Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – Aliansi yang dipimpin oleh partai progresif Move Forward di Thailand berencana untuk merancang konstitusi baru yang di antara tujuannya mengakhiri monopoli hingga mengizinkan pernikahan sesama jenis. Rancangan yang diproyeksikan tersebut tidak termasuk soal undang-undang penghinaan terhadap raja, yang memicu perdebatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Partai Move Forward dan Pheu Thai mendominasi pemilu pekan lalu. Kubu konservatif yang didukung oleh royalis militer dan menguasai pemerintah sejak kudeta 2014 kalah telak. Para pemenang pemilu Thailand berusaha membentuk pemerintahan koalisi dengan enam partai lainnya. Semuanya akan menandatangani perjanjian ihwal tujuan pemerintahan mereka, pada Senin, 22 Mei 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anggota aliansi lainnya, seperti diwartakan Reuters, memiliki keraguan tentang merusak undang-undang lese-majeste, yang dapat mengadili pelaku penghinaan terhadap monarki dengan hukuman penjara yang lama.
Ketika ditanya tentang daftar awal proposal yang dibuat oleh Move Forward dan diedarkan di antara semua calon anggota koalisi, pejabat senior Move Forward Bencha Saengchantra mengatakan anggota aliansi menyetujui 80 persen hingga 90 persen dari rencana. Namun, dia mengatakan, proposal itu masih masih dapat disesuaikan.
Partai, pada Jumat lalu mengatakan lese-majeste akan dimasukkan hanya jika delapan partai mendukungnya. Bencha menegaskan kembali bahwa Move Forward akan mengupayakan amandemen di parlemen secara mandiri.
Rancangan tersebut mencakup sebagian besar kebijakan andalan Move Forward, seperti dorongan untuk desentralisasi kekuasaan dan anggaran, yang diyakini dapat "membatalkan monopoli dan mendukung persaingan yang adil dalam perdagangan di semua industri".
Ini juga membidik militer, menyerukan untuk mengakhiri wajib militer, serta reformasi angkatan bersenjata serta sistem peradilan dan pelayanan sipil, "sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi dengan penekanan pada transparansi, up-to-date, efektivitas dan memprioritaskan minat publik".
Militer Thailand telah melakukan 13 kudeta sejak berakhirnya monarki absolut pada 1932. Konfrontasi antara para jenderal dan politisi serta aktivis sipil telah menjadi jantung ketidakstabilan yang berulang selama bertahun-tahun.
Aliansi ini juga akan mengusahakan reformasi kesejahteraan dan pendidikan, kebijakan luar negeri yang seimbang, dan pengejaran undang-undang untuk mengontrol dan mendukung penggunaan ganja, yang dilegalkan Thailand tahun lalu, meskipun peraturannya membingungkan.
Pemimpin Move Forward Pita Limjaroenrat berusaha untuk menjadi perdana menteri di kepala koalisi tetapi menghadapi tantangan besar dalam memenangkan dukungan yang diperlukan dari lebih dari setengah gabungan majelis rendah dan tinggi, termasuk saingan yang berselisih dengan partainya.
Aliansinya terdiri dari 313 kursi, tetapi membutuhkan dukungan dari 376 legislator untuk memilih Pita. Dia mungkin perlu memenangkan beberapa dari 250 anggota Senat yang berhaluan konservatif, yang ditunjuk oleh junta dan sering memihak tentara- pihak yang didukung.
REUTERS