Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang siswa SMA dari keluarga miskin di Cina viral karena menghabiskan hampir 17 jam selama liburan musim dingin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Zhu Zheng yang duduk dibangku kelas dua dari SMA 11 Wuhan, menghabiskan hampir 17 jam untuk belajar setiap harinya selama liburan musim dingin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Zhu telah menjadi juara pertama dalam kompetisi matematika tingkat nasional pada September 2018. Kemudian pada akhir tahun kemarin dua gurunya mengutusnya untuk mengikuti kamp pelatihan Matematika intensif di Universitas Tsinghua, Beijing.
Salah satu gurunya mengatakan Zhu adalah satu-satunya siswa di kamp yang mengenakan seragam SMA. Menurut Zhu hal itu dilakukan karena tahun lalu dia sudah berjanji kepada orang tuanya untuk tidak membeli seragam baru selama 12 bulan, untuk menghemat uang keluarga.
Sekembalinya ke kelas tahun ini, guru pembimbingnya, Tang Yanping, sangat kagum dengan jadwal liburan Zhu yang padat dan penuh tugas belajar. Melihat hal tersebut gurunya mengunggah di WeChat dengan komentar "sebagian kerja keras, sebagian bakat," dilansir dari koran Hubei Yangtze Daily.
Di bagian atas dari jadwalnya, Zhu menulis "Hidup tidak memiliki liburan musim dingin atau musim panas. Bukan karena kesuksesan datang terlambat tetapi Anda tidak cukup tangguh pada diri sendiri," dikutip dari South China Morning Post, 6 Maret 2019.
Zhu Zheng.[Thecover.cn/South China Morning Post]
Selama liburan, Zhu mulai belajar dari pukul 6.40 pagi dan selesai pukul 11.50 malam waktu setempat. Terlepas dari istirahat makan dan tidur siang setengah jam, dia menghabiskan waktunya menghadiri ekstrakurikuler kelas Matematika dan memperbaiki mata pelajaran yang lainnya.
Di luar jadwal belajarnya, Zhu juga menulis kata-kata untuk memotivasi dirinya, seperti disiplin diri peningkatan diri, mempelajari catatan jangan menyalin catatan, dan tidak pernah menyentuh ponsel.
Gurunya, Tang, mengatakan orang tua Zhu adalah pekerja migran miskin dari Xianning, kota dekat Wuhan. Dia menjalani kehidupan sehari-hari dengan sangat hemat, hanya dengan semangkuk bubur dan roti kukus untuk sarapan dan makan siang dan menghabiskan biaya tidak lebih dari 4 yuan atau sekitar Rp 8.500.
Karena sulitnya masuk universitas, maka Zhu tidak menyia-nyiakan waktu liburannya untuk bermain, dan kesempatan ini diupayakan untuk memperbaiki keadaan keluarganya.
Itulah sebabnya, siswa SMA ini membuat jadwal belajar yang ketat selama liburan musim dingin dan memutuskan untuk tidak bersantai, tetapi berusaha keras untuk lebih meningkatkan nilai akademis-nya agar masuk universitas terbaik di Cina.
MUHAMMAD HALWI | SOUTH CHINA MORNING POST