Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Popularitas Parangkusumo, bagi sebagian orang sama dengan tetangganya, Pantai Parangtritis. Parangkusumo tercatat sebagai petilasan berdirinya Kerajaan Mataram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di situlah Panembahan Senopati bertapa meminta bantuan Ratu Pantai Selatan, untuk membantunya mendirikan Kerajaan Mataram. Oleh penduduk, pantai ini menjadi satu deretan pesisir pantai selatan tersakral dan mistis, namun juga menyimpan potret sosial gelap di baliknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cerita rakyat di sekitar Pantai Parangkusumo, pantai itu diyakini sebagai gerbang masuk ke Istana Laut Selatan, tempat bertahtanya Ratu Laut Selatan atau Kanjeng Ratu Laut Kidul.
Saat malam Selasa atau Jumat Kliwon, pantai itu seperti pasar karena dijejali para peziarah terutama mereka para penganut Kejawen. Mereka berkumpul di sekitaran petilasan yang disebut Batu Cinta, yang terletak di dalam bangunan bernama Puri Cepuri.
Batu hitam di Puri Cepuri inilah konon menjadi titik Panembahan Senopati- sang pendiri Kasultanan Mataram bertemu Ratu Kidul lalu membuat perjanjian saling menjaga.
Cepuri Parangkusumo, Bantul, Yogyakarta yang diyakini sebagai tempat bertemu Raja Mataram dengan Ratu Kidul. (TEMPO/Shinta Maharani)
Sayangnya, tak hanya ritual ziarah belaka yang berlangsung di kawasan itu -- saat malam Selasa atau Jumat Kliwon tiba -- udah rahasia umum, praktek prostitusi juga kerap berlangsung beriringan dengan ritual Kejawen itu.
Nah, jika sebelumnya untuk meredam aksi prostitusi di kawasan itu dilakukan dalam bentuk razia, kini Pemerintah Kabupaten Bantul mulai pendekatan atraksi di malam hari untuk mengikis Parangkusumo dari citra pantai mesum.
Akhir pekan ini, Sabtu 30 November 2019, untuk kali pertama Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul akan menggelar kegiatan bertajuk Golden Memories #1.
Ini semacam atraksi nostalgia, yang merujuk penampilan musik seperti era Koes Plus-an dan sezamannya.
Perhelatan pertama ini akan menghadirkan bintang tamu yakni Noemo Koeswoyo (Koes Plus) juga penampil spesial lagu kelompok itu, seperti Esok Lusa Yogyakarta, Hoss Band, Joyo Plus, dan BO Band.
"Golden Memories #1 ditargetkan mampu mengubah pandangan negatif masyarakat tentang Parangkusumo yang identik dengan klenik dan prostitusi," ujar panitia Golden Memories #1 Fandi Romadhanny Kamis 28 November 2019.
Fandi menuturkan acara yang dipusatkan di Pantai Parangkusumo itu dimulai pukul 18.00 WIB hingga malam hari.
Warga dusun Mancingan, Parangkusumo, Bantul membawa sedekah yang akan dilarung dalam prosesi Labuhan Jaladri. Para warga berbaris dan beriringan sambil membawa persembahan. TEMPO/Pius Erlangga.
"Beberapa obyek wisata di Bantul sudah sangat layak menjadi objek wisata dunia. Sehingga perlu lebih giat dipromosikan dengan momen even seperti ini," ujarnya.
Show Director acara itu, Angga Rinda Tama menambahkan tak hanya pentas musik. Berbagai event yang akan dilaksanakan bersamaan di Parangkusumo itu. Mulai dengan lomba fotografi menggunakan properti Harley Davidson.
Selain itu juga ada lomba fotografi dengan objek suasana kawasan wisata Pantai Parangkusumo Parangtritis. Para peserta lomba fotografi diarahkan untuk mengeksplore objek wisata dengan model profesional dan media properti lainnya.
Disediakan pula puluhan stan usaha mikro kecil menengah (UKM) untuk mengakomodir pengusaha lokal setempat, yang selama ini masih kerap kesulitan memasarkan produknya.
Anggota keluarga Hondodento mengambil air laut untuk berbagai keperluan upacara saat digelarnya upacara Labuhan Yayasan Keluarga Hondodento Indonesia di Pantai Parangkusumo, kabupaten Bantul, Yogyakarta, 8 November 2014. TEMPO/Suryo Wibowo.
Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Bantul Ni Nyoman Yudiriani mengatakan, event ini menjadi ajang yang menargetkan keluarga dan wisatawan yang menyambangi pantai selatan Bantul di kala malam.
"Event ini ingin menggugah masyarakat bahwa wisata pantai saat malam juga menyenangkan," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO