Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dengan hanya 16 hari tersisa menuju Pemilihan Presiden Amerika Serikat disingkat Pilpres AS pada 5 November 2024, persaingan semakin ketat antara kandidat dari Partai Demokrat, Kamala Harris, dan kandidat dari Partai Republik, Donald Trump.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasil Jajak Pendapat Terbaru
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut data agregat dari FiveThirtyEight, Kamala Harris, calon presiden dari Partai Demokrat, berada sedikit di depan dengan 48,3 persen dukungan nasional, sementara Donald Trump dari Partai Republik berada di angka 46,3 persen per 17 Oktober lalu.
Dalam survei yang dilakukan oleh Brookings Institution dan Public Religion Research Institute, lebih dari sepertiga pemilih setuju dengan pernyataan Trump mengenai imigran ilegal, yang mencerminkan retorika yang sering kali ekstrem.
Beberapa survei di negara-negara bagian kunci, atau swing states, menunjukkan hasil yang lebih beragam. Survei CBS News dan YouGov yang dilakukan pekan ini di Arizona mencatatkan keunggulan Trump dengan selisih tiga poin atas Harris.
Di negara-negara bagian lain seperti Pennsylvania, Michigan, Wisconsin, Georgia, Nevada, dan North Carolina, hasil jajak pendapat sangat ketat, di mana kedua kandidat hampir berimbang atau keunggulan hanya dalam rentang yang sangat tipis.
Dilansir dari Al Jazeera, analisis NPR juga mencatat peningkatan dukungan bagi Trump di negara-negara bagian medan tempur, tetapi menekankan bahwa jajak pendapat jarang memberikan gambaran lengkap, dan kejutan bisa saja terjadi.
Upaya Kampanye Harris dan Trump
Kamala Harris, yang baru menginjak usia yang ke-60 pada Minggu, 20 Oktober ini, telah menggunakan kampanyenya untuk menyoroti usia lawannya, Donald Trump, yang berusia 78 tahun. Jika terpilih, Trump akan menjadi presiden tertua dalam sejarah Amerika Serikat.
Pada awal kampanye, Trump sering mengkritik Presiden Joe Biden, yang berusia lebih tua darinya, sebagai "lemah" dan "mengantuk." Namun, setelah Biden memutuskan untuk tidak mencalonkan diri kembali karena kekhawatiran tentang usianya, Harris menjadi lawan yang jauh lebih muda bagi Trump.
Di sisi lain, Donald Trump dikenal sering melontarkan ancaman terhadap lawan politiknya, sebuah taktik yang dia gunakan sejak kampanye Pilpres AS pertamanya pada 2016. Pada pemilihan kali ini, Trump kembali menebar ancaman kepada mereka yang dia anggap sebagai ancaman terhadap pemilihannya.
Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Trump membandingkan politisi Demokrat dengan musuh asing seperti Cina dan Rusia. Dia menyebut politisi seperti Adam Schiff sebagai “musuh dari dalam,” yang dia anggap lebih berbahaya daripada musuh dari luar.
Pilihan editor: 4 Fakta Elon Musk Sokong Puluhan Juta Dollar ke Donald Trump