Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

investigasi

Wawancara Haji Isam soal Kebun Tebu Bombana

Andi Syamsuddin Arsyad alias Haji Isam, pemilik Jhonlin Group, mendapat konsesi kebun tebu di Bombana. Untuk mencapai swasembada gula.

7 September 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IA lebih populer disapa Haji Isam. Andi Syamsuddin Arsyad, pengusaha 42 tahun asal Bone, Sulawesi Selatan, ini, memimpin Jhonlin Group di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Dalam pemilihan presiden lalu, Isam membuat gempar karena Partai Amanat Nasional Kalimantan Selatan mendukung pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

Pengurus PAN pusat menuduh pembelotan itu dimotori Isam, yang menjadi salah satu pengurus. Soalnya, PAN pusat mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, sementara Isam tercatat wakil bendahara tim pemenangan Jokowi-Ma’ruf. “Itu fitnah,” katanya kepada Tempo melalui telepon pada 6 September lalu.

Isam pengusaha yang moncer seiring dengan naik daunnya harga batu bara dari Kalimantan sejak 2005. Mulai pertengahan 2017, Jhonlin Group, yang berdiri pada 2011, merambah sektor perkebunan. Melalui PT Jhonlin Batu Mandiri, Isam menggarap 20 ribu hektare kebun tebu di lahan milik Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Tina Orima di Bombana, Sulawesi Tenggara.

Di sana, Isam juga membangun pabrik gula dengan investasi total diperkirakan Rp 3,89 triliun. Ia menjadi satu dari sepuluh pengusaha yang diizinkan pemerintah membuka kebun tebu dan pabrik gula untuk mencapai swasembada gula. “Karena itu, bisnis saya cuma membantu pemerintah,” katanya.

Masalahnya, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Bombana 2014-2034, tidak ada satu pun perkebunan tebu muncul di dalamnya. Begitu pula dalam Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Tina Orima, yang biasanya diubah tiap 10 tahun sekali, tak dinyatakan ihwal pemanfaatan lahan untuk kebun tebu. Dalam dua dokumen itu disebutkan bahwa lahan 20 hektare tersebut untuk ladang penggembalaan dan tambang emas.

Pengelolanya PT Sultra Utama Nikel. Pada Maret 2019, Isam membeli perusahaan ini dan menjadi bagian dari Jhonlin Group. Hingga akhir Agustus 2019, PT Sultra terlihat masih mengeruk emas di sabana Bombana.

Apa yang membuat Anda tertarik berinvestasi di Bombana?

Maaf, saya juga tidak mengerti tebu. Niat saya baik, cuma ingin membantu pemerintah. Saya tidak tahu bagaimana kejadiannya, tahu-tahu sudah tercebur saja. Pertanyaan ini kalau dijawab mati ibu, kalau tidak dijawab mati bapak. Jadi bagaimana, ya?

Menurut Anda, seberapa menguntungkan berinvestasi di sana?

Nah, ini mungkin tanya sama Yang Kuasa saja.

Kira-kira akan balik modal selama berapa tahun?

Direksi yang lebih paham soal ini. Kalau tidak mampu lagi, ya sudah, tutup saja.

Berdasarkan penelitian dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat serta dari tinjauan kami di lapangan, tanah yang digunakan tidak ideal untuk tebu....

Tadi sudah saya katakan, saya tidak tahu, tahu-tahu sudah tercebur saja.

Apakah karena dibujuk oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman?

Saya tidak bisa menjawab. Pokoknya, saya hanya membantu pemerintah menanam tebu dan membangun pabrik di sana. Nah, jika dalam perjalanannya sampai babak-belur nanti, ya sudah, kami hadapi saja. Kesatria saja, saya tidak bisa menyalahkan seseorang.

Bagaimana soal kuota impor gula yang dijanjikan Kementerian Perindustrian?

Saya belum pernah mendengar itu. Anda boleh cek ke Kementerian Perindustrian, kami tidak pernah minta kuota impor. Jadi jangan sampai fitnah, ya.

Informasi itu kami peroleh dari direksi Jhonlin. Kata mereka, jika tebu tak untung akan diberi kuota impor sebagai insentif....

Saya tidak pernah ikut campur masalah ini. Saya baru sekali datang ke sana.

Bersama dengan Amran?

Iya.

Seberapa dekat Anda dengan Amran Sulaiman?

Kira-kira pertanyaan itu pantas saya jawab atau tidak? Hubungan saya dengan beliau masalah pribadi dan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan beliau.

Kami menemukan masih ada penambangan emas dan dijaga polisi....

Laporkan saja supaya tidak menyebar ke mana-mana. Sebutkan nama polisinya. Jangan-jangan itu oknum. Saya tidak tahu sama sekali soal emas. Tahun ini saja baru sekali ke sana. Kami ini murni urusan tebu, tidak ada urusan dengan emas.

Bagaimana soal perkebunan tebu yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah?

Tanyakan ke gubernur.

Masyarakat yang sudah mendiami lahan itu berpuluh-puluh tahun diusir oleh polisi. Apa tanggapan Anda?

Seharusnya tanyakan juga legalitas mereka. Bagaimana perasaan Anda ketika sertifikat rumah ada di tangan, sementara rumah itu ditempati orang lain?

Omong-omong, apakah benar Anda sepupu Menteri Amran Sulaiman?

Sama-sama cucu Nabi Adam. Sama kamu juga, kalau kamu muslim, kita sama-sama cucu Nabi Adam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, wawancara ini terbit di bawah judul "Kalau Sudah Tidak Mampu, Tutup Saja"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus