Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hukum

Bara dari Grup WhatsApp

Bentrokan dua kelompok pemuda di Sorong, Papua Barat, menyebabkan 19 orang terpanggang hidup-hidup. Diredam agar tak merembet menjadi konflik etnis.

 

5 Februari 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Polisi menahan 20 tersangka bentrok dua kelompok pemuda di Sorong, Papua Barat.

  • Sebanyak 19 orang tewas terpanggang hidup-hidup akibat bentrokan ini.

  • Ada upaya meredam bentrok agar tak merembet ke konfilk etnis.

SEBUAH mobil hitam berhenti di sudut tempat parkir markas Kepolisian Resor Kota Sorong, Papua Barat, pada Jumat, 4 Februari lalu. Dua penumpangnya keluar dari mobil. Salah seorang di antaranya laki-laki berambut klimis dan berpenampilan perlente.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menuntun seorang pemuda. “Dia W, datang menyerahkan diri didampingi pengacaranya,” kata Kepala Polres Sorong Ajun Komisaris Besar Ary Nyoto Setiawan. W adalah buron bentrokan di Sorong yang berujung pembakaran Klub Eksekutif dan Karaoke Double O pada Selasa dinihari, 24 Januari lalu. Laki-laki perlente itu adalah pengacaranya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Polisi sudah menerima kabar W akan menyerahkan diri sehari sebelumnya. Ia satu dari 20 tersangka yang kini sudah ditahan. Bentrokan ini melibatkan dua kelompok pemuda asal Kepulauan Kei dan Pelauw, Maluku.

Duel kedua kelompok mengakibatkan Klub Eksekutif dan Karaoke Double O habis terbakar dan memanggang 19 pegawai dan pengunjung hidup-hidup. Mereka tewas karena tak sempat menyelamatkan diri dari kepungan api.

W sehari-hari bekerja sebagai petugas keamanan salah satu toko mobil di Sorong. Polisi mengantongi identitasnya sebagai penyerang dan pembakar Double O. Polisi memperoleh keterangan ini dari para pelaku lain yang lebih dulu ditahan.

Para tersangka ditangkap secara bertahap di sejumlah tempat. Sebagian di antaranya menyerahkan diri seperti W. “Sehari sebelumnya, pemuda berinisial H juga menyerahkan diri. Ia mendatangi kantor polisi karena tahu sedang diburu dan akan ditangkap,” tutur Ary.

Kapolda Papua Barat, Irjen Pol Tornagogo Sihombing (kedua kiri) menyampaikan keterangan pers terkait penangkapan tersangka kerusuhan di Kota Sorong, Papua Barat, 29 Januari 2022/ANTARA/Olha Mulalinda

Beberapa jam sebelum bentrokan, polisi sebetulnya sudah mempertemukan kedua kelompok yang sudah lama bermukim di Sorong ini di kantor Kepolisian Sektor Sorong Timur. Bentrokan di Double O sempat merembet pada perusakan bangunan sekretariat dan pangkalan ojek yang dikuasai kelompok Kei. “Kedua kelompok kami minta membuat laporan,” ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua Barat Komisaris Besar Adam Erwindi.

Bentrokan keduanya diduga dipicu ulah seorang pemuda kelompok Kei yang memecahkan gelas di Double O pada Ahad malam. Seorang manajer klub sempat menegur dan memintanya tak melanjutkan kemarahannya. Pria tersebut malah berusaha memukul sang manajer.

Saelan Shaka, manajer Double O, tak mau menjelaskan detail peristiwa tersebut ketika Tempo menghubunginya. Ia hanya mengirimkan foto berkas pemeriksaan. “Saya masih di kantor polisi,” ucapnya, Sabtu, 5 Februari lalu.

Bentrokan pun pecah di Double O ketika sejumlah petugas keamanan mengeroyok pemecah gelas yang hendak memukul manajer klub tersebut. Para petugas keamanan adalah pemuda asal Pelauw. Pemuda Kei yang melihat pengeroyokan rekannya sempat melawan. Namun mereka mundur karena kalah jumlah.

Pemuda kelompok Kei berusaha melarikan diri ke sekretariat yang berada tak jauh dari Double O. Upaya itu tak membuat pemuda kelompok Pelauw berhenti menyerang. Mereka terus memburu para pemuda Kei.

Kelompok Kei kembali dianiaya di dalam bangunan sekretariat. Polisi yang datang melerai kedua kelompok ini. Menurut Komisaris Besar Adam, tensi ketegangan kembali memanas sehari berikutnya lantaran kelompok Kei menyerang pangkalan ojek yang dikuasai kelompok Pelauw. Mereka merusak sejumlah sepeda motor dan menganiaya beberapa orang yang mereka temui.

Saat kembali dimediasi, kedua kelompok pemuda setuju menuntaskan konflik lewat jalur hukum. Syaratnya, kelompok Pelauw menyerahkan pelaku perusakan sekretariat. Kelompok Kei diminta menyerahkan para penyerang pangkalan ojek ke polisi. Namun kesepakatan itu tak dilaksanakan.

Pada Senin malam hingga Selasa dinihari, pemuda Kei kembali menyerang pemuda Pelauw yang tengah berjaga di Double O. Bentrokan berdarah tak terhindarkan. Seorang pemuda kelompok Kei tewas akibat sabetan benda tajam.

Kabar kematian pemuda Kei menyebar di grup WhatsApp dan memantik reaksi rekan-rekannya. Mereka berduyun-duyun mendatangi Double O dan mencari pemuda Pelauw.

Menurut Komisaris Besar Adam, sebagian di antara mereka diketahui menyiram bensin dan membakar bangunan Double O. Sejumlah kesaksian menyebutkan kobaran api meletik dari pintu masuk lantai bagian bawah dan samping bangunan. Api menyebar dan menghanguskan seluruh bangunan. Sebagian di antara pengunjung berhasil menyelamatkan diri lewat pintu bagian belakang.

Sejumlah pengunjung dan pegawai memilih menghindari api dengan lari ke lantai atas saat bentrokan terjadi. Mereka terjebak api dan tak mampu menyelamatkan diri. Tubuh mereka hangus terbakar.

Sekurangnya 19 orang tewas dalam kerusuhan itu. Hasil pemeriksaan tim Disaster Victim Identification hanya berhasil mendeteksi 10 orang. Identitas mereka teridentifikasi dari ciri-ciri fisik dan aksesori pakaian. “Sebagian korban lain ditemukan dalam kondisi yang sulit dikenali. Tim perlu data pembanding untuk mengenali mereka,” tutur Komisaris Besar Adam.

Salah seorang korban yang teridentifikasi adalah Indah Sukmadani alias disc jockey (DJ) Indah Cleo. Indah sempat menghubungi adiknya, Sukma Wardani, saat asap mulai memenuhi bangunan. Indah juga sempat menyampaikan titip salam buat kerabat yang lain. “Setelah aku chat balik, dia hanya baca dan tak dibalas lagi,” ujar Sukma kepada wartawan.

DJ Indah bersama personel dan kru band Rockvolution serta Efamouz Dancer menjadi bintang utama di panggung Double O malam itu. Sejumlah catatan menunjukkan jumlah korban terbanyak berasal dari para pekerja seni beserta krunya. Dari 19 korban jiwa, tiga di antaranya adalah pengunjung.

Bentrokan kedua kelompok pemuda itu menyita perhatian khalayak luas. Kepala Kepolisian Daerah Papua Barat Inspektur Jenderal Tornagogo Sihombing langsung menyambangi Sorong dari Manokwari sehari setelah kejadian. Polisi tak ingin bentrokan ini berujung pada konflik etnis.

Tornagogo ingin memastikan proses penyidikan berjalan. Ia baru kembali ke markas Polda Papua Barat di Manokwari sepekan setelahnya. “Musibah dan bentrokan ini menjadi atensi serius Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan serta Kepala Kepolisian RI. Jangan sampai kasus individu ini melebar jadi konflik kelompok etnis,” ujar Komisaris Besar Adam.

Selepas bentrokan itu, polisi mempertemukan pemimpin kedua kelompok pemuda untuk mencegah konflik susulan. Permintaan itu disepakati kedua belah pihak dengan cacatan polisi berlaku adil menindak pelaku.

Polisi telah menahan 16 orang yang berasal dari kelompok Kei atas kasus pembakaran. Sementara itu, empat tersangka lain dari kelompok Pelauw ditahan dengan tuduhan pembacokan. “Masih ada dua orang lain yang kami buru. Satu di antaranya pelaku pembakaran,” tutur Komisaris Besar Adam.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus