Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, pada akhirnya harus meninggalkan kedutaan Ekuador di London, tempat ia tinggal di bawah suaka politik sejak 2012. Presiden Ekuador, Lenin Moreno mengusir Assange saat menghadiri acara di Madrid, Spanyol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perwakilan Ekuador dan Inggris sedang membahas cara untuk mengeluarkan Assange dari kedutaan negara Amerika Latin tersebut di London.
Baca: Assange Siap Bersaksi Soal Keterlibatan Rusia di Pemilu AS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Moreno pada Jumat, 27 Juli 2018 memerintahkan agar Asange yang bersembunyi selama enam tahun di kedutaannya di London untuk segera keluar. Pernyataan itu dibuat setelah adanya laporan media Inggris tentang kebuntuan mengenai nasib Assange.
Namun Moreno menegaskan keselamatan nyawa Asange harus dijamin jika dia akan dibebaskan.
"Seseorang tidak boleh berada di bawah suaka terlalu lama. Perubahan dalam status Assange harus menjadi hasil negosiasi dengan semua pihak. Apa yang kami inginkan adalah hidupnya tidak berada dalam bahaya," kata Moreno, seperti dilansir USA Today pada 28 Juli 2018.
Baca: Julian Assange Siap Ditangkap Polisi Inggris, Ini Syaratnya
Assange mencari perlindungan di kedutaan Ekuador di pusat kota London pada Juni 2012, setelah melarikan diri ke sana untuk menghindari diekstradisi ke Swedia. Assange dikejar untuk ditanyai atas tuduhan serangan seksual dan pemerkosaan yang dilakukannya.
Swedia menutup penyelidikan kriminalnya pada tahun 2017, tetapi surat perintah yang dikeluarkan untuk penangkapan Assange oleh polisi di London karena melanggar kondisi jaminannya tetap berlaku. Assange khawatir jika dia meninggalkan kedutaan, Amerika Serikat akan meminta penangkapan dan mengkekstradisinya terkait dengan bocornya dokumen rahasia AS ke WikiLeaks.
Baca: Julian Assange Sering Curhat ke Ibunya di Telepon
WikiLeaks yang dibidani Julian Assange juga menjadi fokus penyelidikan oleh penasihat khusus Robert Mueller terkait campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016 dengan mendistribusikan materi yang diretas.