Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Asal muasal kata kondangan.
Kata kondangan diduga berasal dari bahasa Jawa.
Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa kondangan berasal dari bahasa Arab.
BULAN Syawal pada almanak hijriah adalah bulan kawinan. Musim kawin dalam tradisi Nusantara setali tiga uang dengan musim kondangan. Omong punya omong soal kondangan, dalam buku Celetuk Bahasa 3 (2019) anggitan Uu Suhardi tersemat sebuah informasi menarik tentang lema kondangan. Diriwayatkan bahwa ada beberapa kemungkinan asal muasal lema tersebut. Pertama, bisa jadi kata kondangan berasal dari bahasa Jawa. Kedua, ada pula pendapat yang menyatakan bahwa kondangan berasal dari bahasa Arab. Ketiga, ada juga pendapat yang bilang bahwa kondangan berasal dari ke undangan, lalu menjadi kondangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Informasi asal muasal lema kondangan tersebut menarik ditelusuri dan didiskusikan lebih jauh. Sebab, pada kenyataannya, lema ini memang misterius. Ia bukan berasal dari lema kondang dengan diberi akhiran an yang sebagaimana dalam tradisi bahasa Jawa memiliki fungsi makna “menjadi”. Bukan sama sekali dan tidak ada hubungannya sama sekali. Kondang dalam bahasa Jawa yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti terkenal, populer, dan kuncårå. Sedangkan kondangan tak ada hubungannya sama sekali dengan kepopuleran dan keterkenalan. Lalu bagaimana sebetulnya duduk persoalan lema kondangan ini? Lebih jauh, berasal dari manakah lema itu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
W.J.S. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memberi arti kata kondangan dengan pergi menghadiri undangan perkawinan dsb. (untuk mengucapkan selamat dsb.). Di dalam kamus tersebut, secara eksplisit Poerwadarminta berpendapat bahwa kata kondangan berasal dari bahasa Jawa. Pada kamus itu, ia menyelipkan keterangan asal muasal lema tersebut.
Walakin, jika kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada hal menarik yang mustahak untuk dijadikan catatan. Dalam KBBI edisi ketiga, lema kondangan diartikan sebagai pergi menghadiri undangan perkawinan dsb. (untuk mengucapkan selamat dsb.). Pada KBBI edisi ketiga ini lema kondangan dikategorikan sebagai kelas kata verba. Hal ini berbeda dengan makna yang diperikan oleh KBBI edisi keenam yang memberi label kategori cakapan (cak) pada lema kondangan.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara makna yang diperikan KBBI edisi ketiga dan arti yang dicatat KBBI edisi kelima. Pada KBBI edisi ketiga, lema kondangan diberi keterangan label kelas kata (verba), sementara pada KBBI edisi keenam lema kondangan diberi label ragam bahasa. Keterangan ragam bahasa yang diberikan adalah kategori cakapan yang berarti untuk menandai kata yang berlabel itu masuk kategori kata tidak baku.
Kecuali informasi yang berasal dari Poerwadarminta yang mengatakan bahwa lema kondangan berasal dari bahasa Jawa, sampai pada titik ini Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak memberikan informasi yang jelas ihwal asal muasal lema kondangan. Akan hal itu, ada baiknya kita kembali pada apa yang sudah diinformasikan oleh Uu Suhardi di atas, yang menginformasikan asumsi bahwa lema kondangan (salah satunya) berasal dari bahasa Arab.
Ahmad Warson Munawwir dalam Kamus Al-Munawwir mengartikan entri kondangan dengan da’wa ilā walīmatin, yang berarti undangan ke sebuah pesta. Sangat mungkin kondangan dalam konteks ini berasal dari lema da’a yang diberi kalimat imperatif bahasa Arab kun. Maka, menurut asumsi ini, secara harfiah kondangan berasal dari lema kun dan da’a yang berarti “jadilah kamu orang yang menghadiri”. Dari kun da’a (كن دعآ) menjadi kundangan atau barangkali kemudian hari bertransformasi menjadi kondangan sebagaimana yang kita kenal.
Terlepas dari itu, John Pemberton (2018) dalam On the Subject of Java memberikan informasi menarik tentang tradisi kondangan ini. Ia mengatakan, di banyak tempat di Pulau Jawa, terutama di pedalaman dan perdesaan, kondangan diartikan sama belaka dengan kendhuren dan juga slametan. Untuk lema kendhuren, bahasa Indonesia telah menyerapnya menjadi kenduri, yang berarti perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, minta berkat, dan sebagainya, termasuk selamatan.
Informasi ini agaknya perlu dielaborasi dengan apa yang telah dicatat Ben Arps (1992) dalam Tembang in Two Traditions: Performance and Interpretation of Javanese Literature. Bagi Arps, kundangan berbeda dengan kondangan. Kundangan cenderung bersifat religius, sementara kondangan lebih ke selebrasi dan juga pesta. Di Jawa, lema kondangan biasanya disamakan dengan buwuh, yang berarti menghadiri pesta dan hajatan. Sedangkan kundangan diartikan sebagai menghadiri ritual berkirim doa untuk meminta keselamatan. Isi forum kondangan dengan kundangan jelas berbeda. Kondangan adalah pesta dan perjamuan, sementara kundangan cenderung ke arah ritual dengan nuansa penuh kekhusyukan.
Walhasil, sampai pada titik ini, hemat saya lema kondangan memang lebih dekat dengan bahasa Arab ketimbang bahasa Indonesia. Saya hanya berani menyimpulkan adanya indikasi kedekatan, dan tidak bermaksud memutlakkan dan memastikan bahwa lema kondangan pasti berasal dari bahasa Arab. Jika Anda ingin beroleh kepastian, sebaiknya kita sama-sama menyenandungkan sebaris syair dalam sebuah lagu milik GIGI: “Kepastianlah yang kutunggu....”
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Kondangan dan Kundangan"