Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Makassar New Port mengurangi antrean kapal peti kemas di Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar.
Reklamasi Makassar New Port membutuhkan 2 juta kubik pasir hingga akhir tahun ini.
Digadang-gadang sebagai pelabuhan terbesar di Indonesia timur.
DERMAGA tambahan sepanjang 360 meter di Makassar New Port, Sulawesi Selatan, bergeliat mulai tahun ini. Dalam rentang Januari-September, pelabuhan itu menampung 83 ribu twenty foot equivalent units (TEUs)—satuan peti kemas berukuran 20 kaki. “Hingga Desember nanti harapannya bisa sampai 100 ribu peti kemas,” kata Direktur Teknik PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Prakosa Hadi Takariyanto, Jumat, 18 September lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah membangun Makassar New Port (MNP) sejak 2015. Menjadi bagian dari proyek strategis nasional di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, pelabuhan ini ditargetkan rampung pada 2022. Saat peletakan batu pertama, Jokowi menyatakan pembangunan MNP merupakan salah satu upaya pemerintah menciptakan jalur tol laut. Ia berharap MNP menjadi jalur penghubung dari barat Indonesia ke wilayah timur dan sebaliknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prakosa mengatakan pembangunan pelabuhan dengan nilai total sekitar Rp 89,57 triliun ini dilakukan bertahap. Begitu pula pengoperasiannya berjalan parsial. Pembangunan tahap pertama atau tahap 1A adalah dermaga sepanjang 360 meter tadi. Sejak beroperasi pada November 2018, dermaga di pulau reklamasi ini telah menampung 178 ribu TEUs kontainer.
PT Pelindo IV sebagai kontraktor utama dalam proyek ini menargetkan penambahan dermaga sepanjang 800 meter lagi pada triwulan pertama tahun depan. Saat ini, proses reklamasi tahap 1B dan C sedang berlangsung. Prakosa menyebutkan pembangunan masih membutuhkan 2 juta kubik pasir lagi tahun ini. Ia mengklaim penambahan panjang dermaga akan menghilangkan antrean bongkar-muat kontainer. “Sisa reklamasi kami harapkan selesai pada November tahun ini,” ujarnya.
Menurut Prakosa, salah satu tujuan pembangunan Makassar New Port adalah menyokong bongkar-muat di tempat lama, Pelabuhan Soekarno-Hatta. Dua pelabuhan ini berjarak sekitar 6,8 kilometer. Akhir 2018, PT Pelindo IV mencatat rata-rata antrean di Soekarno-Hatta mencapai 18-21 kapal. Prakosa mengklaim, sejak MNP berdiri, tak ada lagi antrean kapal.
Tak hanya menambah daya tampung, PT Pelindo IV mendesain Makassar New Port menjadi lebih modern. Perusahaan itu tengah meneliti soal fasilitas yang tepat untuk MNP. Mereka pun berharap kecanggihan pengoperasian MNP akan setara dengan pelabuhan maju di luar negeri.
Branch Manager Temas Shipping Makassar Captain Zulkifli Syahri mengatakan perusahaannya memanfaatkan MNP sejak tahun lalu. Dia membenarkan soal antrean panjang di terminal lama. Menurut dia, MNP berhasil mengurai antrean kapal kontainer itu. Dulu, kata dia, kapal peti kemas harus antre dua-tiga hari sebelum merapat ke dermaga. “Sekarang kegiatan bongkar-muatnya hanya 24-30 jam,” ujar Zulkifli.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia Sulawesi Selatan, Andi Iwan Darmawan Aras, berharap pelabuhan dermaga baru dan terbesar se-Indonesia timur ini membuat Makassar menjadi kota transit logistik. Dia mengatakan pelabuhan lama sudah melebihi kapasitas dan tak bisa menampung kapal peti kemas raksasa. Selama ini, kapal pengangkut kontainer harus berlabuh ke Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya jika ingin membawa peti kemas ke Papua. Imbasnya, terjadi penambahan biaya distribusi.
Menurut Andi Iwan, kondisi itu membuat biaya logistik di Indonesia bisa tiga kali lebih mahal ketimbang negara lain. Dia pun meyakini harga barang di kawasan timur Indonesia bisa lebih murah dengan beroperasinya MNP. “Sekaligus meningkatkan perekonomian warga Makassar,” kata Iwan.
LINDA TRIANITA, DIDIT HARIYADI (MAKASSAR)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo