Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Pemerintah Prancis mendesak warga negaranya untuk meninggalkan Iran sesegera mungkin untuk menghindari risiko penahanan dari Teheran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Setiap warga Prancis, termasuk warga negara ganda Prancis-Iran, menghadapi risiko tinggi penangkapan serta penahanan sewenang-wenang, dan pengadilan yang tidak adil di Iran," kata kementerian luar negeri Prancis di situsnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini mengacu pada penangkapan dua warga negara Prancis pada Kamis lalu yang diduga sebagai mata-mata Barat serta mengobarkan ketidakamanan di Iran.
Prancis mengutuk penangkapan mereka dan menuntut pembebasan segera Cecile Kohler dan pasangannya Jacques Paris.
Media pemerintah Iran sering mengudarakan pengakuan yang diakui oleh tersangka dalam kasus-kasus bermuatan politik.
"Saya Cecile Kohler, saya seorang agen intelijen dan operasi di DGSE (Direktorat Jenderal Keamanan Eksternal). Kami berada di Iran untuk mempersiapkan revolusi dan penggulingan rezim Islam Iran," kata Kohler dalam video, sambil mengenakan jilbab, merujuk pada dinas intelijen eksternal Prancis.
Video tersebut memicu kemarahan di Paris ,dengan juru bicara kementerian luar negeri Anne-Claire Legendre yang mengatakan untuk pertama kalinya bahwa kedua warga negara itu, bersama dengan dua lainnya yang juga ditahan di Iran, merupakan "sandera negara".
"Menampilkan pengakuan atas dugaan mereka itu sudah keterlaluan, mengerikan, tidak dapat diterima, dan bertentangan dengan hukum internasional. Penyamaran ini mengungkapkan penghinaan terhadap martabat manusia yang menjadi ciri otoritas Iran," kata Legendre.
"Dugaan pengakuan yang diambil di bawah paksaan ini tidak memiliki dasar, juga tidak ada alasan yang diberikan untuk penangkapan sewenang-wenang mereka."
TV pemerintah mengatakan pasangan Prancis itu telah memasuki Iran dengan potongan uang yang dimaksudkan untuk mendanai pemogokan dan demonstrasi.
"Tujuan kami di dinas keamanan Prancis adalah untuk menekan pemerintah Iran," kata Jacques Paris dalam video tersebut.
Penampilan pasangan Prancis di TV bertepatan dengan aksi protes anti-pemerintah yang terjadi selama berminggu-minggu akibat kematian Mahsa Amini bulan lalu.
Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna pekan lalu memanggil diplomat top Iran di Paris dan mengatakan pada Selasa bahwa dia mengharapkan Uni Eropa untuk menjatuhkan sanksi dalam beberapa minggu mendatang pada Teheran.
"Manipulasi dan praktik seperti itu, yang layak untuk ditunjukkan sebagai rezim diktator terburuk, tidak akan mengalihkan perhatian internasional dari aspirasi sah rakyat Iran," kata Legendre.
Hubungan antara kedua negara telah memburuk dalam beberapa pekan terakhir karena pembicaraan untuk menghidupkan kembali pembicaraan nuklir di mana Paris adalah salah satu pihak terhenti. Tidak ada negara yang saat ini memiliki duta besar.
Sejauh ini, empat warga negara Prancis dipenjara di Iran, sementara Prancis sedang menilai apakah satu lagi mungkin telah ditangkap selama protes nasional. Iran mengatakan bulan lalu bahwa sembilan orang Eropa telah ditangkap selama kerusuhan.
Sementara itu, Kementerian luar negeri Prancis pada Jumat telah meminta Iran untuk membebaskan dua warga negaranya.
REUTERS (NESA AQILA)