Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kasijanto Sastrodinomo*
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NIAT menulis kolom ini sebenarnya sudah cukup lama—setelah Mahkamah Konstitusi memeriksa sengketa hasil pemilihan presiden 2019. Tapi, dengan pertimbangan ikut menjaga suasana agar tetap “kondusif”, rencana penulisan ditunda. Kala itu, salah seorang kuasa hukum dari salah satu calon presiden berbalah cukup sengit mengenai kata aparat dengan seorang saksi pendukung calon presiden yang lain. Kuasa hukum menafsirkan aparat sebagai “aparat negara/pemerintah”, yaitu polisi, tentara, dan pegawai negeri sipil; sementara si saksi mengartikannya sebagai “aparat partai politik”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kedua belah pihak sebenarnya tidak salah ketika merangkai aparat dengan kata lain pilihan masing-masing yang mengikutinya. Artinya, aparat bisa digandengkan dengan negara/ pemerintah ataupun dengan partai. Mungkin perdebatan itu terjadi karena salah satu pihak terpaku pada pengertian aparat yang tunggal dan baku, sedangkan pendebat lawannya memaknai kata itu dalam cakupan yang lebih luas. Kemungkinan lain, para pembalah tersebut secara sadar berpijak pada “ragangan politis” masing-masing dan hanya meyakini kebenaran versinya sendiri.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi V), istilah aparat memang cuma terkait dengan badan atau instansi pemerintahan, pegawai negeri, dan alat negara. Kata turunannya, aparatur, juga hanya bertalian dengan negara dan pemerintah: aparatur negara dan aparatur pemerintah. Tidak ada sublema atau contoh kalimat/frasa aparat partai dalam kamus babon itu. Secara eksplisit, istilah aparat partai tersua dalam bahasa Jerman, Parteiapparat, berjejer dengan Beamtenapparat (aparat pejabat), Polizeiapparat (aparat polisi), Regierungsapparat (aparat pemerintah), dan Verwaitungsapparat atau aparat administrasi (Dieter Gӧtz, dkk., Langenscheidt Großwӧrterbuch Deutsch als Fremdsprache, 2010).
Di negara (eks) Uni Soviet, kata apparatchick mengacu pada kelas pegawai penuh waktu yang bekerja pada “mesin partai jenis baru”—Partai Komunis Uni Soviet—setelah Revolusi Bolshevik 1917. Sedangkan di Prancis, kata turunan apparentement berarti aliansi berbagai partai politik sehingga seolah-olah menjelma menjadi satu partai gemuk agar mampu meraup banyak kursi di parlemen. Muncul pertama pada pemilihan umum 1951 di negeri parfum itu, apparentement dikonsepsikan sebagai penggalang(-an) kekuatan moderat untuk mengimbangi kelompok ekstrem kiri ataupun kaum Gaullis yang kelewat kanan.
Di Tanah Air, kata aparat diserap dari bahasa Belanda, apparaat; sedangkan Belanda sendiri mengutipnya dari Prancis, appareil, yang berarti alat, perkakas, atau pesawat—tak aneh bila dalam kamus-kamus umum bahasa Belanda, arti utama apparaat pun bertalian dengan peralatan kecil mekanis/elektris, seperti kamera, penyeduh kopi, dan pengering rambut. Kata aparat juga diadopsi dalam biologi untuk menjelaskan susunan keseluruhan organ tubuh (manusia) guna menjalankan fungsi tertentu. Pada filologi dan kritik teks, aparat adalah catatan kaki yang berfungsi sebagai pertanggungjawaban dan penjelasan atas teks yang dikaji.
Masuk ke tanah jajahan pada abad ke-19, istilah aparat lekat dengan sistem kolonial. Pemerintah kala itu memberinya makna tunggal sebagai perangkat resmi negara dan menjadi penanda kelas baru dalam korps ambtenaar dari unsur golongan pribumi. Pemakaian kata aparat terbaca, misalnya, dalam buku Insulinde: werk en welvaart (1942) karangan Van Hall, seorang indolog yang melihat krisis keuangan di negeri koloni yang dia katakan berdampak pada dua hal: “een te zwaak bestuursapparaat en een te zwake militaire macht”—satu hal aparat pemerintahan jadi loyo dan satu hal (yang lain) memperlemah kekuatan militer.
Istilah aparat dalam artian peralatan teknis-masinal tak terlalu relevan dengan pernak-pernik perkakas penduduk pribumi. Secara tradisional, peralatan penduduk bersifat manual yang, dalam bahasa kolonial, disebut gereedschap atau werktuig; mencakup alat-alat rumah tangga, produksi, pertanian, pertukangan, dan lain-lain. Kata gergaji, misalnya, dalam khazanah bahasa Belanda lebih berasa sebagai gereedschaap atau werktuig tadi; sedangkan zaag—yang juga berarti gergaji—akan dikategorikan sebagai aparat karena berunsur mesin yang mampu memotong batu.
Beredar sekitar satu setengah abad selama masa kolonial, dan menjadi istilah yang merepresentasikan kuasa politik rezim yang perkasa, aparat terasa meresap kuat dalam alam pikiran masyarakat terjajah kala itu—bahkan sepertinya hingga alam merdeka kini. Buktinya, sebutan aparatur sipil negara menggeser pegawai negeri sipil.
*) KOLUMNIS INDEPENDEN, ALUMNUS FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo