Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Leonid Volkov, sekutu dekat mendiang pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny, diserang dengan palu di luar rumahnya di Vilnius pada Selasa, sebuah insiden yang memicu kemarahan pemerintah Lituania.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Volkov bersumpah untuk melanjutkan perjuangannya melawan Presiden Vladimir Putin dalam sebuah video yang diposting di Telegram Rabu 13 Maret 2024 setelah keluar dari rumah sakit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami akan bekerja dan tidak akan menyerah,” katanya, seraya menambahkan bahwa serangan itu, yang menyebabkan lengannya patah, adalah khas bandit kaki tangan Putin.
Volkov, 43 tahun, merupakan salah satu tokoh oposisi paling terkemuka di Rusia. Ia juga merupakan orang kepercayaan dekat Navalny, bekerja sebagai mantan kepala staf mendiang pemimpin tersebut dan sebagai ketua Yayasan Anti-Korupsi hingga tahun 2023.
Dalam postingannya pada hari Rabu, Volkov mengatakan kakinya dipukul sebanyak 15 kali selama serangan itu.
"Kakinya baik-baik saja, sakit untuk berjalan... Namun, lengan saya patah," kata Volkov. “Mereka benar-benar ingin membuat saya menjadi schnitzel,” tambahnya.
Juru bicara Navalny Kira Yarmysh sebelumnya mengatakan bahwa "seseorang memecahkan jendela mobil dan menyemprotkan gas air mata ke matanya sebelum memukulnya dengan palu.
Istri Volkov, Anna Biryukova, sebelumnya membagikan foto-foto luka yang dialami suaminya di media sosial, termasuk mata hitam, tanda merah di dahi, dan darah di kaki yang membasahi celana jinsnya.
Juru bicara kepolisian Lituania Ramunas Matonis mengonfirmasi bahwa seorang warga Rusia diserang di dekat rumahnya di ibu kota Vilnius sekitar pukul 22.00 waktu setempat.
Para tersangka belum diidentifikasi dan rincian lebih lanjut tentang serangan itu diperkirakan akan diumumkan pada Rabu pagi, katanya.
SERANGAN MENGEJUTKAN
Serangan itu terjadi hampir sebulan setelah kematian Navalny di penjara Arktik, yang menurut Volkov dilakukan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Kematian ini juga beberapa hari sebelum pemilihan umum yang akan memperpanjang masa jabatan pemimpin Kremlin tersebut.
Sehari sebelum dia diserang, Volkov menulis di media sosial: "Putin membunuh Navalny. Dan banyak lainnya sebelum itu."
Menteri Luar Negeri Lituania Gabrielius Landsbergis mengutuk penyerangan Volkov dalam sebuah postingan di media sosial.
"Berita tentang penyerangan Leonid sangat mengejutkan. Pihak berwenang terkait sedang bekerja. Para pelaku harus mempertanggungjawabkan kejahatan mereka," katanya di platform media sosial X.
Lituania, anggota NATO, adalah rumah bagi banyak warga Rusia yang diasingkan dan menjadi pendukung setia Ukraina selama invasi Rusia.
Para pembangkang Rusia yang menentang Kremlin sering kali mengeluh karena menjadi sasaran ancaman dan serangan.
Volkov mengatakan kepada outlet berita independen Rusia Meduza beberapa jam sebelum dia dipukuli pada Selasa bahwa dia mengkhawatirkan keselamatannya setelah kematian Navalny.
“Risiko utama saat ini adalah kita semua akan terbunuh. Wah, ini adalah hal yang sangat jelas,” kata dia yang dikutip oleh outlet tersebut.
Volkov diasingkan pada 2019 bersama beberapa sekutu Navalny lainnya setelah pihak berwenang meluncurkan penyelidikan kriminal terhadap Yayasan Anti-Korupsi milik pemimpin tersebut.
Volkov dinyatakan dicari oleh otoritas Rusia pada 2021 atas perannya dalam mengobarkan protes massal terhadap Kremlin bersama dengan Navalny.
Polisi Lituania mengatakan pada Rabu bahwa mereka telah meluncurkan penyelidikan atas penyerangan terhadap Volkov.
Investigasi diluncurkan terhadap "gangguan kesehatan ringan", kata juru bicara kepolisian Lituania kepada Reuters, seraya menambahkan bahwa belum ada tersangka yang diidentifikasi.
Beberapa unit polisi termasuk unit elit anti-terorisme telah menyelidiki tempat kejadian perkara di dekat rumah Volkov di pinggiran utara ibu kota Lituania semalam.
REUTERS | CNA