Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Selasa tiba-tiba menyebut Presiden China Ji Xinping sebagai diktator, dan Xi seharusnya malu ketika sebuah balon udara milik China melintasi wilayah udara AS belum lama ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pernyataan Biden tersebut disampaikan pada acara penggalangan dana di California, sehari setelah Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengunjungi China untuk meredakan ketegangan antara kedua negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Blinken dan Xi pada Senin sepakat meredakan persaingan antara Washington dan Beijing agar tidak mengarah kepada konflik yang lebih besar, tapi tidak ada terobosan besar dalam kunjungan tersebut.
Kedua pihak sepakat melanjutkan kerjasama diplomatik dengan memperbanyak kunjungan pejabat tinggi AS dalam beberapa pekan atau bulan mendatang.
Biden sendiri mengatakan pada Senin bahwa dia yakin hubungan kedua negara sudah berada dalam jalur yang benar dan kunjungan Blinken memberikan arah yang lebih baik.
Blinken memberi tahu NBC News setelah kunjungannya ke Beijing bahwa masalah balon mata-mata "menjadi bab harus ditutup antara kedua negara".
Biden, bagaimanapun, mengungkap kembali subjek tersebut di depan ruangan yang dihadiri lebih dari 125 peserta, termasuk Gubernur California Gavin Newsom, yang juga berbicara pada penggalangan dana tersebut.
“Alasan mengapa Xi Jinping menjadi sangat kesal ketika saya menembak jatuh balon itu dengan dua mobil boks yang penuh dengan peralatan mata-mata adalah dia tidak tahu itu ada di sana,” kata Biden.
“Itu sangat memalukan bagi para diktator,” tambahnya, “ketika mereka tidak tahu apa yang terjadi.”
Kedutaan Besar China tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Bide.
Biden mengatakan balon China itu tertiup tanpa sepengetahuan Xi, menambahkan "ketika ditembak jatuh, dia (Xi) sangat malu dan dia menyangkal itu ada di sana." Dia tidak membatalkan komentar pada Selasa di penggalangan dana kedua.
REUTERS | NBC NEWS