Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Dia perempuan dan baru berusia 34 tahun ketika menjadi Perdana Menteri Finlandia.
Dibesarkan di panti asuhan oleh ibunya dan pasangan perempuannya.
Kabinetnya terdiri dari 12 perempuan dan tujuh lelaki.
DIA perempuan dan baru berusia 34 tahun ketika koalisi lima partai pimpinan Partai Sosial Demokrat memilihnya sebagai Perdana Menteri Finlandia. Senin, 9 Desember lalu, Sanna Mirella Marin menjadi perdana menteri termuda di dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi, “Saya tak pernah berpikir tentang usia dan jenis kelamin saya,” kata Marin seusai pemilihan. “Saya (hanya) memikirkan alasan saya terjun ke politik dan hal-hal yang membuat kami memenangi kepercayaan pemilih,” ujarnya kepada stasiun televisi pemerintah, YLE.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mantan Menteri Transportasi dan Komunikasi itu menggantikan Antti Rinne, yang melepas kursi perdana menteri seusai pemogokan pegawai Posti, perusahaan pos milik pemerintah, selama dua pekan pada November lalu. Rinne dianggap gagal menangani sengketa antara karyawan dan pemimpin Posti berkaitan dengan rencana perusahaan mengubah sebagian karyawan menjadi pekerja kontrak dengan upah lebih rendah. Rinne, yang mantan Ketua Serikat Buruh Finlandia, diduga tahu rencana itu dan diam-diam menyetujuinya.
Dengan terpilihnya Marin sebagai pemimpin negeri itu, lima partai besar Finlandia kini dipimpin perempuan: Katri Kulmuni, 32 tahun, di Partai Tengah; Maria Ohisalo (34) di Liga Hijau; Li Andersson (32) di Aliansi Kiri; dan Anna-Maja Henriksson (55) di Partai Rakyat Swedia Finlandia. Bahkan Marin kini memimpin kabinet yang terdiri atas 12 perempuan dan 7 laki-laki.
“Dia benar-benar bagus kalau berdebat di tengah para lelaki pemimpin partai, dan membuat Anda merasa bahwa Anda bisa menempatkannya di situasi apa pun dan dia akan baik-baik saja,” kata Miapetra Kumpula-Natri, rekan Marin sesama anggota Sosial Demokrat, kepada Politico.
Karier Marin yang meroket ini dimulai sejak masa kuliahnya di University of Tampere, Finlandia. “Saya mulai berpolitik sejak usia muda, sekitar 20 tahun,” tulis Marin di blognya, Sannamarin.net. Tapi jalannya tak langsung ke politik.
“Seperti banyak orang Finlandia lain, keluarga saya penuh dengan cerita sedih,” ucap perempuan kelahiran Helsinki, 16 November 1985, itu. “Ibu saya dibesarkan di panti asuhan dan orang tua saya bercerai ketika saya masih anak-anak karena ayah saya punya masalah dengan alkohol.”
Sejak itu, Marin diasuh ibunya bersama pasangan perempuannya. “Ini mungkin sangat mengejutkan bagi sebagian orang yang konservatif,” katanya. Dengan kondisi ini, dia merasa kesulitan berbicara terbuka tentang orang tuanya. Tapi, “Dibesarkan di sebuah ‘keluarga pelangi’, saya menyerap nilai kesetaraan dan hak asasi manusia,” ujar Marin kepada surat kabar Helsingin Sanomat.
Siapa orang tua dan saudara Marin kurang jelas. Belum ada media dan bahkan blognya yang menyebut hal itu. Masa kecil Marin dihabiskan di Pirkkala, kota madya di selatan Finlandia, sebelum pindah ke Tampere, kota terbesar kedua negeri itu. Marin kuliah di University of Tampere hingga meraih master ilmu administrasi. Dia sarjana pertama dari keluarganya.
Semasa remaja, Marin bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidup. “Saya baru 15 tahun. Sewaktu sekolah menengah atas, saya mengantarkan majalah kepada pelanggan untuk mendapatkan uang saku. Setelah lulus, saya bekerja sebagai kasir toko,” katanya. Setelah mendapat pekerjaan di Kantor Pemuda Kota Tampere, Marin memutuskan kuliah.
Namun, dia saat remaja, politik masih asing baginya. “Saya tak bisa membayangkan hidup sehari-hari dengan bekerja sebagai politikus. Tapi pemungutan suara itu hal yang jelas bagi saya: kewajiban dan keadilan,” ucap Marin.
Keluarga Marin bukan keluarga yang berkecimpung di politik. Tapi mereka berbicara tentang nilai-nilai demokrasi. Dia mengaku tertarik pada Partai Hijau dan Kiri, tapi memilih Partai Sosial Demokrat.
“Tujuan (politik) itu jelas: membuat dunia menjadi lebih baik. Tapi kemudian kenyataannya lain,” ujarnya.
Sejak terjun ke politik, Marin mengaku kariernya mungkin cocok dengan “ayam broiler politik”, istilah yang populer di Finlandia untuk menyebut orang yang pekerjaannya menjadi politikus dan tak bekerja di bidang lain.
Marin mulai aktif berpolitik dalam gerakan mahasiswa. Setelah masuk partai, dia ditempatkan di berbagai posisi. Saat berusia 22 tahun, dia mulai menjajal sebagai kandidat anggota Dewan Kota Tampere, tapi tak terpilih. Upayanya dalam pemilihan umum parlemen 2011 juga gagal.
“Terobosan terjadi dalam pemilihan anggota Dewan Kota Tampere pada 2012, ketika saya terpilih sebagai anggota dengan 826 suara dan mendapat mandat untuk duduk di kursi ketua,” kata Marin. Pada 2017, dia terpilih kembali sebagai anggota dewan kota.
Selama duduk di dewan kota, Marin menuai respek dari anggota dewan lain, termasuk Lassi Kaleva dari Partai Finns, partai populis kanan. “Dia politikus yang berani dan berterus terang, yang tidak takut terhadap tantangan,” tutur Kaleva.
Karier politik Marin terus menanjak. Dia kemudian terpilih sebagai wakil ketua partai pada 2014 dan menjadi anggota parlemen pada 2015 di usia 30 tahun. Meskipun keterpilihannya kemudian sebagai perdana menteri terkesan mendadak, jalan ke sana sudah mulai terlihat pada awal tahun ini ketika dia mengambil alih kepemimpinan partai dari Antti Rinne, yang sedang sakit, untuk memenangi pemilihan umum parlemen.
Pemerintahan baru bentukan Marin kini disambut baik oleh partai, termasuk oposisi. “Sebuah hari bersejarah: dunia mendapat perdana menteri termuda dan Finlandia mendapat sebuah pemerintahan yang semua pemimpin partainya perempuan. Ini luar biasa, khususnya di Finlandia,” tulis Petteri Orpo, ketua oposisi Partai Koalisi Nasional, di Twitter.
Ketika Marin pertama kali menyampaikan program-programnya di parlemen pada Selasa, 17 Desember lalu, anggota parlemen menerimanya. Dalam mosi percaya, dia mendapat dukungan 105 suara, 80 suara menolak, dan 14 absen. Agenda pemerintahan Marin sebetulnya sama dengan agenda Rinne dulu. Marin hanya belum berhasil meyakinkan oposisi utama, Partai Finns dan Partai Koalisi Nasional.
Marin terutama mendapat tekanan dalam isu anak-anak dan perempuan asal Finlandia bekas anggota kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di kamp pengungsian di Al-Hawal, Suriah. Pada Senin, 16 Desember lalu, Marin menyatakan bahwa anak-anak Finlandia akan direpatriasi sesegera mungkin, tapi tidak dengan para ibu mereka. Menurut dia, kasus para ibu itu akan ditimbang satu per satu oleh pejabat yang berwenang atas kemungkinan risiko keamanan yang dihadapi mereka bila pulang. Oposisi menganggap rencana semacam itu belum menjawab semua masalah para bekas anggota ISIS tersebut.
Selain ditekan oleh masalah ISIS, Marin akan berhadapan dengan sejumlah persoalan lain. Ini termasuk kampanye agar negerinya bebas karbon pada 2035 serta menaikkan pendapatan dan pajak untuk memperbaiki layanan bagi orang lanjut usia.
Marin menyadari tantangan yang dihadapinya, terutama dari oposisi, yang mulai mengajukan hak interpelasi atas isu anak-anak di kamp Suriah. Dia mengatakan tugas pertamanya sebagai perdana menteri adalah membangun kembali kepercayaan lintas partai dalam koalisinya. “Kami masih berkomitmen pada program kebijakan umum dan itulah perekat yang menyatukan kami sebagai pemerintah,” katanya. “Jalan pemerintahan tidak mudah. Tidak apa-apa. Saya telah membuktikan kemampuan saya.”
IWAN KURNIAWAN (POLITICO, YLE, NATIONAL POST, BBC, HELSINGIN SANOMAT)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo