Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Korea Selatan berhasil menguji Rudal Balistik Kapal Selam (SLBM) pada Rabu, menjadi negara pertama yang mengembangkan sistem SLBM non-nuklir untuk menandingi teknologi SLBM Korea Utara, atau negara kedelapan di dunia yang memiliki SLBM.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Uji coba rudal Korea Selatan dilakukan pada hari yang sama ketika Korea Utara menembakkan sepasang rudal balistik di lepas pantai timurnya. Uji coba Korut melanggar sanksi PBB dan meningkatkan ketegangan hanya beberapa hari setelah menguji rudal jelajah dengan kemungkinan kemampuan nuklir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Moon Jae-in menghadiri uji ejeksi bawah air SLBM di atas kapal selam baru kelas Dosan Ahn Chang-ho berbobot 3.000 ton yang ditugaskan bulan lalu, kata kantor kepresidenan Korea Selatan, dilaporkan Reuters, 15 September 2021.
Tes tersebut akan menjadikan Korea Selatan negara pertama yang memiliki rudal balistik non-nuklir yang diluncurkan kapal selam dari dalam air. Negara-negara lain yang telah menguji atau mengembangkan SLBM, termasuk Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris, Prancis, Korea Utara, dan India. Tetapi negara-negara itu biasanya merancang SLBM untuk membawa senjata nuklir.
Korea Selatan menjadi negara kedelapan di dunia yang mengembangkan SLBM setelah Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, India, China, dan Korea Utara. Youtube.YTN News
Cheong Wa Dae (Gedung Biru) pada Rabu mengatakan SLBM ditembakkan dari kapal selam Dosan Ahn Chang-ho kelas 3.000 ton di Pusat Uji Badan Pengembangan Pertahanan (ADD) Anheung di Provinsi Chungcheong Selatan.
SLBM itu terbang dengan jarak yang direncanakan dan tepat mengenai target, kata Gedung Biru, Yonhap melaporkan.
Presiden Moon Jae-in juga mengawasi penembakan di pusat uji lokal Badan Pengembangan Pertahanan (ADD), beberapa jam setelah Korut menembakan dua rudal balistik ke Laut Timur.
Korea Utara telah meluncurkan serangkaian SLBM-nya sendiri dalam beberapa tahun terakhir, dan sedang membangun kapal selam operasional untuk menyebarkannya, kata para pejabat Korea Selatan.
"Memiliki SLBM berarti memiliki menjamin sistem pencegahan signifikan terhadap ancaman segala arah, dan diharapkan memainkan peran kunci dalam membangun kemampuan pertahanan diri dan perdamaian di semenanjung Korea," kata kantor Moon Jae-in.
Para pejabat tidak merinci spesifikasi SLBM, tetapi kantor berita Yonhap mengatakan telah diberi kode nama Hyunmoo 4-4 sebagai varian dari rudal balistik Hyunmoo-2B negara itu, yang dapat menempuh jarak sekitar 500 km.
Peluncuran SLBM dilakukan setelah kementerian pertahanan dan militer selama bertahun-tahun menolak untuk mengonfirmasi program tersebut, dengan alasan masalah keamanan dan intelijen.
Dua rudal balistik kapal selam (SLBM) diluncurkan di bawah air dari kapal selam Korea Selatan Dosan Ahn Chang-ho, awal September 2021. SLBM tersebut dinamai Hyunmoo 4-4, diyakini sebagai varian dari rudal balistik Hyunmoo-2B, dengan jangkauan penerbangan sekitar 500 kilometer, dan akan dilengkapi dengan hulu ledak konvensional. Youtube/YTN News
Militer Korsel telah mengembangkan rudal baru lainnya, termasuk rudal jelajah supersonik yang akan dikerahkan dalam waktu dekat, dan rudal balistik baru yang memiliki kemampuan serangan balik dengan menembakkan hulu ledak yang lebih besar, kata kantor Moon.
Pemerintah mengatakan militer pada bulan Juli berhasil melakukan uji coba sistem propulsi bahan bakar padat yang akan digunakan untuk pesawat luar angkasa.
Korea Selatan juga telah berusaha untuk mengembangkan mesin roket berbahan bakar padat di bawah rencana untuk meluncurkan satelit mata-mata militer pada akhir 2020-an.
Korea Selatan telah berusaha untuk mengembangkan rudal yang semakin kuat, didorong oleh berakhirnya pedoman rudal bersama dengan Amerika Serikat, yang disetujui Moon Jae-in dan Presiden Joe Biden selama pertemuan puncak pada Mei.
Rudal-rudal itu dimaksudkan untuk menargetkan bunker dan terowongan yang dijaga ketat di Korea Utara. Korea Selatan ingin melepas ketergantungan militer pada Amerika Serikat, yang menempatkan sekitar 28.500 tentara dan sistem militer strategis dan konvensional mutakhir di Korea Selatan.
Bulan ini, Kementerian Pertahanan Korea Selatan merilis cetak biru untuk 2022-2026 yang menyerukan pengembangan rudal baru "dengan kekuatan destruktif yang ditingkatkan secara signifikan".
REUTERS | YONHAP