggara Barat mengenal peringatan Rebo Bontong atau Rabu terakhir di bulan Safar dalam penanggalan Hijriah. Dalam peringatan itu, warga biasanya melaksanakan tradisi mandi Safar seperti yang dilakukan pada Rabu, 6 Oktober kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tradisi mandi Safar salah satunya dilaksanakan di Gili Meno, salah satu pulau di kawasan wisata Gili Indah. Pelaksanaan tradisi itu pun disebut bisa menjadi kebangkitan pariwisata Lombok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Inilah saatnya pelaksanaan tradisi Mandi Safar, menjadi awal kebangkitan pariwisata NTB. Membangun semangat pemulihan kebangkitan pariwisata NTB," kata Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat Yusron Hadi, Rabu.

Dalam tradisi mandi Safar itu, warga melakukan mandi bersama di pantai untuk membersihkan diri. Ritual itu bermakna pembersihan diri atau tolak bala (Melukat dalam istilah suku Sasak).

Menurut Yusron, melukat di tengah kondisi pandemi ini tidak saja bermakna membersihkan jiwa dan diri peserta ritual Rebo Bontong. Lebih dari itu, tradisi itu bermakna membersihkan destinasi dari wabah Covid-19.

"Setelah bersih dan aman, kawasan tiga Gili di Lombok Utara siap dikunjungi wisatawan," kata Yusron.

Meski dalam masa pandemi, tradisi Rebo Bontong di Gili Meno tetap berlangsung walaupun terkesan sederhana. Acara tetap berlangsung khidmat dan diikuti lantunan selakaran dan dzikir.

Puncak acara menjadi momen paling ditunggu-tunggu masyarakat, yaitu mandi di laut. Warga yang hadir harus rela diceburkan atau menceburkan diri ke laut.

Tradisi ini menjadi kian menarik karena Wakil Bupati Lombok Utara Dani Karter Febrianto yang hadir diarak warga lalu diceburkan ke laut. Tradisi tahunan itu pun mengundang decak kagum dan senyum wisatawan nusantara yang hadir di destinasi unggulan NTB ini.

Menurut Yusron, tradisi Rebo Bontong juga merupakan aset budaya masyarakat Lombok. Aset budaya masyarakat Lombok ini jika dikemas menarik bisa menjadi atraksi unik yang layak jual selama masa pemulihan pariwisata NTB.

"Jelas ini aset berharga. Atraksi ini layak jual dan bernilai ekonomi tinggi," kata Yusron.

Pelaksanaan tradisi Rebo Bontong juga menjadi pertanda bahwa warga Gili Indah bersiap menyambut event World Superbike (WSBK) 19-21 November mendatang dan event MotoGP pada Maret 2022 di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah. ''Pesan saya bersiaplah dan jaga Gili tetap aman dan sehat," ujar Yusron.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus